Hidup tidak akan tenang jika terus mencari kesalahan demi sebuah keegoisan.
≈≈≈Cukup.
Hampir setengah jam Tasya mengoceh membuat telinga Nara rasanya pekak sekali. Definisi teman menyebalkan itu seperti Tasya, sudah tau kondisi Nara tengah terbaring lemah di atas brankar dengan bibir pucat serta badan yang lemah, tetapi perempuan itu terus saja berceloteh.
"Sumpah, ya, Nar! Gue gedek banget ah!"
"Kenapa si lo bisa sampe masuk rumah sakit gini? Dokter bilang lo keracunan, tau gak? Bodoh banget udah gede masih aja keracunan makanan, kayak anak SD aja si lo!"
Nara menghela napas. "Musibah, Sya, udah kenapa jangan ngomel mulu, makin buat kepala gue pusing."
"Ya maap."
"Annara...," perempuan itu menoleh bersamaan dengan Tasya, ia tersenyum tipis melihat kedatangan Arjuna bersama Rase dan juga Manu.
"Kenapa bisa?" tanya Arjuna tampak khawatir sekali ketika Tasya memberi kabar bahwa Nara masuk rumah sakit. Cowok yang tadinya sibuk di kafè itu langsung bergegas melihat kondisi Nara.
"Aku ngga tau, tiba-tiba pingsan aja."
"Dia keracunan cake," sambar Tasya, "untung gue dateng tepat waktu ke rumah lo, kalo nggak bisa fatal."
Manu menepuk keningnya. "Aduh, Nar, perasaan pas gue anterin lo pulang masih sehat, et sekarang malah di rumah sakit gini. Jadi kaga enak kan gue,"
"Musibah bego," serang Rase pada Manu.
"Sekarang cakenya mana?" tanya Arjuna.
"Gua buang, Jun. Di tempat sampah, abisnya panik dan takut ada yang makan lagi," kata Tasya memberitahu.
"Ada aja orang jahat yang mau bikin lo celaka, Nar. Heran gue," ujar Manu.
"Kira-kira siapa yang kasih cake itu?" Rase berpikir.
"Awalnya gue pikir Abi atau Tasya yang kasih, makanya gue ga pikir lagi buat cobain," terang Nara.
Manu bersedekap, melirik Rase lalu berucap. "Wah coba yang makan lu ya, Se. Pasti mati."
"Kok lu anjing, Nu? Tega lu sama gue?"
"Tega gak tega sih, abisnya gue capek punya temen beban kayak lo."
Rase mendengus keras. "Beban apaan setan? Gue kan cuma numpang naik motor doang gila, skateboard gue rusak."
Manu mengedikkan bahunya. "Itu sama aja beban, sayang."
"Lu ngotak juga ya sayang," ucap Rase. "Juna yang selama ini kita bebanin."
Manu mangut-mangut, "aku lupa sayang."
"Lo berdua mending keluar dah!" teriak Tasya jengah dengan kelakukan dua cowok itu. "Sinting lu padaan."
Arjuna mendesah pelan, ia teringat dengan seseorang dan sepertinya ia tau siapa yang melakukan ini pada Nara.
"Ra," seru Arjuna, "aku pergi dulu sebentar."
"Kemana?"
Arjuna tidak menjawab, cowok itu malah menunjuk dua sahabatnya sambil berkata. "Gue titip Nara, lo jangan kemana-mana."
Setelahnya Arjuna keluar dari ruangan inap Nara, tanpa memberitahu kemana perginya cowok itu.
"Dia mau kemana sih?" tanya Tasya, heran.
"Lu gak tau emang?" sahut Manu.
"Nggak."
Manu berdeham, menyenggol Rase. "Beri paham, Se."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...