24| Di pandang sebelah mata

491 38 0
                                    

Meskipun tidak cantik dan tidak kaya bukan tolak ukur segalanya, karena attitude lebih penting dari semuanya.
≈≈≈

Akhir-akhir ini baik Arjuna atau Nara selalu menghabiskan waktu berdua. Arjuna yang selalu memperlakukan Nara selayaknya pacar, dan Nara yang setia menurut saja apa perintah cowok pendiam itu.

Memang seharusnya begitu bukan? Dalam hubungan harus saling mengerti satu sama lain dan menerima kurang lebihnya pasangan.

"Sekalian aja kamu borong satu indomaret, Jun." Nara menarik napas, menggeleng takjub agak heran karena Arjuna begitu banyak membeli jajanan hanya sekadar main di rumah cowok itu.

"Niatnya si gitu."

Nara mendelik, perempuan itu mencebik lalu duduk di lantai barbalut karpet seraya membuka es krim yang tersedia di hadapannya.

"Duduk di atas, Ra," suruh Arjuna.

"Di atas mana? Atap maksud kamu?"

"Samping aku sini," ajak Arjuna seraya menepuk sofa yang ia duduki.

Annara mengulum bibirnya, tersenyum manis. Dengan es krim di tangannya perempuan itu lantas beranjak. Segera berpindah duduk.

"Jun, makasih ya." Nara berujar tulus.

"Cuma jajanan Ra. Nggak seberapa."

Nara mendesis, bukan itu maksudnya. Tadi apa katanya? Tidak seberapa? Bahkan kalau Nara hitung-hitung semua makanan dan minuman yang Arjuna beli ini hampir mencapai lima ratus ribu.

"Bukan tentang jajanan, Jun," koreksi Nara. "Makasih buat semuanya," ungkap Nara memperjelas.

Kening Arjuna mengerut. "Kenapa makasih?"

"Ya—gapapa, sih. Makasih aja udah mau nerima aku apa adanya, aku yang nggak pinter, aku yang biasa-biasa aja. Dan aku yang nggak punya apa-apa kayak langit dan bumi aja gitu kalau sama kamu. Apalagi kamu kan—"

"Cukup Ra," potong Arjuna cepat. "Aku nggak mau denger kamu insecure lagi."

Bukan begitu maksud Nara. Hanya saja ia merasa paling beruntung karena memiliki laki-laki seperti Arjuna. Menurut Nara sosok Arjuna begitu sempurna. Pintar, mandiri dan masih banyak lagi. Kalau di nilai dari luar Arjuna seperti tidak ada celah sedikitpun.

Anggaplah Nara terlalu terpaku dengan dunia novel yang di mana ... Nara selalu berpikir bagaimana kalau ia dapat sosok cowok badboy? Cowok yang hobinya membuat masalah di sekolah dengan penampilan urakan? Atau mungkin cowok playboy yang mempunyai perempuan di mana-mana? Menjadikannya salah satu, bukan satu-satunya seperti Arjuna? Atau bisa jadi cowok nerd yang—ah sudahlah, pikiran Nara terlalu jauh akan hal itu.

"Apa yang di pikirin?" tanya Arjuna merasa heran.

Nara menyengir, menggeleng cepat. "Nggak ada."

"Kamu udah ketemu lagi sama orangtua kamu, Ra?"

Nara mengembuskan napas, mengedikan bahu. "Aku bingung, Jun. Kemarin sih Mama call aku, cuma nanya kabar aja. Terus Papa yang katanya lagi pusing mikirin bisnis yang udah nggak tentu arah. Mereka udah jelas kan nggak peduli sama aku?"

Arjuna menghela napas. "Gak usah di jadiin beban, jalanin aja gimana alurnya. Ya?"

Nara mengangguk, sudah pasrah. "Kalau kamu gimana?"

"Aku?"

"Iya, Juna."

Rumit. Arjuna tidak tahu harus cerita apa pada sang pacar. Seperti ia sudah tak mau memikirkan hal-hal yang membuat hidupnya ada di masa lalu. Broken home yang sangat menyiksa.

ARJUNARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang