Aku harap ending ini bisa ngena feelnya Aamiin ... Bacanya pelan-pelan ya.
Di part ini aku mau kalian komen, apapun itu. Minimal satu bisa? Sekedar bentuk menghargai aja ya.
Happy reading^^
****
Di setiap detik pertemuan kita adalah perjalanan, setiap perjalanan itu adalah pelajaran. Dan dalam hidup, aku belum bisa menerima yang namanya perpisahan seperti sebagian orang.
≈≈≈≈Selesai salat magrib perut Annara berbunyi dan meraung untuk segera di isi. Dari sepulang sekolah sampai malam begini ia memang belum makan—rasanya malas padahal ia sangat lapar.
Perempuan itu lantas mencepol rambutnya, Nara berjalan ke dapur dan memilih memasak mi instan saja. Dengan minuman sirup melon sudah bisa mengganjal rasa laparnya sampai besok pagi.
Ponsel Nara berdering begitu kencang dan nyaring, ia lantas menoleh dan memberikan sedikit atensinya pada ponsel yang tergeletak di atas meja makan. Tidak mau tau siapa yang menelepon dan enggan mengangkatnya, Nara terus berkutik mengaduk mi instan itu dengan telaten.
"Mari kita makan," monolognya seraya menaruh sepiring mi itu dan ia segera duduk lalu lekas menyantapnya.
Minuman dingin rasa melon itu berhasil membasahi tenggorokan Nara, kemudian ada pesan masuk dari—Rase, Taka dan juga Geo secara bersamaan.
Kening Nara mengerenyit heran, tumben sekali mereka mengirim pesan, ketika hendak membuka salah satu pesan itu panggilan dari Manu terpampang jelas di layar ponselnya.
Jadi sedari tadi yang menelepon itu—Manu?
"Hallo, ada apa, Nu?" Nara bertanya langsung.
"NARA! LO DI MANA?"
Annara sedikit menjauhi telepon tersebut dari telinganya, sedikit berdengung karena Manu berteriak.
"Di rumah, lo kenapa sih teriak-teriak gitu? Berisik tau ga!"
Terdengar napas yang terengah-engah di seberang sana. Membuat Nara semakin tidak mengerti.
"Nar...," suara Manu memelan. "Kenapa lo baru bisa angkat telepon gue sekarang?! Kalo emang ga bisa angkat, seengaknya lo bisa baca pesen dari anak Victor!"
Annara mendelik, terkejut karena nada bicara Manu terdengar membentak dan panik.
"Gue baru liat hape, kenapa sih?"
"Juna, Nar ... Juna udah ga ada, Juna meninggal!"
Nara terdiam, tangannya agak bergetar lalu tersenyum sinis dan menyangkal informasi dari Manu.
"Lo bohong 'kan? Lo mau coba tipu gue? Ga lucu, Nu. Sumpah."
"Gila lo?! Gue sepanik dan sehancur ini lo masih bilang bercanda? Anak Victor! Rase, Taka sama Geo dari setadi berusaha kabarin lu, Nar. Sadar!"
"L-lo—serius?" napas Nara mulai tercekat, jantungnya berdetak sangat kencang dengan keringat yang keluar dari pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...