Hidupku memang selalu datar, namun setelah melihatmu ada sesuatu yang bergetar.
≈≈≈SEKELOMPOK laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang terdiri dari lima orang itu baru saja memasuki kantin dengan rusuh. Duduk di bangku yang menghadap langsung ke arah lapangan. Jika kebanyakan murid memilih duduk di pojok kantin, namun tidak untuk Arjuna dan kawan-kawan. Ke-lima cowok itu sama sekali tidak tertarik untuk menguasai meja pojok. Terlebih sudah ada senior yang menempatinya, bergaya pongah seakan merekalah penguasa.
"Nu! Nu! Pesen es jeruk gih, jangan lupa batu esnya biar banyak supaya seger," ujar Rase seraya mengibas-ngibaskan tangannya pada Manu.
Manu mengalihkan atensinya dari ponsel pada Rase. Menatap sebal cowok bermata sipit itu. "Punya kaki kan lo, Se? Ngapain nyuruh gue?"
"Lo kan temen gue, Nu. Tolonglah. Males banget harus antre bareng cewek-cewek. Yang ada muka gue abis di cubitin saking gemesnya," ujar Rase pada Manu.
"Najis, Se. Najis! Modelan kayak lo gemes dari mananya?" timpal Taka.
"Sialan lo, Ka. Kebiasaan banget kalo ngomong nyakitin. Nyakitin terus pokoknya!" kata Rase mendramatis.
"Yee bukan Taka namanya kalo gak nyakitin asal ngomong," ujar Geo membuat Taka menyengir kuda.
"Kalo mau lo cukup temenan sama Juna aja, Se. Nggak bakal sakit hati gue jamin!" ujar Manu pada Rase.
"Sakit hati sih nggak. Ngebatin iya, lo pikirlah. Juna bisu gitu. Mana mau dia ngomong sama gue," Rase menyengir, menatap Arjuna yang tengah menatapnya balik.
"Karena lo rese!" ujar Arjuna.
"Hah? Lo ngomong apa barusan, Jun?" tanya Rase mendekatkan telinganya.
"Lo rese!" jelas Arjuna.
Rase mendelik kesal. "Itu resek Juna!!! Nama gue Rase. Parah lo, samanya kayak Taka."
Gelak tawa terdengar kencang dari Manu, Taka dan juga Geo. Ketiga cowok itu terbahak. Arjuna, Arjuna. Sekalinya membuka suara malah receh. Tapi benar juga, Rase dan resek itu beda tipis.
"Betul banget. Gue setuju, nama lo Rase. Gak beda jauh sama sifat lo yang resek," ujar Taka mengejek.
"Terus aja terus!!! Nistakan gue sepuas lo semua," sewot Rase.
"Udahan! Udahan! Gak seru orangnya ambekan," ujar Manu berkelakar.
"Tenang, Se. Gue beliin es jeruk dah nih. Bentar. Jangan nangis," Geo terbahak, beranjak sekadar membeli es jeruk yang di inginkan Rase tadi.
"Wah Geo pengertian banget tuh, Se. Pacarin gih," Taka merasa senang kalau sudah meledek teman-temannya.
"Gue nggak homo Taka!!! Anjing dah lo jadi temen," teriak Rase kepalang sebal.
"Ya kali lo suka batangan Se," ujar Manu.
Sinting! Arjuna tidak bisa berpikir lagi dengan isi otak teman-temannya. Semua begitu receh. Ia sama sekali tidak tertarik. Mengedarkan pandangan, cowok beralis tebal itu terpaku. Meneguk ludah berat ketika matanya tak sengaja melihat perempuan tengah duduk di meja ujung sana. Perempuan yang setiap inci wajahnya begitu mirip dengan seseorang.
"Woi Jun!" sentak Manu membuat Arjuna terlonjak. "Ngeliatin apaan si lo?"
Arjuna berdecak. "Bukan apa-apa!"
Manu mendengus, lalu ikut melihat apa yang barusan Arjuna lihat sampai-sampai cowok itu tertegun di tempatnya.
"Lo lagi ngeliatin si Nara?" tebak Manu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...