Perasaan ini akan selalu ada, bahkan selalu bertambah setiap harinya jika kamu tidak berulah.
≈≈≈"WHAT??"
Nara menutup telinganya rapat-rapat, khawatir akan tuli setelah mendengar pekikan Tasya barusan. Perempuan yang memakai kaus polos berwarna putih itu benar-benar tidak bisa mengendalikan suaranya. Untung saja keadaan rumah Abi tengah sepi. Jadi tidak ada yang merasa terusik.
Hari minggu ini Nara sengaja ingin menghabiskan waktunya bersama Abi dan Tasya. Sebenarnya tujuan awal ia main karena ingin bercerita hubungan antara Galen dan Arjuna yang ternyata sepupu.
Apakah dunia sesempit ini?
"Gue masih nggak nyangka, Nar. Sulit di percaya! Arjuna sama Galen? Sepupu? Ah! Kebetulan macam apa ini?" ujar Tasya, perempuan itu geleng-geleng takjub.
Memang sih, awalnya Nara pun terkejut setelah mendengar semua cerita Arjuna. Tapi mau gimana lagi? Memang itu kenyataan bukan?
Abi yang sedari tadi sibuk bermain PS berdecak pelan. "Gak usah lebay deh, Sya. Di dunia ini nggak ada yang gak mungkin. Kalau Tuhan udah mentakdirkan kita bisa apa? Contohnya, bisa aja kan gue nanti nikah sama lo?"
Tasya refleks menimpuk Abi dengan kaleng soda yang sudah kosong. "Kenapa harus gue sebagai contoh?"
"Ini kan misalnya, Sya! Nara kan udah sama Juna,"
Nara terkekeh, mulai kan perdebatan kecil dari hal sepele. "Ya udah, skip pembahasan kalau gitu. Intinya lo berdua udah tau hubungan Galen sama Juna,"
Tasya mengetuk-ketuk dagunya dengan jari, mulai berpikir. "Nar," serunya membuat Nara menatap perempuan itu. "Lo mikir nggak? Gimana kalau tiba-tiba Galen pindah ke Angsana? Ketemu Juna dan elo?"
Nara lantas mendesis, melirik sinis. "Nggak mungkin banget, Sya."
"Hidup lo terlalu terpaku sama novel, Sya!" Abi berujar sebal.
"DI DUNIA INI KAN NGGAK ADA YANG GAK MUNGKIN," sungut Tasya pada Abi.
°°°
XI IPA-5 ricuh, bukan karena hal serius. Melainkan ulah Rase dan Manu yang selalu saja mengganggu ketenangan teman-teman sekelasnya.
Ada kesempatan jam kosong, tidak akan di lewatkan oleh anak-anak Victor.
"WOI Taka ..., lagi ngebokep lo ya?" tuding Manu tajam, cowok itu menyipitkan matanya. Seakan mengintrogasi.
"Bacot dah lo, gue nggak semesum lo pada," sahut Taka sewot.
"Nu berisik banget lo dari tadi! Taka sama gue lagi mabar." Geo ikut berujar.
"Ampun bang jago," ujar Rase bernada.
Arjuna mendesah, tak berselera. Cowok itu justru malah menatap lamat layar ponselnya yang menampilkan fotonya bersama Nara. Entah mengapa ada rasa takut kehilangan gadisnya. Semua ini pasti karena kedatangan Galen tempo hari. Sebenarnya Arjuna tidak ingin berlebihan, namun ia sangat tahu bagaimana sifat asli Galen.
"Diem aja, Jun. Kenapa?" Arjuna langsung memasukan ponselnya ketika Auris duduk di sebelahnya.
"Gak pa-apa,"
Auris mangut-mangut, tersenyum seraya menyodorkan beberapa lembar kertas fotokopian. "Ini materi buat olimpiade minggu depan. Udah gue ringkas semua, siapa tau lo butuh tambahan materi."
Olimpiade? Ah bahkan Arjuna lupa akan hal itu. Ia tidak ingat sama sekali kalau minggu depan dirinya dan Auris ada olimpiade bersama sebagai perwakilan SMA Angsana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...