BAB 8- A Nightmare

805 39 0
                                    

Double Update Guys!!!

Jangan lupa Comment dan like yang banyak ya...

Maaf aku tidak sering update cerita karena kesibukanku sebagai mahasiswa baru menghalangiku. Tapi kalian tenang saja, meski aku updatenya mungkin 2-3 hari sekali tetapi aku akan langsung double dan triple update jadi kalian tidak perlu terlalu penasaran dengan kelanjutan cerita ini. 

Happy reading guys...

-------

Ulyssa's POV

Apa yang sebenarnya terjadi disini? Mengapa dia bisa tahu dimana tempat tinggalku? Padahal nama pemilik apartemen ini bukan aku. Bahkan dalam CV kerjaku saja aku mencantumkan alamat yang lain. 

Aku memang tidak pernah menyangka bahwa takdir akhirnya kembali mengejekku dengan mempertemukanku lagi dengan sang pematah hatiku. Dan terkadang aku juga merutuki kebodohanku sendiri.

Bagaimana bisa aku sendiri melangkahkan kakiku kedalam lubang buaya? Menjadi sekertaris sekaligus perawat pribadinya. Bisa-bisanya aku tidak mencari dulu siapa pemilik perusahaan ini sebelum aku melamar kerja. Tapi mau bagaimanapun juga, aku tidak serta merta bisa langsung mengundurkan diri. 

Aku sudah terikat kontrak dengan perusahaan Diego dan gaji yang ditawarkan mereka sangat mampu untuk mencukupi semua kebutuhanku yang selama ini selalu dibantu penuhi oleh William.

Sejak beberapa bulan yang lalu, hubunganku dengan William yang mulai merenggang karena dirinya yang berterus terang menyatakan bahwa dirinya punya perasaan kepada diriku dan ingin menikahiku terlepas dari fakta bahwa anak ini bukanlah darah dagingnya. 

Itulah yang akhirnya memperumit hubungan kami berdua sehingga aku memutuskan untuk mencari pekerjaan yang baru dan berakhir ditahap dimana aku sampai harus kembali diganggu oleh masa lalu yang sudah berhasil aku hilangkan selama beberapa tahun ini.

"Bisa kau jelaskan kenapa kau bisa memiliki anak laki-laki yang sudah sebesar ini?" tanya Diego ulang.

"Apa urusannya dengan dirimu? Kau dan aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, jadi aku rasa masalah anak ini tidak perlu aku jelaskan kepada dirimu." jawabku sambil berusaha untuk menutupi wajah Alex dari dirinya.

"Ehhmmm... Baiklah kalau begitu. Bisakah sekarang aku masuk? Aku ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting dengan dirimu." tanya Diego.

"Maaf, tapi aku tidak bisa mempersilahkan orang asing untuk masuk ke dalam apartemenku. Apalagi sudah tengah malam begini." jawabku sinis.

"Kau mungkin tidak ingin untuk terus berurusan dengan diriku, Sya. Tapi aku disini punya banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan kepada dirimu. Dan tanpa seizinmu-pun, aku akan tetap masuk karena aku tak ingin seorangpun mendengar pembicaraan kita." kekeh Diego sambil menerobos masuk.

"Keluar kau, Diego! Apa kau tidak sadar sedang treepassing disini? Aku bisa saja melaporkanmu dan memasukkanmu dalam penjara. Daripada kita memperumit masalah disini, lebih baik kau pergi saat aku masih berbicara baik-baik denganmu!" geramku melihat sikap Diego yang begitu semena-mena.

"Laporkan saja. Semua polisi dan pemerintahan itu tidak akan berani dengan diriku, Sya. Aku itu pengusaha yang besar dan mereka hidup dari uang yang aku hasilkan. Jadi sudah pasti aku akan dengan mudah terbebas dari hukuman penjara yang kau layangkan kepadaku." ucapnya sombong.

"Mau kau memiliki semua dunia inipun, aku juga tidak peduli. Yang aku mau sekarang adalah kau pergi dari sini sekarang juga. Sebentar lagi tunanganku akan pulang dan aku tidak mau dia salah paham melihat kau yang berada berdua dengan diriku di apartemen ini." bohongku.

Tunangan? Mau dapat darimana aku? "Tentu saja aku tidak punya." pikirku. Sudah pasti aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun karena selama ini hatiku masih terkunci untuk Diego. Terlebih setiap melihat wajah Alex, selalu dapat mengingatkanku pada Diego. Mereka itu memang sangat mirip hingga sudah pasti orang dengan mudah mengenali bahwa Alex adalah anak Diego. 

Ya Alex adalah anak Diego dan bukan William ataupun pria yang lainnya. Aku mengetahui bahwa aku telah hamil 2 minggu setelah diriku memutuskan pergi dari hidup Diego. Aku yang tidak tega untuk menggugurkan anak ini, mau tak mau harus bisa menjadi seorang single parents tanpa Diego yang mengetahui keberadaan anak ini.

"Tunangan? Siapa? William Theodore? Bajingan yang selama ini menyembunyikanmu. Apa kau pikir dia serius dengan dirimu, Sya? Bahkan hari kemarin saja, aku masih melihat dirinya tidur dengan wanita bayaran di club. Apa kau mengira dia akan menikahimu, lalu kalian bisa memiliki keluarga yang bahagia? Tentu saja itu mustahil, Sya. William adalah lelaki yang paling brengsek didunia yang rela menjual wanita demi keuntungan usahanya." ejek Diego.

"Aku tidak akan pernah percaya dengan ucapanmu itu, Diego. Daripada kau terus beromong kosong disini, lebih baik kau angkat kaki dan jangan menganggu keluargaku lagi. Aku sudah cukup bahagia tanpa dirimu." ucapku.

"Apa kau benar-benar tidak mencintaiku lagi, Sya? Apa semua perasaanmu kepada diriku sudah berganti untuk William? Katakan, Sya! Apa sekarang aku sudah tidak berarti lagi bagimu? Bahkan bila aku mati, kau juga tidak akan menangisi kepergianku." tanyanya menyiratkan kesedihan.

"Tentu saja aku tidak peduli, Diego. Aku tidak lagi mencintaimu, okay?" bohongku sambil berusaha untuk memalingkan wajah agar tidak menatap matanya.

"Tatap aku dan katakan bahwa kau tidak lagi mencintaiku, Sya." hardik Diego.

"Aku.....Tidak...." gagapku. 

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang