BAB 44 - A Plan

137 4 0
                                    


Aku tahu pastinya Diego sangat marah dengan diriku, terlebih aku yang diam saja melihat Alex diperlakukan tidak adil. Aku sadar aku bukanlah ibu yang baik yang melakukan segalanya demi anaknya. Tapi aku juga tidak bisa serta merta mengambil jalan gegabah. Aku tidak punya kuasa yang cukup untuk mengalahkan mereka, okay?

Terlebih video CCTV ini aku dapatkan secara illegal yang membuatnya tidak valid dimata hukum. Aku tidak punya cukup uang untuk menyewa pengacara yang terkenal. Untuk biaya hidup saja, aku tidak bisa apalagi harus membayar gaji pengacara yang berpuluh-puluh juta untuk sekali penanganan kasus. Darimana aku dapat uang sebanyak itu? Dengan jual diri?

"Kau tidak mengerti, Diego. Kau tidak berada didalam posisiku saat itu. Aku tahu kau marah, akupun juga sama. Tapi sebagai orang kecil, aku memang harus siap untuk ditindas oleh orang berkuasa seperti kalian, okay? Sama sepertimu, Keluarga William itu kebal hukum. Mereka sangat berkuasa di Pulau Jeju. Jika Seoul adalah lahan bermainmu, maka Jeju ada lahan bermain mereka, Diego. Kau pikir dengan aku membuat kegaduhan disana, ada yang percaya dengan diriku? Pastinya mereka hanya menganggapku mengada-ada saja."

"Terlebih untuk urusan uang. Aku berutang budi juga mereka. Mereka yang membantuku sampai bisa melahirkan Alex. Aku tidak bisa melupakan kebaikan mereka hanya karena satu kesalahan. Apa yang akan dipikirkan William tentang diriku? Orang yang dia bantu ingin memenjarakan Mamanya dengan alibi bahwa Mamanya ingin membunuh putranya? Itu terlalu tidak mungkin untuk bisa dipercayai dengan mudah, Diego. Dan aku cukup tahu akan hal itu. Makanya aku lebih baik mundur dalam taruhan yang sudah aku ketahui bakal kalah." tukasku.

"Apa kau sama sekali tidak mau memperjuangkan hak anak kita, Sya? Dia terluka sampai harus dirawat! Dimana hati nuranimu sampai kau dengan mudahnya membiarkan masalah ini lewat begitu saja tanpa ada usaha untuk mendapatkan keadilan, Sya?" gertaknya.

"Kau pikir aku tidak mau, Diego! Aku juga kalau bisa ya pastinya aku mau! Tapi masalahnya tidak segampang itu. Aku tanya sama kamu sekarang. Bila semua ini dilimpahkan pada dirimu. aku tiba-tiba datang ke polisi dan menuduhmu telah melakukan aksi pembunuhan pada anakku. Aku hanya punya satu bukti illegal yang memperkuat argumenku. Apa kau pikir kau bisa dipenjarakan? Dengan semua koneksi dan hak istimewamu dihadapan hukum, apa bisa aku memenjarakanmu?" tanyaku yang sontak membuat semuanya terdiam.

"Apalagi aku tidak bisa menyewa pengacara karena keterbatasan ekonomi. Apa kemungkinan yang bisa memastikan diriku mendapatkan keadilan? Tidak ada-kan. Disini aku tidak bermain perasaan, Diego. Bila kau tanya bagaimana perasaanku, maka aku akan jawab aku sangat sakit hati saat tahu Alex diperlakukan seperti itu. Tapi aku juga berusaha untuk berpikir rasional. Aku mengambil keputusan ini dengan menggunakan logika bukan dengan perasaan."

"Karena pada dasarnya, keputusan yang berdasar pada perasaan tidak akan berdampak baik. Kau mau membenciku sekarang? I'm fine, Diego. Karena pada saat itu sudah terlalu banyak alasan yang mendorongku untuk menyerah pada keadilan itu. Sebab secara tabiatnya, keadilan tak pernah ada. Hukum itu akan selalu tumpul ke atas namun lancip ke bawah." sahutku sedih karena ketidakmampuanku ini.

"I'm sorry, Sya. Aku menilaimu terlalu cepat. Aku hanya terbawa emosi saat mendengar Alex dan dirimu diperlakukan tidak baik oleh mereka." racaunya sambil memelukku.

"Aku tidak menyalahkanmu, Diego. Ini juga terjadi karena kesalahan dan kenaifanku yang berpikir kau hanya mempermainkanku saja. Aku dan Alex sekarang baik-baik saja. Walau ingatan itu pastinya masih berbekas di hati kami tapi kami berdua mencoba untuk melupakannya." pungkasku.

"Tetap saja, Sya. Hal ini tidak bisa kita biarkan. Kita tidak bisa tinggal diam melihat mereka bisa bersenang-senang diatas penderitaan kita. Mereka telah memicu rumor yang menjatuhkan kita, maka kini saatnya kita melakukan hal yang sama pada mereka. Bagaimana kalau kita menyewa orang untuk bekerja disana dan menggoda William agar Mamanya marah lalu memperlakukannya dengan kejam? Setelah itu kita bisa mempergunakan dirinya sebagai saksi untuk menjatuhkan reputasi mereka." balas Ji Min.

"Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, Ji Min. Aku setuju kita membalas perbuatan mereka yang sudah ingin menghancurkan perusahaan ini, tapi aku tidak ingin menjebak mereka dengan tipu muslihat seperti itu. Kali ini biarkan kita mendapatkan keadilan dengan cara yang benar. Karena apapun yang didapatkan dengan cara yang tidak benar, maka cepat atau lambat Tuhan pasti akan mengambil hal itu dari kita. Jangan kita rendahkan diri kita hanya untuk balas dendam, Ji Min. Lagipula aku rasa aku sudah punya solusi yang paling baik untuk masalah ini." ungkapku.

"Apa yang bisa kita lakukan, Sya?" tanya Tae Hyung penasaran.

"Pernah mendengar kata 'Biarkan musuh yang menyelesaikan masalah untuk kita.'?" jawabku yang langsung mendapat wajah bingung dari mereka bertiga.

Akupun lalu menjabarkan setiap rencanaku pada mereka. Walau ini tidak sepenuhnya bisa memulihkan kondisi perusahaan, namun aku berharap kita tetap mempertahankan sisi kemanusiaan kita pada mereka. Aku juga sangat ingin membalaskan dendamku, tapi aku tidak boleh terbutakan oleh amarah dan dendam. Karena sesungguhnya, kita semua adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan, biarkanlah ganjaran yang kuberikan pada mereka nanti bisa menyadarkan bahwa apa yang mereka lakukan ini salah.

Tidak seharusnya mereka menghalalkan segala cara demi menjatuhkan saingan. Terlebih untuk menaruh mata-mata untuk mencuri uang demi keuntungannya. Tuhan telah menetapkan harta kita masing-masing. Agar kita tidak kekurangan dan selalu berkecukupan. Kita tidak boleh iri atau menginginkan milik orag lain. Sebab apa yang terlihat didepan, mungkin tidak sama seperti didalamnya.

"Bagus itu idemu, Sya. Tapi apakah William akan berkooperatif dengan kita?" tanya Ji Min.

"Tidak ada salahnya-kan kita mencobanya terlebih dahulu? Atau kau punya rencana yang lebih baik daripada ini?" tanyaku balik.

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang