"Aku tidak pernah tahu bahwa aku sebegitu berartinya untuk Diego." gumamku sambil memegangi surat itu.
"Dan kurasa kini kau sudah cukup tahu, bukan? Bahkan saat dirimu pergi, dia sama sekali tidak membencimu karena pergi secara tiba-tiba. Dia hanya mengatakan bahwa kau memang seharusnya melakukan hal itu karena dirinya memang bukanlah pria idaman untuk dirimu. Dia menyalahkan dirinya. Dan sejak itu pula, aku tidak lagi bisa melihat dirinya yang dulu."
"Kini tidak ada lagi pribadi itu, Sya. Pribadi itu ikut menghilang saat kau pergi dari dirinya. Jadi sekarang aku boleh-kan menyalahkanmu, Sya? Aku membencimu telah memperlakukan sahabatku seperti ini. Dan aku harap alasan yang kau pendam itu adalah alasan yang cukup untuk mendukung perbuatanmu ini, Sya." seru Ji Min.
"Maafkan aku, Ji Min. Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu." ulangku sambil menangis tersedu-sedu.
Aku sangatlah egois. Akulah alasan mengapa semua menjadi serumit ini? Apapun alasanku, tetap saja aku yang membuat Diego menjadi pribadi yang lemah dan begitu rapuh. Diego yang begitu tegas, kuat sudah tidak ada lagi karena diriku. Ya Tuhan, kenapa aku bisa melakukan sesuatu yang sekejam ini pada orang yang aku cintai. Aku tidak menyakitinya secara fisik tapi aku telah merusaknya secara mental.
"Shuush..... It's okay, Sya. Aku mengerti. Memang pastinya sakit untuk mendengar semua ini, tapi inilah kenyataannya. Sebuah kenyataan yang tersembunyi karena kesalahpahaman yang terjadi diantara kalian. Please, Sya. Aku memberitahumu semua ini agar kau mau memperbaiki masa lalu kalian. Bantulah kami untuk mengembalikan Diego seperti dulu lagi."
"Dia sekarang sudah patah semangat, Sya. Karena Tuhan telah mengambil kakinya. Dan kau apa yang dia katakan tentang kelumpuhannya? Tuhan memberikannya hukuman ini karena sudah menyakiti hatimu hingga kau pergi dari sisinya. Seputus asa itu, Sya! Apa kau masih ada hati untuk meninggalkannya sendiri?" tanya Jimin sambil memelukku.
"Apa itu artinya dia tidak akan pernah bisa berjalan lagi?" tanyaku speechless.
"Dia bisa, untungnya kecelakaan itu tidak merenggut seluruh kesempatan dirinya untuk bisa berjalan kembali. Memang peluangnya terbilang sangat kecil, tapi kurasa bila mendapat dorongan dari dirimu, dia pasti bisa kembali sehat, Sya. Jadi aku mohon, bantu kami. Bantu aku dan Taehyung!" ucap Ji Min memohon.
"Apa yang harus aku bantu, Ji Min? Aku tidak bisa berbuat apa-apa, okay?" pintaku.
"Kau bisa, Sya. Kau itu lebih dari apa yang kau kira. Keberadaanmu disamping Diego-lah yang akan mengembalikan semangatnya untuk sehat dan bisa berjalan lagi." tegas Ji Min.
"Apa kau yakin?" tanyaku tidak pasti.
"Iya aku yakin, Sya. Buktinya sejak kau menjadi asistennya Diego, dia mau untuk datang melakukan terapinya." jawabnya.
"Memangnya dulu tidak?" sanggahku.
"Setelah dia mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, dia sempat koma selama 1-2 minggu, Sya. Dia sama sekali tidak dijenguk oleh kedua orangtuanya. Bahkan saat aku menelpon Mamanya Diego, mereka langsung menyebut Diego bukan anak mereka lagi. Kau tahu bagaimana rasanya kau dibuang begitu saja saat kau berada dititik terendah kehidupanmu? Sakit, Sya. Tanpa dia mengatakan-pun aku bisa tahu akan hal itu. Saat tubuhnya seperti tidak merespon apapun obat atau stimulus yang diberikan oleh dokter."
"Saat itu pula dokter mengatakan bahwa yang bisa Diego seperti tidak punya lagi semangat hidup, tidak ada orang yang peduli dengan dirinya kecuali aku dan Taehyung, Sya. Kami tidak tahu harus berbuat apa-apa dan kami juga tidak mau kehilangan Diego. Dan seketika kita mengucapkan namamu, layaknya stimulus yang paling ampuh didunia, namamu-lah yang akhirnya membuatnya bisa kembali sadar, Sya. Tangannya langsung bergerak begitu saja, Aku tidak tahu apa itu mungkin kebetulan atau tidak, tapi yang pasti saat itu kami sadar, kaulah hidupnya Diego." jelasnya.
"Stop, Ji Min! Aku tidak lagi mampu untuk mendengarnya! Aku begitu jahat sama dia, Ji Min. Pada saat pertama kali kita dipertemukan lagi, aku bersikap begitu kasar dan menolaknya tanpa tahu kejadian apa saja yang harus selama ini dia alami, Aku tidak pernah memikirkan perasaannya sama sekali, Ji Min. Itukah yang disebut cinta? Aku melukai orang yang paling aku cintai. Bahkan secara tidak langsung aku telah membunuhnya secara perlahan dengan menjatuhkan mentalnya. Wanita yang seperti inikah yang selalu dia banggakan? Yang selalu dia cintai. Aku tidak pantas untuknya! Aku tidak bisa membuatnya bahagia...." ucapku sedih.
"Sudahlah, Sya. Semua telah terlanjur terjadi. Biarkan yang masa lalu berlalu dan yang kau perlu ubah adalah masa sekarang, Sya. Aku mendengar semua cerita Diego belakangan ini. Dia bilang bahwa dia setiap kali bertengkar dengan satu wanita ini. Sebenarnya dia tidak ingin mencari pertengkaran, tapi ucapan demi ucapan yang mereka lontarkan berakhir dengan amarah dan berkelahi. Makanya dia memutuskan untuk memberikan space diantara kalian, mungkin dengan begitu, dia bisa melepaskan dirimu dengan lebih mudah karena dia pikir dia sudah tidak bisa membahagiakanmu." timpal Ji Min.
"Tapi..." ucapku yang harus terhenti karena tangis yang mulai merajalela.
"Itulah sebabnya aku ingin bicara denganmu tadi, Sya. Tapi aku tidak menyangka bahwa masalahnya akan serumit ini. Aku harap aku sedikit membantu disini untuk menyelesaikan permasalahan kalian, Sya. Karena aku tahu aku hanylah orang luar yang tak bisa membantu banyak. Kalian-lah yang harus menyelesaikan masalah kalian sendiri. Aku hanya berharap setelah ini hubungan kalian bisa lebih baik lagi dan kalian tidak perlu bertengkar setiap harinya." balas Ji Min.
"Aku harus pergi sekarang, Ji Min. Aku ingin meluruskan semua saat ini juga." putusku sambil membawa bekalku dan berlari keruangannya Diego.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romans"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...