Aku selalu meyakinkan diri kalau aku bisa dan mampu, namun ternyata aku gagal dan aku putuskan kita selesai.
≈≈≈"Thank's Jun atas kerja samanya, lo kapten yang hebat," itu kata Abian setelah timnya selesai bertanding dengan anak IPS 1.
Arjuna mengangguk, tanpa senyum cowok yang di banjiri peluh itu berujar singkat. "Ya."
"Ayeee kapten kita semakin di depan." Rase yang baru datang dengan es teh di tangannya itu merusuh.
"Bos gue! Jelas bertalenta," ujar Manu ikut menyahut.
"Sok-sokan muji, Juna. Di belakang malah gibahin katanya kalah gateng," Taka berucap julid.
"WAH! Nggak gini Ka caranya kalau lo mau rusak pertemanan. Fitnah! Ini namanya fitnah," respons Manu lebay.
"Mulutmu Mas, semakin hari semakin pedas," kata Rase manja membuat Taka mendelik emosi.
"Hahaha, udah kenapa sih. Jokes lo pada gak banget," kini giliran Geo bersuara. Hanya cowok pencinta musik itu yang terlihat kalem antara Rase, Manu dan Taka.
Arjuna mengembuskan napas, ketika menoleh ke arah kiri mata tajamnya langsung bertemu dengan manik mata Nara. Perempuan itu dari arah pinggir lapangan kian berjalan mendekat ke arahnya.
"Aku mau minta waktu kamu sebentar bisa?" itu kalimat awal Nara setelah berada di hadapan Arjuna dan anak Victor lainnya.
"SABI DONG!" bukan Arjuna yang menjawab melainkan Manu. "Masa sama pacar minta izin, harusnya lo tarik aja tangannya, bawa pergi, Nar. Ya gak Bos?" tanyanya pada Arjuna.
"Gak bisa," ujar Arjuna membuat semua atensi mereka menatap cowok beralis tebal itu.
Nara menghela napas seraya memejamkan matanya sesaat. "Aku mau ngomong penting."
"Di sini aja,"
"Aku tau kamu capek abis tanding, tapi apa gak bisa kamu nurut kali ini aja?"
"Kalo gak jadi ngomong aku mau ganti baju," kata Arjuna membuat siapa saja yang mendengarnya mendelik heran.
"Jun kok lu gitu si," tegur Rase seraya menyikut bahu cowok itu.
"Oke," final Nara yang enggan berdebat.
"Aku cuma mau bilang aku capek, aku lelah dan aku nyerah," Nara mengepalkan kuat-kuat jemarinya. "Siapapun kalo ada di posisi aku gak akan ada yang mampu, Jun. Bertahan di hubungan yang udah nggak jelas kemana ranahnya, kamu membingungkan, sifat kamu seolah udah kode buat aku berhenti sayang sama kamu. Dan sampai detik ini aku nggak tau alasan kamu berubah karena apa, ya mungkin kalo alesannya bosen itu udah basi banget."
Suara Annara yang cukup keras dan terdengar jelas membuat beberapa siswa Angsana berkumpul dan memperhatikan kedua insan yang di kenal couple terbaik itu. Tetapi, yang namanya Arjuna tetap Arjuna. Cowok itu sama sekali tidak merasa risi di perhatikan banyak orang. Ia masih bergeming dan siap mendengarkan kelanjutan Nara.
Menjadi populer, di kenal banyak orang bukan kemauannya, jadi jika hanya di bicarakan oleh mereka yang tidak tahu apa-apa bukan masalah bagi seorang Arjuna.
"Kalau terus-terusan kayak gini, jatohnya aku yang ngemis, padahal dulu kamu yang asal jadiin aku pasangan kamu. Semudah itu, lucu banget ya? Setiap hari chat aku di abaikan sama kamu, aku selalu nanya tentang hari-hari kamu tapi apa? Satupun gak ada yang kamu jawab 'kan? Sumpah, Jun. Aku nggak tau sama isi pikiran kamu maunya apa," jeda Nara, menahan agar tidak mengeluarkan air matanya.
Posisinya sekarang Nara merasa teramat malu, ada Tasya yang memperhatikan, Abian dan hampir sebagian anak Angsana turut melihat drama percintaan antara ARJUNARA itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNARA [SELESAI]
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! Arjuna Valeerian. Laki-laki paling pendiam yang mempunyai otak bak robot yang kepintarannya tidak ada yang menandingi seantero sekolah. Arjuna-cowok yang selalu meraih juara umum baik dari tingkat SMA maupun nasional...