13| Gelang untuk Nara

640 58 0
                                    

Cemburu adalah sebagian dari rasa sayang karena takut kehilangan.
≈≈≈

"Buruaan, Nar!" perempuan berkucir belakang itu terus berdecak, begitu kesal menunggu Nara yang lama sekali di dalam toilet.

Hari ini Angsana tengah mengadakan pertandingan basket. Salah satunya kelas XI IPA-5, itu tandanya tim Arjuna tengah bertanding dengan grup kelas lain. Abian pun sudah ada di lapangan sejak lima belas menit yang lalu, laki-laki itu tidak bermain, ia malah di suruh manjadi cadangan saja.

"Nara!"

"Bawel banget lo," ujar Nara sewot ketika baru keluar dari bilik toilet.

"Ya lagian lama banget, nanti pertandingannya keburu selesai."

Nara memutar bola mata malas, perempuan itu menepuk rok abunya sekali, lalu menyambar plastik yang berisikan air mineral serta roti untuk Arjuna yang sempat ia beli tadi.

"Buruan!" Nara tersentak ketika tangannya di tarik oleh Tasya. Sahabatnya itu memang menyebalkan! Tidak bisakah Tasya bersikap semestinya?

"Kita duduk di mana ni? Udah rame banget kalo di tribune," kata Tasya pada pada Nara ketika tiba di lapangan yang sudah di penuhi lautan manusia.

Nara mengedarkan pandangannya, perempuan itu lantas tersenyum. "Di sana aja," usul Nara seraya menunjuk teras yang kebetulan mengarah langsung menghadap lapangan.

"Eh ada Abi tuh, ya udah ayo ke sana," ujar Tasya semringah.

Sebenarnya sudah hal biasa lapangan Angsana ramai ketika ada pertandingan. Jelas. Karena ada sang kapten basket—Arjuna sang idola di Angsana. Jadi, banyak perempuan yang mengambil kesempatan guna dapat melihat wajah Arjuna yang seksi karena di penuhi peluh.

"Tumben nggak turun ke lapangan?" tanya Nara seraya mendudukan bokongnya tepat di sebelah Abi hingga membuat laki-laki itu sedikit terkesiap.

"Lah lo berdua dari mana aja? Gue kira gak ke sini?" ujar Abi balik bertanya.

Tasya mendengus, mengambil camilan Abi lalu memakannya dengan enteng. "Gue nungguin Nara boker lama banget,"

"Sialan! Gue cuma buang air kecil," protes Nara tak terima.

Abi terkekeh pelan, mengacak kedua rambut perempuan di sebelahnya. Posisi Abi kini berada di tengah-tengah antara Nara dan Tasya.

"Udah, lo berdua nggak usah adu bacot," ujar Abi.

Nara mendesis, menyingkirkan tangan Abi dari kepalanya. "Pertanyaan gue belum di jawab, Bi!"

"Gue nggak di suruh main sama Pak Bono, Nar. Cuman di suruh jadi cadangan,"

"Udah, Nar. Mending lo liatin cowok lo aja. Liat deh, ganteng banget Juna," Tasya berdecak kagum, agak terkesima dengan Arjuna.

Senyum Nara terukir manis, perempuan itu benar-benar jatuh hati pada cowok datar macam Arjuna. Tak menyangka kalau hubungan dari ketidaksengajaan menjadi sebahagia ini memiliki cowok seperti Arjuna.

"Nar! Out tuh, sana samperin," suruh Tasya antusias ketika pertandingan telah selesai. Ia sangat suka sekali dengan Nara dan Arjuna. Begitu serasi menurutnya.

Berdiri, perempuan yang sedari tadi menenteng plastik berwarna putih itu mulai beranjak, meninggalkan Abi dan Tasya lalu segera menghampiri sang pacar yang baru saja selesai pertandingan.

Dari jarak satu meter Nara menghentikan langkahnya, raut wajahnya berubah, tak secerah sebelumnya. Perempuan itu menghela napas, bahunya turun tak lagi bersemangat tatkala melihat Auris yang lebih dahulu memberikan air pada Arjuna.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang