49| Manu Si rusuh

486 39 0
                                    

Sekuat apapun aku berusaha menghapus rasa, kalau aku maunya kamu tetap saja tidak bisa.
≈≈≈

AURIS duduk di teras depan kelasnya. Perempuan yang memakai jepitan bergambar bunga aster itu celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri, sesekali ia melihat ke bawah demi menunggu seorang Arjuna yang belum datang.

Arjuna sudah bukan seperti sahabatnya kala SMP dulu, Auris merasa kehilangan sifat lembut Arjuna setelah cowok itu mempunyai Nara. Rasanya masih tidak iklas kalau mengingat dengan mudahnya Nara membuat Arjuna jatuh cinta.

"Gue ngantuk banget ah!" sebuah suara membuat Auris menoleh, tepat di ujung tangga ia melihat Taka dan juga Arjuna yang kini langkah kedua cowok itu mendekat ke arahnya.

"Jun, gue ngantuk," Arjuna berdecak sebal, cowok keturunan Inggris itu sangat berisik dari awal ketemu di koridor hingga sekarang.

"Juna," Auris berseru, membuat Arjuna dan Taka menatap perempuan itu.

"Gue mau kasih tau lo, Jun. Kalo dua hari lagi kita ada olimpiade, lo nggak lupa, kan? Gue udah kasih tau beberapa waktu lalu."

Arjuna tidak lupa, bahkan ia sangat ingat. Namun entah mengapa untuk kali ini Arjuna merasa tidak peduli dan malas. Fokusnya hanya untuk Nara dan beberapa masalah kecil lainnya.

"Gue gak bisa," ujarnya.

Auris mendelik, perempuan itu mencebik sebal. "Kok, nggak bisa Jun? Kita kan harus tetep ikut demi Angsana."

"Kali ini gue gak mau, nanti gue bilang ke wali kelas."

"Terus gue sama siapa?"

"Sebagai gantinya, nanti gue cari yang mampu selain gue."

"Yee, ya udah sih, Ris. Jangan bete gitu muka lu. Juna lagi gak mau jadi anak ambis. Lagian nama Juna tetep paling atas di Angsana." Taka berucap.

"Lu masih berharap banget ya sama Juna, Ris?" Taka menambahkan.

"Apaan si lo!" sahut Auris sengit.

Arjuna yang hendak masuk kelas tertahan karena Auris berkata lagi. "Pulang sekolah lo anter gue ya, Jun. Buat cari buku."

Arjuna menghela napas. "Gak bisa."

"Kenapa?"

"Cewek gue sakit."

"Nara?"

Arjuna tidak menyahut lagi, cowok itu langsung melenggang pergi memasuki kelasnya.

"Bego ih," kata Taka menyambar. "Cewek Arjuna siapa lagi kalo bukan Nara. Ngada-ngada pertanyaan lu, Ris. Udah, ah. Gue mau masuk juga. Lama-lama deket lu, entar lu suka lagi sama gue."

"DIH!" teriak Auris muak.

°°°

"Kamu gak pulang dulu ya?"

Arjuna menggeleng, seraya memutar knop pintu cowok itu menjawab. "Nggak, aku takut kamu nunggu lama."

Annara mengulum senyum manisnya, ia senang mendengar ungkapan sederhana barusan. Sekarang Nara sudah di rumah, Dokter sudah mengizinkan Nara pulang karena kondisinya sudah membaik. Dan Arjuna, dengan baiknya menjemput Nara setelah cowok itu selesai sekolah.

"Ayo, masuk," ajak Arjuna, membawa Nara ke dalam dan menyuruh perempuan itu duduk.

"Kamu capek gak, Jun?"

"Nggak."

"Kamu udah makan?"

"Mau makan apa? Biar aku pesen via gofood."

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang