"Kau terbawa emosi dan boleh berbicara seperti itu? Tapi hal itu tidak berlaku untukku? Peraturan macam apa itu, Ji Min?! Memang ya cowok itu terlalu egois untuk bisa mengerti perempuan! " pekikku yang langsung menarik perhatian semua orang yang ada di pantry itu.
"Okay, tenanglah, Sya. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk memancing emosimu, Aku minta maaf kalau ada ucapanku yang menyinggungmu." jawabnya sambil mengangkat tangan tanda menyerah yang akhirnya mendorongku untuk meredam amarah yang mulai memuncak dalam diriku.
"Ya sudah, daripada kita berkelahi dan jadi pusat perhatian disini, lebih baik kau langsung cerita saja apa yang terjadi dengan Diego waktu itu. Kenapa dia bisa sampai berada di rumah sakit dan kakinya jadi lumpuh?" tanyaku.
"Okay, kembali pada cerita pada pagi hari itu. Pagi harinya, dia masih bertingkah sama seperti hari sebelumnya, dia selalu menyempatkan diri untuk merenung dan meratapi dimana keberadaanmu sekarang. Dan pada hari itu, dia tiba-tiba mendapatkan telepon dari salah satu detektifnya yang menyatakan bahwa mereka telah menemukanmu. Tanpa berpikir panjang, akhirnya diapun langsung bergegas naik ke mobil dan pergi ke lokasi yang dimaksud oleh Seung Yeon, detektif bayaran Diego yang dia sewa selama 8 tahun." jawabnya.
"Itulah sebabnya kau mengatakan akulah penyebab Diego lumpuh? Begitu?" tanyaku.
"Ya, karena menurutku, kau juga ikut ambil andil dalam kecelakaan Diego, Sya. Selama 8 tahun Diego mencarimu. Tak ingin menggunakan uang orangtuanya, dia menggunakan hasil jerih payahnya menjadi pelayan café untuk menyewa detektif, Sya. Pernah hal itu mengakibatkan dia jatuh sakit sampai harus dirawat di rumah sakit karena tidak makan selama 3 hari." balas Ji Min.
"Bukannya orangtua Diego orang kaya? Kenapa dia membiarkan anaknya sampai bekerja menjadi pegawai rendahan seperti itu?" tanyaku tidak mengerti.
"Kau tahu, itulah kesungguhan hati Diego pada dirimu, Sya. Dia lebih memilih mempertahankan cinta kalian daripada harus menikmati kemewahan tapi bersama dengan wanita lain. Pada saat Diego berumur 23 tahun. Mama Papa Diego memaksa dirinya untuk menikahi wanita pilihan mereka. Diego sudah beberapa kali menolak permintaan mereka, namun ada satu tahap dimana dia harus memilih. Orangtuanya memaksa dirinya untuk menikahi wanita itu demi bisa mendapatkan harta warisan dan menjadi penerus selanjutnya perusahaan keluarga mereka. Tapi apa yang Diego pilih?"
"Dia dengan mantap melangkahkan kakinya keluar dari rumah tanpa sepeser-pun uang demi untuk menjaga kesetiaannya pada dirimu. Dia tidak mau mengkhianatimu demi harta warisan. Maka dari itu dia memutuskan untuk tinggal bersama kita berdua. Karena bila tidak ada kita, dia sudah menjadi pengemis waktu itu." jelas Ji Min yang membuat hatiku langsung tersentuh.
Dia melakukan semua itu untuk diriku? Bukankah dia selama ini hanya menganggapku sebagai mainannya? Untuk apa dia sampai menderita demi untuk mempertahankan cinta diantara kita? Cinta yang tak pernah kurasakan saat aku masih menyandang status pacarnya.
Cinta yang aku tahu hanyalah perasaan semu yang Diego ucapkan untuk membuatku terpedaya dan mau menjadi budak cintanya. Aku tidak bisa percaya dia akan melakukan semua ini untuk diriku. Apa benar semua perkataan Jimin? Atau mungkin dia hanya melebih-lebihkan demi membuatku merasa bersalah karena telah meninggalkan Diego?
"Kau bercanda-kan, Jimin? Diego tidak mungkin melakukan itu pada diriku. Dia tidak pernah mencintaiku, okay? Aku tidak pernah berharga dimatanya. Mungkin sekarang sudah tidak seperti itu, tapi aku tahu Ji Min saat itu artiku tidak pernah sepenting itu untuk dirinya." ucapku.
"Apa raut wajahku ada menyiratkan bahwa aku sedang berbohong, Sya. Inilah kenyataannya. Walau mungkin dulu sikapnya dingin dan tidak peduli pada dirimu, tapi sebenarnya cintanya untuk dirimu itu sangatlah besar dan lebih dalam dari lautan, Sya. Kalau aku tidak bisa membuatmu percaya, maka mungkin ini bisa, Sya." balas Ji Min sambil memberikanku sepucuk surat.
"Apa ini?" tanyaku sambil meraih surat itu.
"Itu adalah satu dari berjuta-juta surat yang ditulis Diego selama 8 tahun untuk dirimu, Sya. Sebuah surat yang harusnya dikirimkan pada dirimu namun tidak bisa. Makanya aku selalu menyimpannya dalam satu kotak. Kalau kau tidak percaya aku bisa membawakan kotak itu pada dirimu sekarang juga." jawabnya.
Dengan perlahan aku mulai membuka surat itu dan kalimat pertama dari surat itu sudah mampu membuatku menangis. "Ulyssa, my love. I love you and i miss you."
Ulyssa, my love. I love you and i miss you.
Hari inipun aku tidakkan akan pernah bisa berhenti untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu, Sya. Sudah 2 tahun 6 bulan dan 14 hari kamu pergi meninggalkanku tanpa kabar. Tanpa sadar, selama itu pula aku tidak lagi bisa melihat diriku sesempurna saat kau berada disampingku, sayang. Aku sempurna karena dirimu dan puzzle-ku tidak lagi bisa utuh tanpa kepinganmu yang melengkapiku.
Aku hancur, sayang. Terlalu banyak hari yang harus aku habiskan dengan menyalahkan karena aku tidak bisa menjadi alasan kenapa kau bertahan. Dan selama itu pula, kepercayaan diriku mulai memudar begitu saja. Aku tidak lagi merasa pantas untuk kau cintai.
Kembalilah, Sya. Aku mohon. Kurasa aku tidak lagi mampu menahan kekosongan yang mengerogoti tubuhku setiap malam. Saat aku ingin menutup mataku, bayanganmu selalu ada disisiku dan memelukku sambil mengatakan bahwa aku akan selalu ada untuk dirimu. Tapi pada saat aku membuka mata, bayanganmu sirna layaknya memang sedari awal tidak pernah ada. Dan saat aku kembali berurai air mata dan membayangkan betapa bahagianya kau tanpa diriku. Tanpa seseorang yang toxic ini. Mungkin dengan aku bunuh diri, maka semua penderitaan ini bisa berakhir.
Begitulah sekiranya isinya. Setiap untaian kata yang tertulis di surat itu tak lepas membuatku tak menangis. Sebegini hancurnya dirinya tanpa diriku. Kupikir dia akan baik-baik saja tanpa diriku. Tapi aku tidak pernah tahu bahwa dirinya bisa serapuh ini. Dirinya yang begitu kuat dari luar tenyata dirinya tidak lebih dari sebuah kaca yang mudah pecah dan hancur. Dia sampai berpikiran untuk membunuh dirinya.
Apa yang telah aku lakukan? Selama ini aku selalu merasa bahwa akulah yang paling terluka. Aku yang paling menderita. Tetapi tanpa sadar, ada orang yang lebih menderita karena kepergianku. Dirinya yang tidak tahu apa kesalahannya akhirnya membuatnya merasa dirinya-lah penyebab aku pergi. Karena aku sadar dirinya sudah pantas untuk diriku.
"Apa kau rasa ini masih belum cukup untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar mencintaimu, Sya?" tanya Ji Min yang membuatku hanya bisa menangis sambil mengangguk.
"I'm sorry karena aku tidak pernah memikirkan perasaanmu juga, Diego." ucapku dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romantizm"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...