30| Terungkap

462 43 0
                                    

Mirisnya ketika sudut pandanganku terhadapmu sudah berubah namun nyatanya sekali pendusta tetap pendusta.
≈≈≈

SEJAK tiga puluh menit yang lalu—perempuan yang mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru laut itu sama sekali tidak berkedip sedikit pun. Sampai matanya kering pun Annara tetap memperhatikan lekat-lekat cowok di hadapannya saat ini.

Arjuna begitu ganteng sekali. Benar-benar ganteng dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu. Arjuna bahkan sangat fokus memecahkan soal-soal di buku fisikanya sekarang.

Meskipun suasana rumah Arjuna terasa sunyi namun sangat menenangkan sekali. Tidak masalah bagi Nara malam-malam di jemput Arjuna hanya sekadar menemai cowok itu belajar untuk olimpiade lima hari kedepan.

"Aku bukan hantu yang tiba-tiba hilang, Ra."

Refleks Nara mengerjap, menaikan kedua alis seraya terkekeh malu. "Eh kenapa?" tanya Nara.

Di lepasnya kacamata kemudian di tumpu kedua lengan di atas meja seraya menatap Nara lekat, tersenyum simpul sambil berujar. "Kamu ngeliatin aku sebegitunya dari awal hm? Takut aku hilang gitu?"

Nara mencebik. "Bu-bukan gitu sih,"

"Terus?"

"Ya karena kamu—"

"Ganteng 'kan?"

What? Arjuna kok menyebalkan sekali sih. Memang kalau masalah ganteng sudah pasti. Hanya saja terlalu percaya diri membuat Nara gemas di buatnya.

"Sejak kapan kamu pede gini, Jun?"

Arjuna mengedikan bahunya. "Ke kamu doang, Ra."

"Ya emang ada yang lain?" selidik Nara.

"Nggak."

Nara tersenyum malu, hingga suara dering ponsel Arjuna membuat cowok itu lantas berdiri, berjalan agak menjauh ketika benda pipih tersebut menempel di telinganya.

"Siapa ya?" tanya Nara pada dirinya sendiri, melihat Arjuna yang terlihat serius berbicara di seberang telepon sana yang entah dengan siapa Nara tidak tahu. Sepertinya penting sampai-sampai Arjuna menjauh.

Cowok itu sudah kembali, raut wajahnya sedikit berubah. Datar namun Nara tahu kalau sang pacar terlihat kesal.

"Dari siapa, Jun?" tanya Nara akhirnya.

"Bukan siapa-siapa."

"Jun,"

"Dari Kakek, Ra."

Nara terdiam sesaat kemudian kembali berucap. "Apa katanya?"

Seraya merapihkan buku-buku Arjuna menggeleng kecil. "Gak penting, kita cari makan, mau?"

Pengalih pembicaraan. Baiklah, mungkin Arjuna tidak ingin hal pribadinya di ketahui Nara. Perempuan itu menganggukkan tawaran Arjuna.

"Apa nggak kemaleman?"

"Baru jam sembilan kan, Ra?"

"Iya, mau cari makan di mana?"

"Resto deket-deket sini aja."

"Oke."

Huh, satu sifat Arjuna yang baru Nara pahami. Kalau ada hal yang membuat cowok itu agak badmood pasti mengalihkan pembicaraan.

°°°

"Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana. Biar aku yang pesan," perintah Arjuna pada Nara. Cowok itu ternyata membawa Nara pada salah satu restoran jepang.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang