"Ohh iya? Kalau begitu, pernahkah Charlie membuat anda bangga dengan berhasil membawa tender besar bagi perusahaan kalian? Apa Charlie mampu untuk memperjuangkan satu wanita dan secara jantan melamarnya? Apa Charlie berhasil bertahan hidup dengan penghasilannya sendiri tanpa bantuan dari nama dan kekayaan orangtuanya?" tanyaku yang sontak berhasil mendiamkan Mamanya Diego.
Akupun yakin dengan dugaanku bahwa Charlie telah tumbuh menjadi seseorang yang buruk. Karena aku bisa melihat dari cara bicara Mamanya Diego yang selalu memuji Charlie meski dirinya berbuat salah. Yang pastinya menyebabkan Charlie susah untuk menjadi seseorang yang salah. Ini semua kembali lagi pada didikan orangtua. Bagaimana mereka mendidik anak mereka yang akhirnya menentukan bagaimana anak itu bersikap di masyarakat.
"Aku rasa aku telah mendapat jawaban dari sikap anda yang terdiam. Bukankah ini sudah membuktikan bahwa Diego telah menjadi pribadi yang lebih sukses daripada Charlie? Seseorang yang dulu tidak punya apapun untuk dibanggakan, kini bisa mempunyai semua yang tak bisa dimiliki oleh Charlie. Mungkin Charlie pintar dalam bidang akademis yang membuat anda menjadi sangat bangga padanya hingga anda melupakan satu lagi anak anda yang sebenarnya bisa berkembang. Namun akhirnya tidak bisa karena tak ada seorangpun yang mau memberikannya kesempatan untuk mencoba kembali."
"Aku rasa Tante menilai orang dengan cepat. Tidak ada seorangpun yang mengetahui masa depan. Mungkin sekarang kita menjadi orang yang paling pintar di sekolah kita, tapi saat kita berada didalam masyarakat, kita menyadari bahwa kita hanyalah satu dari sekian banyak orang pintar di dunia ini. Dan pintar itu tidak menentukan keberhasilan, Tante. Sekolah tidak menjamin kau bakal punya pekerjaan yang layak. Sikap Tante yang menjadi penyebab mengapa hubungan Diego pada Tante ataupun Charlie merenggang. Karena Tante yang tak bisa memberikan kasih sayang yang sama pada mereka." jelasku.
"Aku bukannya ingin melupakan Diego. Pertamanya aku hanya bermaksud untuk mendidiknya dengan keras, namun sejak adanya Charlie, fokusku kian berubah pada dirinya. Tanpa sadar aku terlalu menyayanginya hingga aku menelantarkan Diego. AKu tidak mau hubungan kami menjadi seperti ini. Tapi saat semuanya sudah jadi begini, aku tidak punya pilihan ini selain berusaha untuk terbiasa." jujur Mamanya Diego.
"Ini masih belum terlambat, Tante. Jika Tante ingin mengubah keadaan ini, maka sekaranglah waktu yang tepat. Diego masih menyayangi anda, Tante. Tante pasti bisa mengubah semua ini apabila Tante mau meminta maaf pada Diego dan menunjukkan bahwa Tante benar-benar akan berubah." imbuhku.
"Mau berubah bagaimanapun dia akan tetap membenciku, Ulyssa. Aku sudah terlalu keras pada dirinya selama ini. Kupikir jika aku bersikap keras pada dirinya, bisa membantunya menjadi seseorang yang kuat. Tanpa sadar itu malah membuat hubungan kita menjadi sangat menjauh. Aku baru sadar sekarang dan aku menyesali perbuatanku dulu. Meski aku tak pernah mengungkapkan hal ini pada siapapun, tapi tak bisa dipungkiri bahwa aku mencintainya. Aku menyayanginya, walau caraku menunjukkan rasa sayang itu yang salah." lirihnya menyesal.
"Anda masih memiliki kesempatan, Tante. Bila Tante mau menunjukkan kasih sayang yang selama ini Tante pendam untuk Diego, maka cepat atau lambat aku yakin pintu maaf Diego akan terbuka dengan sendirinya. Walau aku tidak bisa menjanjikan semua akan kembali seperti seharusnya hanya dalam sehari, tapi aku yakin bila anda mau untuk terus mencoba, Diego pastinya akan menghargai usaha anda untuk berbaikan dengan dirinya." balasku sambil memegang tangan Mamanya Diego.
"Aku rasa tugasku disini sudah selesai. Aku harap pembicaraan kita hari ini bisa menyakinkan Tante untuk setidaknya mau datang ke rumah Diego dan memperbaiki semuanya. Kalau begitu, saya permisi dulu." lanjutku sambil berjalan pergi.
"Tunggu! Kenapa kau melakukan semua ini? Apa untungnya bagimu dengan kau berusaha menyakinkan diriku untuk berbaikan dengan Diego? Bukankah kau nantinya tambah pusing bila aku menjadi mertuamu? Aku belum memberikanmu restu, okay?" tanya Mamanya Diego.
"Aku bukan melakukan ini demi mendapatkan restu dari anda, Tante. Aku hanya ingin yang terbaik untuk Diego. Diego pantas mendapatkan keluarga yang utuh dan bahagia. Bukan seperti sekarang ini, dimana dirinya sampai harus merasa terbuang dari keluarganya sendiri." jawabku saat setelah aku menoleh ke arah Mamanya Diego.
"Bagaimana bila nanti aku masih tidak memberikanmu restu meski aku telah berbaikan dengan Diego?" tanya Mamanya Diego.
"Kalau begitu, mungkin aku memang tak berjodoh dengan dirinya." balasku sambil berjalan pergi meninggalkan Mamanya Diego sendiri. Belum sempat aku keluar dari café itu, aku tiba-tiba dipertemukan dengan musuh bebuyutanku yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mamanya William. Saat Mamanya William melihat diriku, mukanya langsung berubah marah dan tanpa menunggu, dia sontak menghampiriku dan menamparku yang lantas mendapat perhatian semua pengunjung tak terkecuali Mamanya Diego.
"Kamu! Untuk apalagi kau kemari?! Ingin menghancurkan café milikku setelah membuat bangkrut perusahaan keluargaku?! Kau memang jalang yang tidak tahu diri! Kami telah membantumu, memberikanmu tempat tinggal, bahkan membiayai kehidupanmu selama 8 tahun dan ini balasanmu terhadap kita?! Kau pikir kau sudah menang dengan menghancurkan kehidupan anakku?! Jangan mimpi kau bisa bahagia di atas penderitaan kami! Aku pastikan pacarmu itu sebentar lagi akan membuangmu seperti sampah setelah dia tidak lagi berguna untuk dirinya." hina Mamanya William.
"Ini semua terjadi karena anda, Nyonya. Aku hanya membalas apa yang anda perbuat pada saya dan anak saya. Anda lupa bagaimana dulu anda menghina hingga mempermalukan saya didepan keluarga besar anda karena anak saya tidak punya ayah. Bahkan anda pernah mencoba untuk menggugurkan janinku tanpa sepengetahuanku. Untung saja Tuhan memang tidak pernah tidur dan menyelamatkan hidup anakku. Jadi aku rasa kita sekarang sudah impas. Anda telah menyebabkan trauma bagi anakku karena perlakuan kasar anda padanya dan aku membuat hancur hidup anak anda sebab dirinya mencoba untuk menghancurkan perusahaan pacarku." jawabku datar.
"Kau! Benar-benar....." teriak Mamanya William dan berusaha untuk menamparku lagi namun berhasil ditahan oleh seseorang.
"Jangan pernah menyentuh menantuku dengan tangan kotormu itu, Charlotte!" geram Mamanya Diego sambil menghempaskan tangan Mamanya William.
"Stephanie!" panggil Mamanya William.
"Untuk apa kau membela jalang ini? Dia telah menghancurkan semuanya! Dialah alasan kenapa keluarga kita tidak bisa bersatu." lanjutnya.
"Aku najis untuk menganggapmu sebagai besanku, Charlotte. Kau itu bukanlah nyonya dari keluarga terpandang tapi kau adalah pelaku kekerasan anak. Dan kau telah melukai cucuku dengan tangan kotormu itu. Tidak usah mencari pembenaran didepanku karena aku sudah mendengar semuanya. Aku juga sudah menyaksikan bagaimana anakmu berusaha untuk menghancurkan usaha anakku dengan menggunakan Rebecca, kan? Jangan harap setelah kau melakukan itu, kau masih bisa masuk dalam keluarga kami. Ulyssa jauh lebih baik dari Rebecca. Wanita ular itu memang pantasnya lajang dan menjadi perawan tua selamanya." hina Mamanya Diego.
"Apa yang pelacur ini katakan sampai kau menganggapku sehina itu, Stephanie? Aku tak pernah melakukan itu, okay? Aku difitnah." sanggah Mamanya William.
"Difitnah? Terus bukti yang tersebar di social media itu apa? Editan? Jangan berusaha mengelak, Charlotte. Aku tahu semuanya. Dan aku tidak lagi mau dekat-dekat dengan orang sepertimu. Hubungan pertemanan kita berhenti sampai disini. Jangan pernah ganggu Ulyssa atau keluarga kami lagi. Atau aku pastikan café-mu inipun tidak akan bertahan lama sama seperti perusahaanmu yang berhasil dibeli oleh Diego." gertak Mamanya Diego sambil menarikku keluar.
"Terima kasih telah membantu dan memanggilku menantu dihadapanya Mamanya William, Tante. Tapi bolehkah aku bertanya mengapa anda membantuku tadi?" tanyaku.
"Bukan apa-apa, aku hanya tidak suka melihat orang yang tidak bersalah diperlakukan tidak adil seperti tadi." jawab Mamanya Diego.
"Ya sudah kalau begitu aku pamit duluan, Tante. Permisi." kataku sopan sambil beranjak pergi.
"Apa kau ada yang antar?" tanya Mamanya Diego tiba-tiba.
"Tidak ada, aku akan naik taksi untuk pulang, Tante." jawabku.
"Biar aku saja yang antar, lagipula arah rumah Diego satu jalan dengan rumahku." balasnya.
"Benarkah? Kalau begitu akan sangat berterima kasih, Tante." pungkasku sambil tersenyum.
"Jangan senang dulu, aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat dulu sebelum memberikan kalian restu." tegas Mamanya Diego yang cuma kutanggapi dengan senyuman bahagia lalu berjalan mengikutinya dari belakang. "I hope everything will be okay now." ucapku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romance"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...