16| Hilang kabar

554 41 0
                                    

Aku harap kita akan selalu bersama dengan rasa yang tak pernah sirna.
≈≈≈

SUDAH hampir empat hari Nara tidak bertukar kabar dengan Arjuna. Laki-laki itu terlihat sangat sibuk menjelang olimpiade pada esok hari. Pesan Nara pun tidak di baca sama sekali, padahal Arjuna sedang online

Annara tidak berniat mengganggu waktu sibuk Arjuna. Hanya saja, Nara ingin tahu apakah Arjuna sudah makan atau belum. Ah, memang perihal makan harusnya tidak perlu di ingatkan lagi karena Arjuna sudah dewasa. Namun—Nara sangat tahu betul bagaimana Arjuna ketika sedang sibuk. Cowok itu pasti selalu membelakangkan kesehatannya.

Mengayunkan kaki, perempuan yang sedari tadi duduk di kursi panjang samping kelasnya itu beberapa kali menghela napas. Memutar-mutar ponselnya berharap ada pesan masuk dari Arjuna.

"Lo ngapain di sini, Nar?" perempuan itu agak terkesiap dengan seseorang yang muncul tiba-tiba di sampingnya.

Nara mendelik sebal. "Lo sendiri ngapain tiba-tiba ke sini?" Nara balik bertanya.

Abi menyengir, cowok dengan lengan seragam yang sudah biasa di lipat itu lantas ikut duduk di sebelah Nara. "Gue sengaja nyari lo. Habisnya bosen Nar di kelas. Apalagi Tasya nggak masuk. Makin bete gue," papar Abi pada Nara.

Nara mendesah pelan, ia sampai lupa kalau hari ini Tasya tidak masuk sekolah. Cewek itu pasti telat bangun. Selalu begitu.

"Lo nggak ada latihan basket, Bi?" tanya Nara.

Abi menggeleng sekenanya. "Nggak, Nar. Males gue."

"Hidup lo males-malesan melulu. Kapan si lo rajinnya," cerca Nara kesal.

"Gue rajin?" tunjuk Abi pada dirinya sendiri. Cowok itu lalu menggeleng kuat-kuat. "Nggak, Nar!"

"Kenapa?"

"Karena kalo gue rajin bisa bahaya. Nanti Juna kalah saing. Hahaha,"

Nara mendengus mendengarnya. "Iya sih. Sekarang aja Juna gak ngasih kabar ke gue, dia juga nggak nyamperin gue selama empat hari ini. Saking sibuknya."

"Nar," seru Abi pelan. "Ini bukan soal sibuk atau nggak. Tapi tentang prioritas."

Benar. Apa yang di katakan Abi barusan, semuanya tentang prioritas. Sesibuk apapun Arjuna, kalau cowok itu peduli pasti akan memberi kabar barang sedikit pun.

"Sekarang sana samperin ke kelas Juna," suruh Abi pada Nara.

"Nggak deh," tolak Nara ragu. "Nanti gue ganggu lagi."

Abi tertawa mendengarnya. "Ganggu? Hei! Lo itu ceweknya. Juna pasti bakalan seneng kalo lo samperin. Ya anggap aja semangatin dia belajar."

"Gitu ya?"

Abi terkekeh pelan, agak gemas sebenarnya kalau menasihati Nara.

"Iya Annara! Udah sana, gue mau bolos ajalah ke rumah Tasya."

"HEH!" pekik Nara seraya mendelik. "Apa-apaan lo mau bolos?"

"Iya-iya nggak jadi. Gue mau ke loteng sekolah aja deh. Ngantuk gue,"

Nara mengibaskan tangannya, perempuan itu lantas berdiri. "Terserah, asal jangan bolos!"

"Bawel," ujar Abi.

"Bodo!" karena enggan berdebat Nara segera berlari kecil. Meninggalkan Abi.

"DASAR BUCIN!" teriak Abi di berbarengan dengan tawa.

°°°

"Satu-satu ..., Manu sayang Dina. Dua-dua, Manu sayang Itsuka. Tiga-tiga Manu sayan—"

"Bisa diem nggak anjing!" ujar Manu menginterupsi. Ia begitu jengah mendengar Rase bernyanyi tidak jelas.

"Kok ngegas sial," ujar Rase.

"Lagian mulut lo berisik banget! Semua gebetan gue lo sebut semua dari tadi," kata Manu pada Rase.

"Ya gak pa-pa, Nu. Supaya lo inget dan nggak ninggalin," timpal Geo menghentikan petikan gitarnya.

Taka berdecak. "Nu!" seru taka membuat Manu menoleh. "Lo kok bisa sih dapet banyak gebetan gitu?"

Mana mengedikkan bahunya. "Mana saya tau, pelet saya kan kuat."

"Si bego. Hahaha," sembur Geo terbahak.

"Pake dukun di mana, Nu?" tanya Rase seolah percaya.

"Mata lo dukun! Ya nggaklah. Ini semua karena muka gue yang sangat ganteng jadi gampang deket cewek."

"Muka doang ganteng, sifatnya kayak dakjal." Taka berujar sarkatis.

"Itu mulut duh. Gemes deh aku," ujar Manu.

"LAH SI NARA?" ujar Rase ketika mendapati perempuan kecil nan manis yang berdiri di depan pintu kelas IPA.

"Sini Nar masuk," ajak Manu dengan senyum manisnya.

"Tumben Nar ke kelas, ada apa?" giliran Geo bertanya.

Nara berdeham pelan. Matanya sedari tadi tidak melihat keberadaan Arjuna. Kemana cowok datar itu?

"Ah Ana ke sini pasti nyari bos Juna," ujar Taka membuat kening Nara mengernyit.

"Ana? Lo panggil gue Ana, Ka?" bingung Nara.

Taka mengangkat kedua tangannya seraya mengedik. "Nggak sih. Gue mah bebas mau panggil lo apa juga. Ana ke, Nara ke atau apapun itu. Asal nggak melenceng jadi Inem aja."

"Yeh gila. Ya kali Inem," serang Manu jengah.

Entah mengapa, sebutan 'Ana' begitu mengganggu pikiran Nara. Ia selalu ingat dengan sebuat notes ataupun secarik surat yang selalu ia dapatkan. Tapi sangat mustahil kalau orang tersebut adalah Taka. Cowok itu kan memang begitu, selalu tidak jelas. Jadi sangat amat tidak mungkin.

"Eh lo bener nyari Juna kan Nar?" tanya Geo memastikan.

"Iya. Tapi kemana Juna?" heran Nara karena tak menemukan cowok itu.

Manu menggaruk tengkuknya. "Juna nggak masuk, Nar. Tapi bukan bolos!" ungkapnya. "Tapi Juna lagi sibuk mempersiapkan diri buat olimpiade besok. You know lah."

"Iya Nar betul. Juna sama Auris lagi sibuk." Rase ikut menambahkan.

"Auris?"

"Lah iya, Nar. Mereka kan emang partner. Sama-sama pinter," kata Taka membuat perasaan Nara sedikit gelisah.

Pantas saja Arjuna sampai tidak memberinya kabar. Mungkin sedang asik bersama Auris. Astaga. Mengapa Nara jadi berpikir seperti ini?

Manu menepuk bahu Nara pelan. "Nggak usah di pikirin. Percaya aja sama Juna. Nanti lo ikut kita-kita aja ke Wb. Kumpul di sana,"

"Iya Nar kita pasti tanggung jawab kalau ada apa-apa sama lo," ujar Rase meyakinkan.

"Tapi kalau elo hamil kita angkat tangan Nar," ujar Taka ngaco.

"Ka! Ribut lah yu!" sebal Manu.

Annara mendesah, berusaha yakin dengan Arjuna. Hanya sekadar belajar bersama dan sebagai partner saja. Ia tidak perlu berpikir terlalu jauh dengan Auris. Meskipun besar kemungkinan ada canda tawa di antara mereka. Semoga tidak menimbulkan rasa nyaman berlebihan.

Lagipula ini menyangkut kepentingan Angsana. Annara tidak boleh egois. Doa terbaik untuk keduanya agar bisa membawa nama SMA Angsana semakin maju dengan prestasi keduanya.

****

AN : Gimana kangen nggak?
Aku kelamaan ya update nya?

Mohon maaf banget gais:)
Aku sibuk hehehe.
Semoga kalian selalu suka ARJUNARA ya.
Aamiin....

Buat kalian kaum rebanan semangat terus ya! Ajak temen-temennya buat baca ARJUNARA.
jangan lupa promosi di semua akun media sosial juga hehe. Yg punya Tiktok jangan lupa promosiin di Tiktok hahaha.

Sampai jumpa next part ^_^

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang