Sikap dan perlakuanmu memang menceriminkan rasamu, tetapi mengapa aku ragu dengan isi hatimu?
≈≈≈"DI BELI ... DI BELI!!! SIAPA YANG BELI GRATIS FOTO SAMA JUNA DAN GUE," suara kencang Manu benar-benar menggelegar di seluruh penjuru lapangan. Hari ini SMA Angsana benar-benar ramai. Banyak siswa-siswi yang berkerumun sekadar menyaksikan event pameran yang tengah diadakan pihak sekolah.
"Biar apa kayak gitu?! Mantep lo?" Taka yang selalu julid berujar sarkastis pada Manu.
"Duh Taka sayang! Hari ini bisa nggak mulut kamu kunci dulu. Kita lagi bersaing jualan sama jurusan lain. Plis lah."
Geo yang bersandar pada stand pun mengangguk setuju. "Bener! Nama Victor bisa kita manfaatin buat dagangan kita ini abis. Gue nggak keberatan kalau ada cewek-cewek minta foto."
"Apalagi gue!" sambar Rase. "Dengan senang hati. Hahaha,"
Auris terkekeh pelan. Agak lucu saja. "Kalau lo gimana, Jun?" tanya Auris pada Arjuna.
Cowok yang sedari tadi diam itu menggaruk kepalanya, seraya menghela napas ia mengangguk menurut. "No problem."
"NAH KAN!!! Ayo sayang-sayangku, di beli oreo dessert mininya. Rasanya manis dan gak bisa buat move on," Manu begitu bersemangat memasarkan dagangannya membuat Rase dan Geo mengikuti cara Manu.
"Beli satu dapet foto. Beli dua dapet cium, borong semua bisa dinner sama kita."
Auris tertawa kencang. Menepuk bahu Rase pelan. "Nggak gitu konsepnya, Se. Menang di mereka rugi di elo pada."
Rase terkekeh geli, entah mengapa ia merasa gengnya begitu receh sekali. Mungkin tidak untuk Arjuna dan Taka. Arjuna dengan tampang datarnya dan Taka selalu saja mengucapkan kalimat sarkastisnya.
Geo tersenyum, cowok itu justru malah melambaikan tangannya pada Nara. Kebetulan stand milik Nara berada di seberang sana. Tepatnya saling berhadapan dengan stand milik anak Victor.
"Eh, Nar. Si Geo lambai-lambai tuh. Tumben?" ujar Tasya seraya mengipaskan wajahnya dengan sobekan kardus.
Nara mengedikan bahunya acuh, tak begitu peduli. Justru Nara merasa bosan karena es pelangi yang ia jual belum laku sedari tadi. Berbeda dengan stand Arjuna yang sangat ramai.
"Apa gue bilang. Mana laku jual ginian," kata Abi mulai jengah. Di bawah teriknya matahari tetapi es pelanginya pun belum ada yang beli.
Annara menggusah napas, ia memperhatikan stand milik Arjuna yang begitu sederhana namun terkesan aesthetic sekali. Perpaduan warna coklat kayu dan kuning pucat menambah daya tarik. Apalagi Arjuna dan anak Victor lainnya begitu di kenal. Jadi hal mudah bagi mereka menjual semua dagangannya.
Di tambah ada Auris di sana. Pasti perempuan cantik bak model itu yang mempunyai ide menjual oreo dessert mini yang begitu menggugah selera. Berbanding jauh sekali dengan kelompok Nara yang hanya menjual es pelangi biasa.
"Eh kok Manu jalan ke arah sini sih?" heran Tasya.
"Mungkin dia mau beli," jawab Abi enteng.
"HALLO NARA, WIH JUAL APA NIH?" seru Manu heboh.
"Lo liatnya apa, Nu?" decak Abi sebal.
"Et gue basa-basi dulu."
"Jadi lo mau beli atau nggak?" tanya Tasya.
"Gue ke sini mau bantu promosikan. Berhubung dagangan gue udah habis jadi gue bantu kelompok lo Nar."
Abi dan Tasya tersenyum semringah, keduanya pun langsung mengangguk setuju. Semangat 45.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...