27| Sang pelaku

447 38 0
                                    

Jangan memaksakan apa yang tidak bisa kamu dapatkan. Jangan berbuat karena semua punya sebab akibat.
≈≈≈

"Kerja yang bagus, dan ini bayaran buat—"

"Buat bikin Juna celaka?!"

Laki-laki yang bersandar pada sofa itu terkesiap, agak terlonjak dan dengan refleks berdiri seraya menatap dua laki-laki dan satu perempuan yang baru saja menyanggah kalimatnya barusan.

"Nara?" beo Galen kikuk, sedangkan laki-laki yang lebih tua darinya dan Nara yakin laki-laki itu adalah orang suruhan Galen lantas langsung saja melenggang pergi setelah menerima bayaran dari Galen.

"Dugaan gue bener 'kan?" ujar Nara sinis, "motif lo nusuk Juna karena iri, Len? Serendah itu?" lanjutnya menohok.

Manu berdecap keras. "ANJING YA LO!" tukasnya tajam.

"Ributlah, Yu! Tangan kosong kalau berani," tambah Rase tak kalah geram.

Manu menghela napas, sejujurnya ingin sesekali ia menghantam Galen. Kalau dibiarkan yang ada makin menjadi. "Lo tuh dari dulu nggak ada udahnya, bikin ulah terus!"

Galen mendelik tajam, sorot mata cowok itu menatap Manu dan Rase dalam. "Urusan gue! Nggak perlu lo berdua ikut campur!" ujarnya tajam.

Rase berkacak pinggang, membalas tatapan Galen tak kalah tajam. "Lo senggol Juna! Kita semua turun. Juna ketua Victor dan sangat berarti. Makanya lo punya temen. Bego," balas Rase sarkastis.

Galen menggeram, tangannya terkepal kuat dengan napas memburu. "Lo—"

"Cukup!" lerai Nara cepat, ia khawatir akan terjadi perkelahian yang tak di inginkan.

"Gue ke sini cuma mau buktiin kalau bener lo pelakunya! Gue nggak habis pikir sama lo, Len. Bisa-bisanya lo suruh orang buat bikin Juna kecelakaan dan lo! Tanpa berdosanya nusuk Juna gitu aja?" Nara menggeleng, perempuan itu menatap lamat Galen dengan penuh kekecewaan.

"Hati iblis!" lanjut Nara menusuk.

Manu bersedekap, dengan alis terangkat naik cowok itu berucap kasar. "Mampus!"

Rase berdecak pelan, ikut geleng-geleng. Tangan cowok bermata sipit itu berlabuh pada bahu Galen, menepuk pelan seraya berujar. "Ganteng doang, tapi akhlak memprihatinkan!"

Annara tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran Galen, apakah cowok itu tidak ada lelahnya hidup dalam rasa iri terhadap saudaranya sendiri?

"Ya, udah. Kita pergi," ajak Nara pada Manu dan Rase, di rasa sudah tidak adalagi yang perlu di bahas. Semuanya sudah jelas.

Rase berdeham, bersiap mengeluarkan suara lagi. "Ganteng doan—"

"Se! Udah ayo cabut," potong Manu cepat membuat Rase mencebik kesal.

Galen mendengus kasar, menatap nyalang kepergian tiga orang itu. Mata Galen tak lepas dari Nara yang berjalan menjauh meninggalkannya. Lagi.

"AH GOBLOK!" teriak Galen emosi.

°°°

Hari ini Arjuna sudah di perbolehkan pulang, cowok itu hanya di opname satu hari semalam. untungnya luka tusukan pada perut Arjuna tidak begitu dalam jadi cowok itu tidak perlu perawatan intensif.

Tapi tetap saja rasa khawatir masih ada dalam diri Nara, yang Nara tahu luka tusukan itu bisa berakibat fatal jika tidak segera di tangani medis.

"Wah Jun, rumah lo makin aesthetic aja," ujar Geo kagum, cowok itu langsung merebahkan dirinya pada sofa yang tersedia.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang