38| Curhatan Arjuna

413 37 2
                                    

Tidak semua hal harus di ceritakan, namun ketika sudah tidak sanggup menahan jalan terbaik adalah menceritakan.
≈≈≈

MANU masih bergelut dengan kebingungannya, siapa yang tidak aneh? pukul dua pagi seorang Arjuna tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa memberi kabar terlebih dahulu membuat tanda tanya besar di kepala cowok itu.

Cowok yang memakai bokser serta kaus putih bermotif burung itu mengucek matanya yang terasa kantuk, Manu menguap sesaat seraya mengacak rambutnya.

"Arjuna Valeerian," seru Manu, menatap Arjuna sangat heran.

Arjuna tidak menggubris, sejak datang cowok itu terus terdiam, menatap lurus sebuah televisi yang mati.

Manu berdecak, menggeleng lalu berkacak pinggang. Entah ada apa dengan sahabatnya ini, Manu tidak habis pikir melihat penampilan Arjuna yang sangat kacau. Kantung mata yang menghitam, wajah terlihat begitu kusut dan rambut yang seperti gembel.

"Ada apa gerangan si kawand," ujar Manu, cowok itu duduk di sebelah Arjuna, merangkul seraya menepuknya pelan.

"Gue tau lo banyak masalah, coba cerita ke gue. Siapa tau gue bisa bantu 'kan?"

Arjuna menoleh, menatap intens. "Yakin lo bisa bantu?"

"Ya-iya bisa kalau gue mampu," ucap Manu. "AH! Jangan bikin gue tegang Jun! Sebenernya ada apa sih?"

"Ini soal Nara."

"Nara?" beo Manu tak paham. "Kenapa sama cewek lo? Dia buat salah sampai lo kacau kayak gini?"

"Gue yang salah."

Manu mengernyit. "Prihal lo selalu cuekin dia?"

"Ya."

"Kenapa? Lo bosen sama Nara? Atau lo ada cewek lai-"

"Bukan itu!" sergah Arjuna cepat. "Jangan asal nebak!"

Manu mendecap pelan. "Terus apa? Yang jelas kalau mau cerita biar gue nggak bingung, Jun."

Arjuna menghela napas, sepertinya memang ia harus menceritakan masalahnya yang selama ini selalu mengganggu pikirannya.

"Hampir dua minggu lebih gue selalu mendiamkan Nara, gue gak pernah kasih kabar duluan, pesan-pesan Nara pun jarang gue balas. Bahkan ketemu cuman di sekolah dan itupun sekadar saling tatap, kalaupun Nara mendekat dan mulai nanya-nanya gue cuma jawab gapapa," ujar Arjuna.

"Jun-"

"Gue kecewa sama diri gue sendiri. Tanpa sadar gue udah buat hati Nara terluka, tapi gue nggak tau harus berbuat apa karena kakek," terang Arjuna membuat Manu menaikan sebelah alisnya.

"Ada apa dengan kakek lo?"

"Dia nggak setuju gue berhubungan sama Nara, klasik banget dan terlalu drama menurut gue! Selama ini gue selalu nurut apapun perintah kakek, tapi kalau untuk jahuin Nara rasanya berat, Nu. Dia satu-satunya cewek yang selalu ada buat gue dan menerima kekurangan gue."

"Kalau gitu kenapa gak lo coba tolak? Ini perasaan lo, Jun. Lo berhak menentukan kebahagiaan lo sendiri. Bahkan kakek lo gak ada hak mengatur semua ini, dan lo harus tetep sama Nara!"

Arjuna menatap Manu seraya menghela napas berat. "Tapi beresiko, Nara bakalan celaka, kakek udah kasih peringatan ke gue. Kalau gue terus-terusan deket sama Nara itu tandanya gue yang bikin Nara celaka."

"Dan sialnya kakek selalu tau kalau gue sedang berdekatan sama Nara," lanjutnya.

Manu mendelik, cowok itu tertawa menjengkelkan. "Auris!"

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang