26| Menyelidiki

488 37 0
                                    

Kadang manusia itu lucu, kesalahan bukannya di jadikan pelajaran tetapi malah timbul dendam.
≈≈≈

"WOI BANGSAT!"

Laki-laki yang lengkap memakai seragam putih abu-abu itu mendelik terkejut, memberhentikan motor hitamnya seraya membuka helm. Manu dengan cepat berlari, mendekat ke arah Arjuna yang sudah jatuh tersungkur ke aspal dengan begitu kasar.

Manu menggeram ketika orang yang ia beri umpatan itu langsung melesat pergi setelah menendang motor Arjuna hingga terjatuh.

"Juna! Apa yang luka? Ada yang parah nggak, Jun? Astaga!" Manu melemparkan banyaknya pertanyaan. Cowok itu sedikit membungkuk, membantu Arjuna agar berdiri seraya mendirikan kembali motornya yang sudah lecet akibat terbentur aspal.

Arjuna mendesisi kasar, cowok itu mengibaskan tangannya yang terluka, dengan siku yang berdarah Arjuna menghela napas panjang. Celana abu-abunya juga sudah robek di bagian lutut dengan luka yang lumayan besar terlihat.

Manu berdecak, untung saja kebetulan Manu melihat Arjuna. Keduanya memang sama-sama ingin menuju Angsana. Tetapi siapa tahu? Musibah menimpa cowok pendiam itu pagi-pagi begini.

"Ke rumah sakit nggak?" tawar Manu khawatir.

Arjuna menggeleng, membenarkan jaketnya sebentar. "Gak perlu. Gue gak pa-pa," tolak Arjuna.

"Apaan si lo! Luka lo harus di obatin, itu kemeja lo juga kena darah."

"Nanti aja di UKS sekolah, gue harus jemput Nara dulu."

Manu mendengus kasar, "lagian siapa orang tolol yang nendang motor lo tiba-tiba si, Jun?" geram Manu. "Untung kebetulan ketemu gue."

"Gue gak tau, dia kan pake helm. Mana bisa liat mukanya."

Manu mendesah pelan, mengangguk saja. Arjuna sedikit menyebalkan. Sudah luka-luka begini masih saja bersikap seolah tidak apa-apa.

"Ayo cepet ke sekolah, nanti telat." Arjuna berujar pelan.

"Lo nggak mau satu motor aja sama gue?" ajak Manu.

"Nggak usa—Arrgghhh."

"ANJING JUNA!" teriak Manu kencang, matanya hampir keluar ketika seseorang yang tiba-tiba datang dan langsung menusuk perut Arjuna dengan pisau di tangannya.

Manu mengumpat kasar, cowok itu mengepalkan tangannya. Matanya beralih menilik tajam seseorang yang berada di atas motor dengan pakaian tertutup rapat yang baru saja menusuk Arjuna.

"Dasar goblo—WOI BEGO JANGAN KABUR LO!!!" seru Manu berteriak ketika seseorang itu dengan cepat melesat pergi meninggalkan Arjuna begitu saja.

Manu mengacak rambutnya kasar, cowok itu ingin mengejar sang pelaku, namun ia tidak bisa meninggalkan Arjuna yang sudah terjatuh duduk dengan tangan yang memegangi perutnya.

Manu meringis—melihat kemeja putih Arjuna serta tangannya penuh dengan darah. "Jun! Lo tahan! Kita ke rumah sakit."

"Ka-kabarin Nara," suruh Arjuna menahan sakit di perutnya, cowok itu sebisa mungkin kuat agar tidak pingsan.

Manu mengangguk, cowok itu memilih memberi kabar kepada Nara setelah membawa Arjuna ke rumah sakit. "Tahan, Jun! Lo pasti bisa!"

Seperti hujan yang turun tanpa izin, semua begitu tiba-tiba. Sama halnya dengan Arjuna yang tanpa di duga bisa mendapat musibah seperti ini. Sebenarnya Manu sendiri tidak mengerti apa motif sang pelaku menusuk Arjuna begitu. Berawal dari orang pertama yang menendang motor Arjuna hingga jatuh, kemudian di susul orang kedua yang menusuk perut Arjuna begitu saja.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang