51| Memohon

492 41 0
                                    

Jika dari awal aku sudah mengklaim dirimu milikku, maka sampai kapanpun kamu tetap punya aku. Tidak akan pernah kubiarkan lepas meski karena orang terdekat.
≈≈≈

LIMA hari telah berlalu begitu saja tanpa sosok Nara di hidup Arjuna. Perempuan itu benar-benar menjauh seakan tidak mau bertemu barang sedetikpun. Permintaan Nara yang semula Arjuna turuti kini semakin ragu dan kian gelisah karena rindu yang teramat pada perempuan bersurai kecokelatan itu.

Cowok yang sudah rapi dengan seragam kebanggaannya lekas membuka pintu guna segera berangkat ke sekolah. Akhir-akhir ini Angsana sedikit tidak berkesan kalau tidak bertemu wajah manis Nara.

Arjuna benar-benar bucin.

"Good morning gantengku ...." Arjuna sempat terlonjak kaget karena melihat sosok Rase di balik pintu dengan senyum lebar hingga mata cowok itu hampir tak terlihat. Sipit macam bulan sabit.

"Ngapain?!" Arjuna sedikit menekan pertanyaannya, sebal karena temannya ini tiba-tiba muncul begitu saja.

"Ngapain ya?" Rase balik bertanya seraya cengengesan, "mau nebeng sekolah," ungkapnya.

"Enggak terima tumpangan," tolak Arjuna mentah.

Rase tentu mengumpat. "Bos jangan pelit-pelit, ga kasian pengorbangan gue buat sampe di rumah lu ini kalau gue barusan naik angkot. Sumpah Jun!"

"Skateboard gue rusak lagi," tambah Rase sok nelangsa.

"Makanya beli motor jangan beli gituan mulu," peringat Arjuna.

"Ora punya duit," sahut Rase cepat.

"Jadi ... Kita berangkat bareng, ya. Biar sweet gitu gue bareng idola Angsana," lanjut Rase bawel.

Arjuna berdecak pelan, "kenapa ga sekalian turun di sekolah pas naik angkot tadi? Kenapa harus ke rumah gue?"

"Gengsi lah!" seru Rase, "ya kali seorang Rase Alterio anggota Victor naik angkot. No!"

"Gue ga mau bareng lo!" ujar Arjuna kejam.

"Jun, come on lah. Gue temen lu bukan anak tiri." Rase menampilkan muka yang di buat seimut mungkin, justru bukan imut di mata Arjuna hanya membuat Arjuna ingin menendangnya saja.

"Ya, udah." Arjuna mengiyakan sebelum semakin mengesalkan temannya ini.

"Naik motor?" tanya Rase membuat pergerakan Arjuna terhenti.

"Iya."

Rase berdeham pelan. "Naik mobil ajalah, itu ada banyak kan?" Rase menunjuk mobil yang ada di bagasi.

"Gue udah dandan nih, entar luntur."

Arjuna menoleh cepat dengan kening mengeryit, mata cowok itu lantas memelotot membuat Rase menyengir.

"Bercanda elah, masih pagi emosian mulu si ganteng. Banyakin aer putih biar muka lu kaga cepet keriput, Jun." Rase mengoceh, Arjuna tentu tak mengidahkannya dan berjalan menghampiri motornya, lama-lama bersama Rase bisa tertular penyakit cowok itu.

Tidak waras.

°°°

Kali ini anak-anak Victor tidak pergi ke WB, mereka memilih menghabiskan waktu istirahatnya di kantin Angsana. Arjuna yang di banjiri peluh sehabis tanding basket membuat beberapa murid cewek memperhatikannya lekat-lekat seakan mata mereka kembali segar sehabis belajar.

"Es gue masa rasanya hambar dah," Manu berujar membuat Rase, Geo, Taka dan juga Arjuna menoleh kompak.

"Contoh otak udang," sembur Taka.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang