Ulyssa's POV
"Kenapa hubunganmu bisa sehancur ini dengan Mamamu sendiri? Maksudku, aku memang sering melihat pertengkaran antara orangtua dan anak. Tapi aku tidak pernah menyangka ada orang yang sebegini kejamnya pada anak mereka sendiri." ungkapku.
"Kurasa perkataanmu ini tidak menjawab pertanyaanku tadi, Sya." canda Diego.
"Aku hanya... Tidak percaya saja apa yang tadi aku saksikan, Diego. Kalian tadi sudah seperti musuh bebuyutan saja. Dan tak pernah terpikirkan olehku aku bakal melihat semua ini di dunia nyata. Ini terasa seperti di sinetron-sinetron yang biasa aku nonton. Sesuatu hal yang selalu kukira fiksi dan takkan pernah terjadi pada siapapun." ujarku.
"Tentu saja kau tidak pernah melihat hal ini sebelumnya, Sya. Karena semua ini memang telah menjadi rahasia keluarga kami yang tak boleh ditampakan di depan public." jujur Diego.
"Memangnya kau tahu alasan mereka memperlakukanmu seperti begini?" tanyaku penasaran.
"Aku tidak tahu begitu jelas. Hanya saja mereka selalu berkata bahwa mereka melakukan semua ini karena mereka ingin mendidikku menjadi seseorang yang bertanggungjawab dan mandiri. They said, not me." jawab Diego santai.
"Terus kenapa mereka tidak memperlakukan adikmu sama seperti perlakuan mereka terhadapmu? Bila ini cara mereka untuk mendidik seorang anak, maka pastinya mereka juga bertindak sama antara dirimu dan adikmu." tukasku.
"Jika kau ingin bertanya kepadaku mengenai alasan mereka memperlakukanku tidak adil, maka akupun juga tidak bisa menjawabnya, Sya. Karena aku sendiri juga tidak tahu dimana letak kesalahanku sampai aku harus tumbuh tanpa kasih sayang dan cinta dari kedua orangtuaku." balas Diego.
"Apa dengan kehadiranku disini tambah membuat hubungan dengan Mamamu semakin merenggang?" tanyaku tiba-tiba sambil menatapnya penasaran.
"Hahaha... Lucu sekali pertanyaanmu itu, Sya. Kehadiranmu sama sekali tidak mengubah apa-apa, okay? Hubunganku dengan mereka memang sedari awal sudah seperti ini. Tanpa atau dengan adanya dirimu disampingku tidak akan memperat atau merenggangkan hubungan yang telah rusak sejak awal." jelasnya sambil tertawa.
"Tapi itu tidak berarti aku takkan merasa bersalah ketika aku telah menjadi penyebab kalian bertengkar besar hari ini. Aku layaknya orang ketiga yang merusak hubungan antara ibu dan anak, Diego." sanggahku sedih.
"Tidak usah berpikir seperti itu, Sya. Karena aku sendiripun tidak lagi peduli dengan ibuku sendiri. Apapun yang dia katakan, mau dia melarangku untuk dekat dengan dirimu, aku juga takkan lagi mendengar dia, Sya." balas Diego memegang wajahku.
"Berarti selama ini kau tidak ada kepikiran untuk memperkenalkanku pada mereka?" tanyaku.
"Kalau aku bilang iya, apakah kau akan marah kepadaku, Sya?" tanya Diego balik.
"Mungkin bila aku mendengar jawabanmu dulu aku akan sangat marah kepadamu, Diego. Karena pastinya aku langsung berpikir bahwa kau tidak serius dengan diriku. Sebab pada era zaman sekarang-pun, memperkenalkan pasangan pada kedua orangtua yang masih hidup adalah sebuah keharusan.Terlebih saat kau ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius. Tentu dengan pemikiran itu, aku bisa menyimpulkan bahwa kau masih belum punya kesiapan yang cukup untuk mempersuntingku, Diego. Karena memperkenalkan kepada orangtuamu saja kau tidak bisa. Tapi sekarang aku bisa mengerti situasimu, Diego. Namun, aku masih berharap orangtuamu tetap datang dalam pernikahan kita nanti." ungkapku.
"Kenapa, Sya? Aku tidak mau mereka merusak hari bahagia kita nanti. Bagaimana bila mereka merencanakan sesuatu untuk menghancurkan pernikahan kita? Atau mereka berpikir untuk membawa orang ketiga dalam hubungan kita agar kau pergi dari kehidupanku? Tidak bisa aku biarkan hal itu terjadi. Pernikahan kita akan tetap berlanjut tanpa mereka. Aku tidak sudi mengundang mereka di acara kita nanti." putus Diego.
"Diego, aku mengerti bila kau masih dendam pada mereka. Karena aku tahu mungkin aku akan bersikap sama bila aku yang ada di posisimu. Tapi itu bukan berarti kau harus memblokir semua akses mereka untuk bisa berbaikan dengan dirimu juga, kan? Kau tidak boleh langsung berpikiran negative seperti itu. Momen pernikahan kita nanti pastinya akan terasa tidak lengkap tanpa kehadiran mereka, Diego.
"Masa pernikahan sama sekali tidak ada keluarga yang menghadiri? Memangnya kita sedang kawin lari? Tidak-kan. Orangtuaku sudah pergi, mereka tentunya tidak akan bisa hadir ke pernikahan anak mereka sendiri. Sedangkan orangtuamu, semua orang tahu mereka masih hidup tetapi tidak ada satupun dari anggota keluargamu yang hadir di pernikahan kita."
"Bukankah pasti para tamu undangan akan merasa ada yang aneh dengan hubungan kalian? Tanpa kau sadari, jika kau melakukan hal ini, maka kau seperti membuka rahasia yang telah kau tutup-tutupi selama ini, Diego. Apa yang akan rekan bisnismu katakan? Teman-temanmu? Mungkin mereka tidak akan membicarakan apa-apa didepan kita, tapi tidak menutup kemungkinan mereka akan menyindir kita di belakang. Bukankah kita tetap harus menjaga reputasimu sebagai pebisnis, Diego. Adakah orang yang masih percaya dengan kinerjamu bila masalah dalam keluargamu saja tidak selesai?" pintaku.
"Mereka yang bekerja sama hanya memperdulikan bagaimana kinerjaku dapat memberikan keuntungan bagi mereka, Sya. Tidak akan ada yang peduli bila hubunganku dengan orangtuaku hancur, Sya. Bukan seperti itu cara kerja di bidang bisnis. Bila kau terlalu asyik mencampuri urusan orang lain, maka aku bisa menjamin, bisnis tidak akan bertahan dengan lama. Aku juga tidak peduli dengan perkataan semua orang. Karena yang membuatku bisa berdiri pada tahap ini adalah kerja keras dan jerih payah yang aku keluarkan selama 6 tahun, Sya. Bukan popularitas atau ketenaran yang sementara."
"Aku tidaklah sama dengan orangtuaku. Aku tidak peduli dengan nama baikku, tidak seperti mereka yang hanya terfokus untuk memilki citra baik didepan public. Jadi aku rasa tanpa merekapun, pernikahan kita diselenggarakan dengan baik, Sya. Kita masih punya Ji Min dan Tae Hyung, 2 sahabatku sudah sama seperti keluargaku sendiri. Ji Min bisa menjadi walimu nanti begitupun dengan Tae Hyung bisa menjadi waliku. Maka dari itu tidak ada lagi yang perlu kau pusingi, Sya. Semuanya sudah kuatur dengan baik, dan kita hanya perlu menunggu hari kebahagiaan kita datang." pinta Diego.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romance"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...