"Rumah kami dengan rumah sakit tempat Alex dirawat berjarak cukup jauh. Ditambah dengan kondisi jalan pada saat itu yang cukup macet membuat Alex tidak bisa segera ditangani oleh tim dokter." jelas William.
"Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit yang terdekat dulu? Anda seperti sengaja membahayakan nyawanya. Atau memang sedari awal Mama anda yang berusaha untuk membunuhnya?" tanya reporter itu lagi.
"Mama saya bukanlah orang yang seperti itu!" sanggah William.
"Terus apa alasannya Ms. Jovanka pindah ke Seoul setelah kejadian itu kalau bukan karena dia takut Mama anda kembali melukai anaknya?" tanya reporter itu lagi.
"Apakah anda punya bukti atas dugaan anda itu? Apa anda tidak tahu bahwa saya bisa menuntut anda atas pencemaran nama baik atas tuduhan tak berdasar anda pada Mama saya?" tanya William berusaha untuk mengertak reporter itu.
"Bagaimana kalau saya katakan saya punya bukti dari ucapan saya ini?" balas repoter itu tidak kalah berani.
"Kalau begitu, silahkan anda tunjukkan bukti itu sekarang juga. Saya tidak terima Mama saya diperlakukan seperti itu." tantang William.Aku yang menyadari bahwa rencana ini melenceng dari rencana awal kita langsung berbalik kearah Diego sambil mempertanyakan apa yang sedang dia lakukan. Kenapa dia tidak memberitahuku sebelum ini? Aku tahu Diego telah menyewa reporter untuk mempertanyakan sesuatu yang bisa menjurus pada penunjukkan bukti yang berhasil aku dapatkan beberapa waktu yang lalu.
Tapi aku tidak tahu kalau misalnya Diego telah memberikan rekaman itu pada reporter yang dia sewa. Apa sebenarnya kesepakatan mereka sampai Diego bisa dengan rela memberikan bukti itu secara percuma? Sambil mempertanyakan aksinya, Diego hanya terdiam sambil berbisik ditelingaku, "Aku tahu kau pastinya tidak menyangka akan jadinya seperti ini, tapi sebagaimanapun sempurnanya rencana awalmu, kita tetap harus punya Plan B, Sya. Akan aku jelaskan semuanya nanti. Untuk saat sekarang, bersikaplah seperti kau tidak tahu apa-apa."
Reporter itu lalu mengeluarkan rekaman dan kemudian memperdengarkan semua percakapanku dengan Mamanya William pada saat makan malam itu. Hal itu sontak membuat William tersentak kaget karena dirinya pastinya tidak percaya perbuatan Mamanya bisa terkuak sebegini cepatnya. Meski aku tahu dirinya telah mengetahui perbuatan Mamanya tak bisa dimaafkan, tapi bukan berarti dia bisa membiarkan nama baik Mamanya rusak. Makanya aku bisa membiarkan dirinya mencari berbagai alasan untuk menutupi tindakan Mamanya tanpa membantah. Karena pada dasarnya, siapa-sih yang rela membiarkan mamanya tinggal didalam jeruji besi? Pastinya tidak ada.
AKu mengerti maksud dirinya melakukan itu tapi pastinya setelah rekaman itu selesai berbunyi, dia tidak akan bisa mengelak lagi. Ingin rasanya aku membantu dirinya, melihat wajahnya yang begitu kalut serasa menggerakkan hatiku yang sedikit tidak mau keluarganya hancur setelah ini. Tapi aku juga tidak bisa melupakan apa yang mereka telah lakukan pada aku dan Diego. "Apa ini adalah tindakan yang benar untuk kulakukan?" tanyaku dalam hati.
"Apakah anda bisa menjelaskan hal ini, Mr. Theodore?" tanya repoter itu menantang.
"Ini semua hanyalah editan. Mama saya bukanlah orang seperti itu!" tolak William.
"Bukankah rekaman itu seakan menjelaskan mengapa Ms. Jovanka tidak bisa jatuh cinta pada anda? Karena orangtua anda saja dengan jelas menolak keberadaan dirinya dan anaknya. Mereka hanya dianggap sebagai jalang dan anak haram yang ingin mengincar harta anda." balas reporter.
"Kamu benar-benar memancing emosi saya! SIapa kamu sampai berani mengatakan seperti itu?! APakah anda teman dari Ulyssa? Sehingga dia bercerita pada dirimubahwa dia tidak bisa mencintai saya karena orangtuaku? Tidak-kan. Aku tahu cepat atau lambat aku bisa mendapatkannya sebab Ulyssa adalah jodoh saya!" geram William.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romantizm"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...