42| Si orang misterius

447 40 1
                                    

Yang selama ini kuterka kini terlihat di depan mata. Yang selama ini kupikirkan ternyata selalu bertemu di kehidupan. Dan Terakhir, ternyata kamu yang mengejutkan.
≈≈≈

PUTUSNYA hubungan antara Nara dan, Arjuna sudah di ketahui hampir seluruh anak-anak Angsana. Termasuk Binta—perempuan yang begitu terobsesi dengan Arjuna kini kembali mengganggu hari-hari Arjuna dengan berbagai pesan WhatsApp yang masuk, atau berlagak centil dan cari perhatian ketika berpapasan dengan Arjuna.

Namun cowok yang di kenal cuek dan pendiem itu sama sekali tidak meladeni seorang bernama Binta, kakak kelas gila yang selalu menyusahkan Arjuna.

Berbeda dengan Annara, perempuan yang saat ini tengah berjalan sendiri menuju lokernya justru terlihat tak bersemangat, rambutnya tak tertata dengan rapi, tas ranselnya ia seret dengan tak semestinya membuat beberapa pasang mata memperhatikannya tanpa berkomentar apappun.

"Gue laper lagi," monolognya, masih berjalan menuju loker guna menaruh barang-barangnya seperti; buku-buku, baju olahraga dan peralatan lainnya.

Langkah kaki perempuan manis itu terhenti tatkala melihat seseorang yang tengah sibuk berkutik di balik lokernya, mata Nara mendelik, keningnya mengernyit sangat bingung dan segera menghampiri seseorang tersebut.

"Lo ngapain di loker gue?" tanya Nara heran, "lah? Lo bisa buka loker gue juga? Kan kuncinya ada di gue," ujar Nara meminta penjelasan.

"Na-Nara? Mmm ... Anu, itu," seseorang tersebut terbata, seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal ia memandangi Nara dalam diam.

Nara semakin mendekat ke arah lokernya, sekadar memeriksa dan langsung terdiam, terkejut bukan main dengan apa yang ia lihat di dalamnya.

"Lo—orang yang selama ini kasih gue surat-surat dan bunga mawar itu?!" ujar Nara masih tak paham, di ambilnya surat yang sudah di gulung kecil lalu memperlihatkannya pada seseorang di hadapannya.

"Kenapa?" ujar Nara lirih, "lo bikin gue bingung dengan maksud semuanya, Bi. Ternyata selama ini elo orang misterius itu, Abian?"

Benar, Abian sahabat Naralah yang selama ini selalu mengirimkan surat-surat atau notes pada Nara. Bahkan Nara sama sekali tidak bisa berpikir kalau Abi di balik semua ini, sungguh tidak masuk akal.

Abi menghela napas pelan, ia sudah seperti maling tertangkap basah. Sialnya, mengapa juga Nara tiba-tiba datang pagi, biasanya perempuan ini datang sekolah selalu jam delapan.

"Bi, jawab! Kenapa lo lakuin ini?!" cerca Nara.

"Karena cuma ini yang bisa gue lakuin prihal perasaan gue tanpa merusak suasana, Nar, gue cuma takut persahabatan kita berubah kalau lo tau perasaan gue selama ini," terang Abi rasional.

"Tapi gak gini—"

"Pengecut!" serang Arjuna, memotong kalimat Nara membuat atensi Abi dan Nara terpecah.

Untuk yang kedua kalinya Abian menghela napas, ia dapat melihat Arjuna serta anak Victor lainnya yang baru saja datang dan Abi yakin mereka sudah tahu, ah satu lagi, ada Tasya yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Wah ternyata benar gak ada persahabatan cowok dan cewek," Rase mulai berucap.

"Mungkin emang udah saatnya lo bakal ketauan, Bi," kata Manu ikut menyahut.

"Biar apa si lu begini, sok sokan misteri dah," itu kata Taka.

Abian tertawa menyebalkan. "Gue cuma si penyimpan rasa yang gak tau gimana caranya bersuara."

Arjuna belum bersuara lagi, cowok yang berpakaian selalu rapi itu menatap tajam Abi, meniliknya seakan Arjuna tidak terima mendengar perkataan Abi barusan.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang