20| Sifat yang sebenarnya

532 31 0
                                    

Pepatah mengatakan buah yang terlihat bagus di luar belum tentu bagus di dalam. Jadi untuk apa wajah cantik kalau tidak dengan hatinya?
≈≈≈

SUDAH tidak heran lagi kalau kantin menjadi surga bagi siswa-siswi SMA Angsana. Selain tidak melihat buku mereka pun bisa menikmati berbagi macam jenis makanan yang mengenyangkan perut.

Setelah acara event kemarin selesai, sekolah tetap masuk seperti biasa dan menjalan kegiatan belajar mengajar tanpa ada jam kosong sama sekali. Hal itu pun tidak bermasalah bagi mereka. Memang sudah kewajibannya untuk menuntut ilmu yang kadang ada rasa malas jika di pikirkan.

"Enakan baso atau mie ayam kira-kira?" tanya Rase pada para sahabatnya.

Geo berdecak pelan. "Mending ke Wb aja kuy! Nggak biasa gue di kantin."

"Pulang sekolah ajalah. Jarang-jarang juga kita istirahat di kantin 'kan?" Manu berujar seraya mengaduk-aduk gelas yang berisi jus buah naga.

"Et," decak Rase. "Gue kan nanya enakan baso atau mie ayam?!"

"Enakan lo pergi aja sana," sambar Taka sewot. "Mau makan aja ribet banget. Lo bisa beli keduanya kalau mau!"

"Sayang duit dong!" sahut Rase tak mau kalah.

Geo menaikan sebelah alisnya seraya melirik Arjuna yang sedari tadi sibuk bersama Nara. "Tenang aja! Kan ada Bos Junaku, hahaha."

"Fiks gue sampe lupa hal itu!" jawab Rase dan langsung berlari untuk memesan kedua makanan yang di inginkan.

Annara tertawa, perempuan itu menggeleng kecil dengan mata menetap lamat Arjuna. "Gapapa?"

"Apa?"

"Itu Rase."

Arjuna mengangkat kedua bahunya. "Udah biasa, Ra."

Nara mangut-mangut, tersenyum. Lingkungan pertemanan Arjuna begitu sehat. Ia melihat tidak ada kepalsuan di mata anak Victor. Mungkin sebab itu Arjuna begitu sayang dengan para sahabatnya.

Omong-omong, Nara juga sudah tidak memikirkan masalah Arjuna saat menolong Auris. Karena itu sudah kewajiban manusia untuk saling tolong menolong. Arjuna pun sudah meminta maaf padanya.

"Semangat ya!"

Kening Arjuna berkerut bingung. "Untuk apa?"

"Semangat menjalani hidup dan hari-hari kamu. Aku yakin kamu kuat, meskipun tanpa keluarga kamu pasti bisa bertahan."

Senyum Arjuna terukir meskipun samar. "Always. Makasih, Ra. Karena kamu selalu ada buat aku. Dan kamu salah satu bagian hidup aku semenjak kita resmi pacaran."

Ah! Sudah-sudah. Jangan di ingat lagi kejadian pada saat Arjuna menyatakan perasaannya terhadap Nara. Sebab tidak ada kesan romantisnya sama sekali. Atau bahkan seperti tanpa cinta Arjuna menyatakannya.

"Nih," Auris yang tiba-tiba muncul dengan melemparkan undangan kecil berbentuk card itu membuat atensi Arjuna serta yang lainnya tersita.

"Apaan nih Ris?" tanya Geo terheran.

"Undangan dong," Auris tersenyum semringah.

"Reuni Jun," ujar Manu memperjelas. "SMP angkatan kita ngadain reuni. Gue pikir lo udah tau kali. Kan di grup SMP rame semalem."

Arjuna menghela napas, mana sempat ia membuka grup alumni? sedangkan dirinya sibuk belajar berbagi soal kimia untuk UAS yang akan datang nanti. Apalagi Arjuna baru mengganti nomor whatsappnya guna tidak di chat para fansnya.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang