🕊. ―ninth

259 35 12
                                    

Usai bersiap seadanya, Seokjin menggandeng Sojung keluar kamar. Mereka berdua berniat untuk pergi ke rumah sakit, spesialis kandungan.

Sebelum pergi Seokjin menyempatkan diri untuk melihat Fany di kamarnya. Niatnya kalau tidur anak itu belum pulas, Seokjin akan membawa Fany ke rumah Ibunya sebelum dia pergi ke rumah sakit bersama Sojung.

Tapi rupanya tidur Fany nyenyak sekali. Seokjin tidak tega kalau harus mengganggu tidur anak itu.

"Nggak pa-pa, kita sebentar doang kok ke rumah sakit," kata Sojung ketika Seokjin meminta pendapatnya. "Kalau nanti ternyata antre di sana, kita telfon Ibu aja biar dia yang ke sini."

Seokjin mengangguk, dia lantas menutup kembali pintu kamar Fany. Dia juga kembali menuntun istrinya untuk berjalan bersama. Sampai akhirnya mereka masuk ke dalam mobil.

Tautan tangan mereka tak terlepas, sejak saat Seokjin mulai melajukan mobilnya. Tangan kirinya tak pernah mau meringankan genggaman yang menggenggam tangan kanan Sojung. Sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mengendalikan setir mobil.

Berbeda dengan suaminya, Sojung membiarkan tangan kanannya digenggam erat. Sementara tangan kirinya sedaritadi mengusap halus perut ratanya. Pikirannya terbang entah kemana, suasana hatinya gundah, tatapan matanya juga nampak kosong.

Ini benar-benar kejutan untuk Sojung. Mengetahui bahwa dirinya ini hamil ... Sojung tidak tahu apakah dia ini termasuk wanita yang beruntung―karena bisa hamil tanpa perlu berusaha banyak―atau malah sebaliknya, wanita yang kurang beruntung karena hamil di waktu yang tidak ia inginkan.

Sojung bukan tidak tahu kalau dirinya bisa hamil kapan saja, mengingat dia sudah menjadi istri orang sekarang. Tapi, di usianya saat ini, mental Sojung belum cukup kuat untuk mengatasi dampak dari kehamilan pertamanya.

Tapi, semoga saja dia bisa mengatasi semuanya dengan baik. Apalagi Seokjin yang menjadi suaminya. Sojung yakin, Seokjin adalah pria dewasa yang mampu menuntunnya keluar dari lika-liku rumah tangga menuju kebahagiaan yang sebenarnya.

― ♡ ―

Mereka berdua sudah tiba di rumah sakit sejak beberapa menit lalu. Sojung juga sudah selesai konsultasi bersama dokter. Wanita itu langsung dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan USG.

Sojung yang diizinkan suaminya untuk melakukan pemeriksaan itu lantas mengiyakan anjuran dokter.

Sempat gemetar karena ini adalah kali pertama baginya melakukan pemeriksaan USG. Suaminya tak berhenti tersenyum untuk menyemangatinya. Saat Sojung menoleh ke arah layar monitor, Sojung benar-benar bingung apa yang dilihat dokter sekarang.

Kebingungannya lantas terjawab saat dokter, dirinya dan suaminya sudah duduk berhadapan. Dokter memberikan beberapa lembar foto hasil USG di atas meja, sambil berkata, "Kantung janinnya udah keliatan jelas banget. Janinnya juga udah mulai besar, Ibu."

Sojung terkejut saat dokter bilang bahwa janin yang ada dalam kandungannya sudah mulai membesar.

"Emangnya, berapa usia kandungan istri saya, dok?" tanya Seokjin.

"Udah tujuh minggu," jawab dokter yang lebih membuat keduanya terkejut. Dokter itu lantas terkekeh, ketika melihat ekspresi keduanya sama-sama kebingungan. "Baru sadar, ya?"

"Kok bisa udah tujuh minggu? Kenapa selama itu?" tanya Sojung.

"Usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir, Ibu, Bapak. Jadi nggak usah khawatir dan mikir yang macem-macem," jelas Dokter.

"Oh ya, karena ini belum lewat dari trisemester pertama, Ibu harus hati-hati jaga kandungannya. Jangan terlalu banyak pikiran, pekerjaan yang berat juga kalau bisa dihindari," pesan Dokter pada Sojung.

[2] Emotions; Sowjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang