Sifatku memang kaku, tetapi untukmu akan aku buat tersipu.
≈≈≈KAFE yellow kini tengah ramai-ramainya, banyak pengunjung yang datang silih berganti. Mungkin karena hari sabtu malam minggu jadi lebih banyak anak muda yang ingin menghabiskan waktunya untuk menongkrong di kafè milik Arjuna.
Annara—perempuan yang masih mengenakan seragam putih abu-abu dengan rambut kecokelatan yang di biarkan terjuntai ke belakang itu beberapa kali berdecak kagum. Nara tidak bisa membayangkan berapa banyak uang yang Arjuna punya. Ah pasti tidak terhitung dengan jari.
"Mau pulang nggak?" Annara terkesiap, perempuan itu mendongkak, tersenyum ketika Arjuna sudah duduk di hadapannya seraya memberikan satu gelas milkshake cokelat lagi kesukaannya.
"Jun, ini udah gelas ke-empat yang aku terima," ujar Nara, ia memang sudah banyak menghabiskan milkshake sejak pulang sekolah tadi.
Arjuna terkekeh, cowok itu lantas melirik jam hitam di pergelangan tangannya. Ternyata sudah pukul lima sore, Arjuna tidak sadar sudah mengajak Nara dari siang hingga sore begini.
"Mau pulang nggak?" tanya Arjuna lagi.
Nara berdeham, "Entar aja dulu, ini kan baru di kasih milkshake lagi, sayang kalau nggak di abisin."
"Sayang milkshake atau sayang aku?"
Nara mengerjap, perempuan itu agak sedikit memelotot menatap Arjuna yang tampak tenang dengan ekspresi datarnya. Bisa-bisanya Arjuna mengatakan hal seperti itu, membuat Nara seketika merasa salah tingkah. Duh, memalukan!
"Jadi?" tanya Arjuna lagi.
"Ya ..., sayanglah, kamu kan pacar aku."
Arjuna tertawa geli, meski cowok itu tertawa dengan nada yang pelan namun terdengar merdu di telinga Nara.
"Bukan itu, Ra. Maksud aku jadi mau pulang atau nggak?"
Oh Tuhan! Nara malu, mengapa ia menjadi percaya diri sekali? Tunggu! Ini semua salah Arjuna, cowok itu selalu berkata singkat membuat Nara tidak paham.
"Jun ish!" rajuk Nara seraya mengerucutkan bibir mungilnya.
Di acaknya rambut Nara membuat beberapa pengunjung kafe gigit jari di buatnya karena sudah melihat ke uwuan antara Nara dan Arjuna.
Rasanya pipi Nara sudah memerah, atau bahkan menghijau. Ah tidak, itu terlalu hiperbola. Tapi sungguh, Nara merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Arjuna begitu mempesona dan menganggumkan. Nara semakin yakin kalau hatinya bener-benar sudah milik Arjuna.
Annara menghela napas, berusaha mengontrol dekat jantungnya yang menggila hanya karena perlakuan kecil Arjuna.
"Jun,"
Dengan alis terangkat naik Arjuna menatap Nara. "Hm?"
"Kamu punya mantan?"
"Nggak,"
Nara bedecak pelan, agak tidak percaya. "Serius, Jun!"
"Serius, Ra. Bukannya aku udah pernah bilang kalau kamu adalah satu-satunya cewek yang buat aku jatuh cinta. Kamu tau kan gimana hidup aku selama ini? Datar dan monoton,"
Nara menggigit bibirnya, benar juga. Arjuna kan kaku, macam robot. Hatinya pun dingin, namun wajah cowok itu sangat tampan. Otaknya pun begitu pintar dalam hal akademik. Nara tahu, bukan tidak ada yang mau dengan cowok itu. Namun Arjunalah yang selalu membatasi dirinya sendiri. Buktinya, semua anak Angsana begitu mengidolakan sang kapten basket di hadapannya sekarang. Yang notabenenya adalah pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...