47| Kiriman Cake

438 39 0
                                    

Meskipun sering kali di patahkan dan di kecewakan yang namanya sayang tidak ada kata bosan.
≈≈≈

MUNGKIN tidak apa untuk sekarang seperti ini dulu, meskipun hubungan tidak jelas statusnya tetapi masing-masing dari kita memiliki rasa yang sama.

Malam ini bisa di katakan malam yang baik untuk Annara karena kedatangan seorang cowok pendiam yang semulanya jarang sekali untuk main ataupun berkunjung kalau bukan di sekolah.

Tetapi ... saat ini cowok yang memiliki peran pendiam nan pintar itu tengah duduk di samping Nara, matanya fokus menatap layar televisi yang menampilkan acara berita terupdate hari ini. Dan itu—sangat membosankan bagi Nara.

Perempuan dengan rambut di kucir asal itu memilih berdeham pelan, mengembuskan napas lalu berujar. "Nggak bosen?"

Menatap Nara, Arjuna menautkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Berita kayak gitu di liat, apa serunya?" sungut Nara sebal.

Arjuna lantas menyerongkan posisinya, atensi cowok itu kini ia alihkan hanya untuk Nara. "Kamu mau apa? Atau aku harus apa?"

"Gak mau apa-apa sih, makanan aja udah banyak," matanya menilik beberapa makanan yang Arjuna beli sebelum datang ke rumah Nara.

"Jun,"

"Hm?"

"Kamu nggak ada olimpiade lagi?"

"Ada."

"Kok nggak sibuk?"

"Kalo aku sibuk nanti hubungan kita nggak baik lagi."

Nara meringis, merasa tidak enak situasinya. "Emang kita punya hubungan, ya?" ujar Nara bertanya, "kan udah selesai."

"Perasaannya juga?"

"Nggak, tau," kata Nara kaku.

Perempuan itu terdiam sesaat, berpikir. Apa ke depannya akan seperti ini terus? Tanpa status dan merasa bingung sendiri. Memang sih status tidak penting tetapi yang di butuhkan itu perasaan. Namun Nara hanya takut, ketika Arjuna dekat perempuan lain dengan status jomblonya ini, sedangkan mereka masih saling sayang. Bukankah itu menyebalkan?

Mau meminta balikan tetapi Nara tidak cukup berani, lagi pula takut Arjuna hanya main-main saja. Kalau tidak mau kehilangan mengapa juga bukan Arjuna yang mengajak kembali?

"Kenapa diem?" Arjuna menjentikkan jarinya pada hidung Nara membuat perempuan itu tersentak.

"Gapapa."

"Ya, udah," kata Arjuna, cowok itu lantas membuka ponselnya, melihat beberapa notifikasi yang muncul di layar WhatsAppnya. Di sana tertera jelas ada pesan dari grup Victor yang pasti membahas hal tidak penting.

Melirik jam, Annara menguap tatkala melihat benda yang terpampang di dinding jelas menunjukkan pukul 12 malam, matanya sudah terasa berat, Nara tidak bisa begadang karena besok ia akan masuk sekolah.

Sepertinya Arjuna fokus sekali dengan benda pipih di tangannya, perempuan itu lantas saja menyendarkan kepalanya pada bahu Arjuna, memejamkan mata dan larut dalam mimpinya.

Kakek_ : Juna, dimana kamu?
Kakek_ : Mengapa rumah di biarkan sepi begini? Jam berapa ini Juna?

Arjuna berdecak pelan, cowok itu lantas mengetikan balasan dan memberitahu kalau ia berada di rumah Nara. Tentu saja mengetahui hal itu sang kakek dengan lekas membalasnya dengan kata-kata menyebalkan.

Kakek_ : Apa-apaan kamu? Untuk apa berhubungan dan dekat lagi dengan cewek itu? Berapa kali kakek harus peringatkan Juna?! Pulang atau...

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang