BAB 18- Doesn't Wanna Work With Me

506 20 0
                                    

Diego's POV

"Apa alasanmu tidak mau kembali bekerja dengan diriku, Sya? Bukankah hubungan kita sudah baik-baik saja sekarang? Kau sudah mau-kan untuk memulai semuannya bersama dengan diriku? Jadi aku rasa, kau tidak perlu berhenti bekerja, kecuali kau masih punya rahasia dengan diriku." tanyaku bingung dengan keputusan Ulyssa yang tetap memutuskan untuk keluar.

"Keputusanku sudah bulat, Diego. Meski sudah tak ada lagi rahasia yang aku sembunyikan dari dirimu, tapi aku tidak ingin untuk bekerja dengan dirimu. Itu sudah aku tetapkan bahkan sebelum aku memilih untuk memberikanmu kesempatan lagi." jawab Ulyssa kekeh dengan pilihannya.

"Tetapi kenapa, Sya? Aku tidak mengerti alasan kau tetap ingin melakukan semua ini, Sya. Apa kau tidak ingin lagi bekerja? Atau kau takut tidak punya waktu untuk merawat Alex?" tanyaku bingung.

"Bukan seperti itu, Diego. Aku masih ingin bekerja dan selama ini aku selalu bisa untuk membagi waktuku untuk pekerjaan dan merawat Alex. Tapi aku tidak mau untuk mendampingimu lagi sebagai asistenmu, Diego. Aku tidak mau dianggap remeh oleh pegawai lainnya yang mengganggap aku bisa mencapai pada posisi ini karena aku punya koneksi dengan dirimu." jawabnya yang membuatku kembali terdiam.

"Apa dia benar-benar hanya itu alasannya? Atau mungkin dia ada maksud lain?" tanyaku dalam hati. Tetapi pikiran itu langsung aku enyahkan karena menurutku pertanyaan itu sangat tidak berdasar dan menunjukkan bahwa aku tidak punya kepercayaan penuh pada Ulyssa. Aku tahu dia pasti punya maksud dan tujuan yang baik. Ini semua dia lakukan demi kebaikanku. Aku tidak boleh langsung negative thinking pada dirinya. Apalagi sampai membuatnya merasa tertuduh? Bisa-bisa kita akan kembali bertengkar lagi karena masalah sepele begitu.

"Dalam hidupku, aku sudah punya prinsip untuk tidak mengabdikan diriku pada seseorang yang sudah berhubungan lama dengan diriku. Karena menurutku itu bukanlah tindakan profesionalisme yang tepat. Dan aku juga tahu bila aku tetap menjadi asisten, maka secara tidak langsung kau akan memperlakukanku dengan perlakuan yang berbeda dari karyawan yang lain. Dan pastinya hal itu akan memicu terjadinya rumor yang bisa menjatuhkan namamu, Diego. Bahwa kau membawa masuk karyawan yang tidak berkompeten untuk kesenangan pribadimu."

"Apa kau tidak takut bagaimana reaksi para pemegang saham yang telah menanamkan investasinya begitu besar pada perusahaanmu selama ini pada saat mereka mendengar rumor itu? Sudah pasti mereka akan kehilangan kepercayaannya pada dirimu. Dan aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Maka dengan segala pertimbangan itu aku memutuskan untuk keluar dari perusahaanmu. Aku rela untuk membayar denda demi menyelamatkan reputasimu." ucap Ulyssa yang langsung membuatku kembali tersentuh.

Benar-benar wanita yang luar biasa. Bisa-bisanya dia mempunyai pikiran sampai sejauh itu. Bahkan hal itu sama sekali tak terpikirkan oleh diriku. AKu hanya terbutakan oleh emosi dan perasaan sehingga hampir menuduhnya untuk tuduhan yang tidak masuk akal bahwa dirinya melakukan semua ini demi untuk kembali pada William. Padahal pada kenyataannya dia bukanlah wanita yang seperti itu.

Dia tidak seperti wanita yang diluar sana yang bisa membolak-balikkan perasaannya dengan mudah demi kekayaan. Dia melakukan semua ini demi diriku. Demi untuk menyelamatkan citra diriku sebagai pengusaha terbesar di Korea. Tetapi aku malah terus memikirkan yang tidak-tidak tentang dirinya. Aku benar harus banyak belajar dari Ulyssa. Wanita yang sama sekali tidak mementingkan dirinya. Yang selalu memprioritaskan orang lain daripada kebahagiaannya sendiri. Tidak seperti diriku yang akhir-akhir ini tidak sedang berada pada kondisi pikiran yang membuatku bisa berpikir rasional sebelum mengambil tindakan.

"Maka dari itu, kau tidak pernah mau untuk bekerja pada William. Karena kau punya hubungan dekat dengan dirinya dan kau juga tidak mau menjadi penyebab namanya tercoreng." kataku sedikit cemburu karena keprihatinan Ulyssa pada William.

"Ya, begitulah. Ada hal lain juga-sih yang membuatku tidak mau. Cuma secara garis besar, aku tidak pernah mau menerima tawaran William karena aku juga tidak pernah mau menjadi batu sandungan untuk dirinya dan perusahaan miliknya. Sama halnya dengan dirimu, Diego." jelasnya yang semakin membuat rasa cemburuku semakin berkobar.

"Apa William sebegitu berartinya untuk dirimu, Sya? Sampai-sampai derajatku dengan dirinya sama dihadapanmu." gerutuku sambil memayunkan bibirku.

"Apa ini caramu untuk menunjukkan bahwa kau cemburu dengan Willam, Diego?" tanyanya sambil tertawa karena sikapku.

"Kalau aku mengaku bahwa aku sedang cemburu pada William, si bajingan tengik itu. Terus apa yang akan kau lakukan untuk meredakan rasa cemburuku ini?" tanyaku kesal.

"Jangan sembarangan menyebut anak orang bajingan, Diego. Kau sama sekali belum mengenalnya tapi langsung main mengecapnya sebagai orang jahat dalam hal ini." bela Ulyssa yang semakin membuatku kesal.

Kenapa-sih dia sampai membela William sebegitunya? Terlebih dihadapanku lagi. Padahal aku sudah mengatakan bahwa aku sedang dilanda api cemburu, tapi dirinya masih saja terus mengungkit nama itu tanpa berusaha untuk meredakan rasa kesalku ini. Apa yang telah William lakukan sampai dia begitu memujanya? Dirinya selalu menganggap keparat itu sangat baik dan suci padahal dia belum tahu saja busuknya lelaki itu seperti apa. Malah selalu aku yang dipersalahkan saat kita mengungkit masalah tentang William.

"Mengapa kau begitu percaya pada William namun tidak dengan diriku, Sya? Dia itu bukan orang baik-baik, okay? Kelakuannya itu jauh lebih buruk dan reputasinya di mata masyarakat itu sudah jelek sekali. Tapi kau selalu saja kekeh dan mengatakan bahwa dia itu orang baik. Okay-lah kau misalnya dia membantumu sampai membuatmu berpandangan begitu. Anggaplah sekarang dia orang baik, terus akunya kamu anggap apa? Malaikat gitu?" tanyaku sarkas.

"Ya ampun, Diego. Aku tidak pernah tahu kalau misalnya orang cemburu bisa bertingkah sampai sebegini bodohnya. Apalagi untuk orang yang seterkenal Diego Caprio Alvito. Bisa juga ternyata terbutakan oleh api cinta sampai tidak bisa membedakan antara balas budi dan cinta. Sudah berapa kali aku ungkapkan, walau kita telah terpisahkan oleh jarak atau waktu tapi hatimu itu tetap dimiliki oleh dirimu seorang."

"Bahkan saat hari terbenam dan muncul lagi, pikiranku hanya terisi oleh kenangan tentang dirimu, Diego. Tidak ada pria lain yang bisa mengisi hariku selain dirimu. Dan aku perlu kau mempercayai hal itu, okay? Aku tahu kau susah untuk mempercayai kesungguhan cinta karena masa lalumu yang cukup kelam, namun kau harus bisa percaya bahwa aku benar-benar mencintaimu." sanggahnya. 

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang