BAB 60 - Ancaman

193 7 0
                                        

"Jangan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakan Papa, Ma. Karena siapapun yang mengetahui hal ini juga pastinya tahu bahwa kalian berdua itu salah. Tanyakan saja pada semua orang di dunia ini kalau tidak percaya, Ma. Apa itu namanya kasih sayang bila perbuatan kalian terhadap diriku hampir saja menghancurkan masa depanku?Apa kalian masih pantas untuk dipanggil orangtua bila kalian sendiri saja menghalangi anaknya untuk bisa sukses? Aku bukan ingin menjadi anak durhaka disini, tapi aku hanya ingin menemukan kebahagiaanku sendiri."

"Dan kebahagianku sama sekali tidak ada pada kalian, Ma. Dulu aku selalu mengharapkan kasih sayang dan cinta dari kalian berdua, Ma. Tapi pada kenyataannya semua itu hanyalah bunga tidur untuk diriku. Kalian memang selalu ada disampingku, tapi disaat yang bersamaan aku tetap merasa sendiri. Mama dan Papa seperti orang asing yang tak pernah bisa pantas untuk kupanggil orangtua. Tidak usah Mama berkata bahwa aku tetap anak Mama kalau misalnya namaku saja sudah kalian coret dari kartu keluarga." jelasku.

"Jadi kau sama sekali tidak mau mengundang kami pada pernikahanmu nanti?" tanya Mama.

"Tentu saja tidak, Ma. Untuk apa mengundang orang yang sama sekali tidak kukenal?" tanyaku sarkas.

"Diego! Stop! Kita akan tetap mengundang mereka, okay? Titik!" putus Ulyssa.

"Tidak, Sya! Disini aku yang memutuskan. Ini masalahku dengan Mamaku dan kurasa kau tidak seharusnya mencampuri urusan pribadiku ini." sanggahku.

"Jadi ini wanita yang akan kau nikahi, Diego?" potong Mamaku.

"Bukan urusanmu." jawabku singkat.

"Diego! Kau benar-benar....." gertak Ulyssa namun tetap tak kuhiraukan.

"Cantik, sopan, baik pula." pujiku Mamaku sambil memegang wajah Ulyssa.

"Namun sayangnya kau tidak pantas untuk menjadi menantuku." lanjut Mamaku sambil menamparnya yang sontak membuatku dan Ulyssa tersentak kagek tak mampu berkutik apa-apa. Bisa-bisanya Mama melukai wanita yang aku cintai!

"Beraninya kau menggoda anakku sampai dirinya menjadi anak pembangkang seperti ini! Kau-kan orang yang dicintai anakku selama 8 tahun sampai-sampai dirinya menolak untuk menikah dengan wanita pilihanku dan pergi dari rumah. Benar-benar pelacur papan atas kamu ini! Kau pakai jurus apa sampai anakku bisa sebegitu tergila-gilanya dengan dirimu?! Pastinya kau menjual tubuhmu untu bisa mendapatkan hati Diego, kan? Sunguh-sungguh wanita tidak berpendidikan. Hanya mencari cara untuk menjadi parasit bagi orang-orang kaya." hina Mama yang semakin membuat hatiku memanas.

"Stop penghinaan Mama pada Ulyssa! Sampai kapanpun aku juga tidak akan menikah dengan wanita licik seperti Rebecca itu, Ma! Mama tahu, dia berusaha menghancurkan usahaku demi kejayaan usaha keluarganya. Ahh... Atau mungkin Papa dan Mama bersekongkol untuk menjatuhkanku. Agar aku mau kembali kepada kalian dan memohon-mohon pada kalian untuk menerimaku lagi?" balasku.

"Tentu... Saja.... Tidak..." bohong Mama yang sontak membuatku tersenyum miris.

"Benar-benar orangtua yang tak berperasaaan." pikirku.

Mereka sama sekali tidak bangga dengan keberhasilanku. Malah mereka berusaha untuk menghancurkanku dengan bekerja sama dengan pesaing bisnis. Apa yang dipikiran mereka terfokus hanya pada bagaimana cara untuk membuatku tunduk pada mereka dan membiarkan mereka mengontrolku? Aku benar-benar tidak habis pikir. Adakah orangtua lain yang seperti mereka? Dulu, kasih sayang dan cinta saja tidak kudapatkan, sekarang, setelah aku menemukan kebahagiaanku sendiri, mereka malah ingin merampasnya lagi dariku.

Aku sangat mengenal Mama. Dan salah satu cara untuk mengetahui apakah Mama sedang berbohong atau tidak dengan melihat bagaimana dirinya bertingkah dan berbicara. Dan dari gestur dan cara berbicara Mama, aku benar-benar yakin bahwa orangtuaku juga benar-benar ikut mengambil andil dalam rencana untuk menjatuhkan.

"Jangan pikir aku adalah orang bodoh yang tidak bisa membedakan mana orang yang sedang berbohong atau tidak, Ma. Aku tahu pastinya Mama adalah dalang dari semua ini, Ma. Tapi jangan berharap aku akan menikahi Rebecca meski rencana Mama itu berhasil! Aku bukanlah lelaki yang bodoh yang akan memilih Rebecca daripada Ulyssa, Ma Aku mencintai Ulyssa. Dan tanpa atau dengan seizin Mama, aku akan tetap menikahinya. Karena Ulyssa-lah yang senantiasa membantu untuk bangkit. Bukan seperti Mama atau Rebecca yang menginginkanku menjadi boneka kalian saja." balasku.

"Apa bagusnya wanita murahan ini daripada Rebecca, Diego? Rebecca cantik, baik, berpendidikan, dan tentu saja berasal dari keluarga yang terpandang. Tidak sama dengan wanita yang kau cintai ini. Sudah murahan, keluarganya tidak jelas darimana. Dan pastinya juga tidak berpendidikan seperti Rebecca." hina Mamaku.

"Berhenti menghina Ulyssa, Ma! Diego tidak terima bila Mama menghina wanita yang aku cintai tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu, Ma. Mama bilang Ulyssa murahan? Mama salah besar, Ma. Diego-lah disini yang brengsek. Akulah yang memaksa Ulyssa untuk melepas keperawanannya untuk diriku, Ma. Mama tadi menghina Ulyssa berasal dari keluarga yang tidak benar, kan? Padahal Mama tidak tahu, Ulyssa harus kehilangan kedua orangtuanya hanya karena mereka ingin membantu sesamanya yang sedang dilanda kesusahan. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah keluarganya Rebecca. Seseorang yang Mama gadang-gadang-kan menjadi wanita yang terbaik untukku."

"Padahal wanita pilihan Mama itu tidak seperti yang Mama kira. Sudah liciknya seperti ular, najisnya seperti kotoran, bahkan mukanya saja sudah bisa menyamai polisi tidur yang selalu diinjak orang. Jelek dan membuatku ingin muntah setiap kali melihatnya. Dia itu tidak sepolos yang Mama kira, Ma. Rebecca sudah melampiaskan hasratnya dengan banyak pegawaiku di kantor. Dan hal itu pastinya belum diketahui oleh Mama, bukan? Karena Mama mau terbodohi denga tipu muslihat rubah itu. Dan naifnya Mama, Mama tidak bisa membedakan orang yang tulus dan tidak." sindirku.

"Jangan menghina Rebecca seperti itu, Diego!" marah Mamaku.

"Kalau Mama bisa menghina Ulyssa, maka akupun tidak segan-segan menghina Rebecca, Ma." jawabku santai.

"Kau!" gertak Mamaku sambil menunjukku.

"Mau marah? Atau Mama sudah terlalu dilanda amarah sampai ingin menamparku juga? Lalu bagaimana dengan diriku, Ma? Pastinya aku lebih marah daripada Mama. Mama telah menghina Ulyssa, menginjak-injak harga dirinya, bahkan sampai merendahkan layaknya pelacur yang menjajakan tubuhnya demi untuk membela calon menantu kesayangan Mama yang tidak juga lebih baik dari jalang yang Papa sewa setiap malam. Bahkan Mama berani menamparnya dihadapanku. Bagaimana jika aku lakukan itu pada anak kesayangan Mama? Melukainya hingga dirinya harus terbaring koma di rumah sakit." ancamku.

"Jangan kau berani melukai Charlie, Diego. Atau tidak Mama bakal...." ancam Mamaku juga.

"Bakal apa? Menghancurkanku usahaku lagi? Tidak akan bisa, Ma. Aku telah menjadi satu-satunya pembisnis terkaya di Seoul, Ma. Dan itu artinya aku bisa saja menghancurkan usaha Papa hanya dengan jentikan tanganku. Jadi aku harap Mama tidak sedang merencanakan sesuatu lagi. Atau hidup anak kesayangan Mama itu yang menjadi taruhannya. Dan satu lagi Ma, apapun yang ingin kau katakan tentang Rebecca pada diriku disini, tidak akan bisa mengubah keputusanku untuk menikahi Ulyssa, Ma. Karena kami punya sebuah ikatan yang telah melekatkan kami berdua selamanya." ungkapku.

"Maksudmu kau sudah punya anak dari wanita ini?" geram Mamaku. 

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang