Kenapa dia susah sekali untuk mengerti bahwa ini semua demi kebaikannya juga. Siapapun pastinya langsung tahu bila Diego punya masalah dengan orangtuanya bila mereka tidak datang dalam acara pernikahan kami.
Aku hanya berusaha untuk mencegah hal itu terjadi tapi Diego malah kekeh untuk tidak mengundang mereka. Tidak ada satupun dari mereka ingin merendahkan sedikit ego demi kebaikan bersama. Aku tahu, seberapapun rasa dengki yang dirasakan Diego saat ini, rasa sakit karena dirinya tidak pernah merasakan yang namanya dicintai oleh keluarganya sendiri, dia masih menyayangi kedua orangtuanya. Hal itu sangat mudah terlihat dari kilatan mata dirinya saat menatap Mamanya tadi.
Walau kata-katanya terdengar cukup kasar, jauh dalam dirinya, perkataan itu pastinya juga menyakitinya, bukan hanya Mamanya saja. Diego mungkin terlihat kuat dari luar, tapi itu semua adalah topeng yang harus dia gunakan agar siapapun tidak ada meremehkannya.
Namun saat kau mengenalnya lebih dekat, sebenarnya dia punya hati yang sangat rapuh. Dirinya bukanlah orang selalu menyalahkan orang atau keadaan atas penderitaan yang dia rasakan. Tapi dia adalah orang yang selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua hal. Insecurity yang ada dalam dirinya serasa menjadi penyebab kenapa dia bersikap seperti itu.
Aku tahu semua ini bisa terselesaikan dengan baik, jika salah satu diantara mereka mau berusaha memperbaiki hubungan ini. Tapi masalahnya disini, tidak ada satupun yang punya niatan untuk meminta maaf. Diego merasa dirinya tidak bersalah, toh dia adalah korban dari kekerasan mental kedua orangtuanya, jadi tidak mungkin dia mau meminta maaf. Apalagi Mamanya, dia terlalu egois untuk mau memikirkan perasaan anaknya.
Dia selalu menganggap dirinya benar sehingga pastinya susah untuk dirinya mau intropeksi diri dan datang kemari untuk meminta maaf pada Diego. Terlebih status dirinya yang merupakan orangtua Diego, tentunya hal itu seakan menghalanginya untuk mengatakan kata "Maaf" meski dirinya tahu bahwa disini dia yang salah. Dan aku yang berada ditengah-tengah mereka, jadinya bingung harus berbuat apa.
Disatu sisi, aku mengerti situasi Diego, hatinya sudah terlalu sakit untuk bisa menerima perlakuan Mamanya yang hanya mementingkan keinginannya sendiri. Disisi lain, aku juga cukup mengerti Mamanya Diego. Dirinya menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Tentu hal itu menjadi kemauan setiap ibu didunia ini. Tapi sebagaimanapun seorang ibu, pastinya mereka takkan bisa menjadi seperti yang kita inginkan.
"Diego, cobalah kau lihat dari sisi yang lain. Betapa bahagianya dirimu nanti bila kau bisa berbaikan dengan kedua orangtuamu. Mereka yang memberikan restu mereka pada kita. Mengingatkan kita dengan wejangan-wejangan mereka. Pastinya kita tetap membutuhkan mereka, Diego. Saat nanti kita punya anak lagi, Mamamu bisa membantuku merawat anak kita, bukan? Pastinya dia juga senang mendapatkan cucu darimu."
"Aku yakin pastinya Mamamu masih mencintaimu dan menyayangimu seperti dirinya menyayangi Charlie, Diego. Tidak ada ibu yang membenci anaknya. Mungkin cara dirinya memperlakukan kalian berbeda, tapi aku percaya kasih sayang yang tercurah untuk kalian tetaplah sama. Tidak ada yang lebih banyak ataupun yang lebih sedikit, Diego." jelasku.
"Lagipula aku selalu diajarkan oleh kedua orangtuaku, bahwa restu orangtua itu sangatlah penting, Diego. Kau bisa menganggap restu mereka itu seperti potong puzzle terakhir yang akan menyempurnakan pernikahan kita nanti. Kau pastinya menginginkan pernikahan yang sempurna, bukan?" lanjutku.
"Aku menginginkan pernikahan yang sempurna untuk kita, Sya. Aku sangat ingin menuruti kemauanmu. Tapi aku tidak bisa, Sya. Hatiku masih terlalu sakit setiap kali melihat wajah mereka. Aku tidak bisa memaafkan mereka dengan mudah, Sya. Minta apa saja kepadaku tapi tidak dengan mengundang mereka di acara pernikahan kita nanti." putusnya.
"Apa tidak ada cara yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki ini semua, Diego?" tanyaku.
"Kalau aku tahu bagaimana caranya untuk memperbaiki hubunganku dengan mereka Sya, maka sudah aku lakukan sejak dulu. Tapi masalahnya tidak bisa, Sya. Hubungan kami itu sudah seperti air dan minyak. Ada pembatas yang menghalangi kami untuk bersatu. Tidak ada yang bisa kau lakukan untuk mengembalikan hubungan kami ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romansa"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...