Diego's POV
"Hidup bersama Alex tanpa dirimu." jawabnya yang sontak membuatku tertawa.
"Baik jika itu kemauanmu." kataku.
"Benarkah?" tanyanya tidak percaya.
"Iya, kau sudah membuktikan bahwa kau bisa hidup tanpa kita berdua. Tanpa diriku dan Alex. Selamat menikmati hidup sendiri, Sya. Karena sebentar lagi kau akan terbebas dari tugasmu mengasuh anak. Dan akulah yang akan menerima hak asuh itu." tegasku sambil bergerak mendekati kamar Alex, membuka kamarnya, dan kemudian langsung mengendong anak itu untuk kubawa pulang ke rumahku.
"Kemana kau akan membawanya, Diego?" tanya Ulyssa saat melihatku menggendong Alex dalam pelukanku.
"Kemana lagi kalau bukan rumahku, Sya. Kan kau bukan lagi ibunya Alex." jawabku singkat sambil berjalan keluar.
"Apa maksudmu, Diego?! Aku ini Mamanya Alex dan selamanya akan begitu!" marahnya.
"Sama seperti kau yang tidak mau mengakuiku sebagai Papanya Alex maka diriku akan memperlakukanmu sama. Kau bukan lagi Mamanya Alex. Sehingga kau tidak perlu untuk mengurusi anak ini lagi. Aku yang akan menjaga dan merawatnya sampai besar." kataku.
"Tidak! Kau tidak boleh memisahkanku dengan Alex, Diego. Dia anakku dan dia juga darah dagingku. Selangkah lagi dan aku akan benar-benar membunuhmu disini, Diego. Aku tidak pernah takut masuk penjara demi mempertahankan apa yang menjadi milikku." ancam Ulyssa yang langsung membuatku tertawa terbahak-bahak.
Dia? Membunuhku? Aku tahu dia tidak akan mampu melakukan itu. Karena aku sudah mengenalnya cukup lama untuk mengetahui bahwa dirinya takkan bisa melukai siapapun apalagi diriku.
Seseorang yang masih dia cintai walau rasa itu harus dia sembunyikan dariku. Kurasa bila dia berani untuk melakukan itu, maka mati ditangannya juga terdengar sebagai pilihan kematian yang cukup baik untuk diriku.
"Hahaha..... Coba saja, Sya. Aku tahu kau hanya sedang beromong kosong disini. Aku tidak akan merampas apa yang menjadi milikmu, bila kau tidak bertindak sekeras kepala ini dan mau kembali dengan diriku." sanggahku.
"Tolong jangan bawa pergi dirinya, Diego. Hanya dirinyalah yang aku punya sebagai keluargaku. Dia alasan kenapa aku sampai sekarang masih bertahan hidup. Tolong mengertilah, aku begitu mencintainya, dialah satu-satunya pribadi yang menemaniku dikala aku susah. Kau tidak bisa.....Kau tidak boleh...... Memisahkan kami berdua hanya karena aku tidak mau kembali dengan dirimu." lirihnya sambil menahan tangis.
"Bila memang tidak mau berpisah, maka kembalilah bersamaku. Aku janji akan memperlakukan kalian dengan sebaik mungkin. Bahkan jika kau pikir aku bermain-main dengan dirimu, aku mau membuktikan keseriusanku dengan langsung menikahimu sekarang juga." jawabku datar.
"Kenapa harus aku, Diego? Kenapa harus aku yang paksa menjadi istrimu? Masih banyak wanita yang bisa kau pilih, tetapi mengapa kau tidak membiarkanku pergi? Aku itu hanya your highschool crush, Diego. Dan kau bisa saja mendapatkan perempuan manapun yang dengan rela kau hamili. Aku tidak bisa kembali bersamamu, Diego. Hatiku masih terlalu sakit karena pengkhianatanmu yang dulu. Aku tidak bisa menerimamu lagi." racaunya.
"Kalau begitu, kau juga bisa mencari pria lain yang bisa menghamilimu dan punya anak bersama lagi-kan? Kenapa harus aku yang mengalah? Anak ini adalah anakku juga, Sya. Dan sampai sekarang, aku tidak punya kesempatan untuk bersama dengan dirinya. Jadi sekarang gantian. Kau yang hidup tanpa Alex. Kau juga pasti bisa bahagia tanpa Alex." ucapku sambil mendorong kursi rodaku mengarah keluar apartemen.
"Aku tidak bisa, Diego! Karena Alex-lah peninggalan terbaik yang kau berikan pada diriku. Perasaanku yang dulu aku berikan untukmu kini semua aku curahkan pada Alex. Saat Alex hadir ditengah-tengah kehidupanku, dialah yang akhirnya menjadi pelipur laraku. Dia yang mampu untuk membuatku selalu tersenyum, mencerahkan hari-hariku."
![](https://img.wattpad.com/cover/239096232-288-k53803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romantizm"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...