23| Surat & Mantan

537 34 0
                                    

Kita memang pernah bersama, tetapi cerita kita sudah berakhir lama. Jadi memaafkan itu kewajiban dan menerima kembali itu pilhan.
≈≈≈

PEREMPUAN yang baru keluar rumah seraya menutup knop pintu itu tersenyum. Menghirup udara di pagi hari yang terbilang segar dan cuaca yang cukup cerah.

Annara mengernyit ketika hendak membuka gerbang namun sudah ada seseorang yang tengah berdiri dengan posisi tubuh yang membelakanginya.

"Permisi? Maaf, siapa ya?" tanya Nara sopan.

"Good morning, baby." Nara terperanjat ketika seseorang itu membalik badan. Galen—cowok menyebalkan itu tengah tersenyum menjijikkan di mata Nara.

"Lo mau ngapain sih?!"

"Masih pagi jangan ngegas dong cantik."

Nara berdecak keras. Memutar bola mata terlihat begitu tak suka terhadap Galen. "Kita udah nggak ada urusan, Len. Plis nggak usah terus temuin gue!"

"Baca deh, Nar." Galen tak menjawab. Cowok itu justru memberikan secarik kertas yang di lipat menyerupai surat membuat Nara langsung menerimanya.

Ribuan surat sudah kamu baca. Puluhan bunga sudah kamu terima. Jangan pernah bosan untuk membaca dan menerka. Karena aku akan selalu suka. Dan mencintaimu dalam duka.

Salam dariku, penggemar tak terduga.

Nara langsung menilik Galen tajam, perempuan itu menyipitkan matanya seakan meminta penjelasan kalau. Dari mana lo dapet surat ini?

"Aku nggak tau, Nar. Aku dapet kertas itu di selipan gerbang rumah kamu. Ada bunga mawarnya sih. Cuman aku kasih tukang sampah tadi," ujar Galen menjelaskan dengan detail. "Ternyata kamu punya fans juga ya, Nar," lanjutnya.

Nara mendesah berat, pagi-pagi sudah di buat pusing dengan secarik kertas dan kehadiran mantan menyebalkannya ini. Tapi apa mungkin Galen ada hubungannya dengan setiap notes dan surat-surat yang ia terima selama ini?

"Jadi ngapain dan mau apa lo ke rumah gue?!"

"Jadi kamu udah siap balikan belum?"

Nara mendelik, menghentakan kaki kesal. "Gue nggak siap! Dan emang nggak bakal mau balikan sama lo. Galen! Kenapa lo nggak ngerti juga sih? Kita. Udah. Berakhir lama!" jelas Nara penuh penekanan.

Galen terkekeh sinis, senyumnya berubah menjengkelkan. "Terus lo masih mau sama Juna yang jelas-jelas mengkhianati lo juga? Dia ciuman sama Auris, Nar."

Benar-benar pengintai! Bisa-bisanya Galen tahu akan hal itu.

"Lo nggak berhak nilai Juna rendah. Karena sampai kapan lo sama Juna jelas jauh beda. Lo lebih rendah dari apapun karena dengan lemah menjelekkan sepupu sendiri!"

"Nara!" geram Galen tersulut emosi.

Nara tertawa remeh. "Inget ya, Len. Nggak usah halu kalau kita bisa balikan. Sampai kapan pun gue nggak pernah mau! Dan gue nyesel pernah jadi pacar cowok kayak lo!"

"Berani-beraninya ya lo Nar!" tekan Galen. "Ikut gue sekar—"

"Jangan ganggu cewek gue!" Arjuna menyelang dengan cepat. Baik Nara dan Galen bahkan tidak sadar dengan kedatangan Arjuna.

Galen mendecap sinis. "Nara bekas gue!"

Arjuna menatap tajam Galen. "Cewek gue bukan barang!"

"Bisa-bisanya Nara mau sama pembunuhan kayak lo."

Arjuna mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan diri guna tidak menghantam Galen. Ia tidak mau membuat keributan pagi-pagi. Apalagi masih di lingkungan rumah Nara.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang