BAB 41 - Spy

160 13 0
                                    

"Kenapa hal ini bisa terjadi, Ji Min?" tanya Diego pada Ji Min setelah dirinya melihat pemberitaan bahwa berbagai investor yang dulu menanamkan modal bagi perusahaan Diego kini telah menarik investasinya dan mengalihkan dana investasi itu ke perusahaan William. Mengakibatkan terjadi pelengseran posisi kedudukan perusahaan Diego menjadi nomor kesekian yang sontak mengegerkan seluruh Korea hingga pemberitaan di stasiun TV meliput bahwa sebentar lagi perusahaan Diego akan bangkrut dan gulung tikar.

"Kau tahu sendiri Diego selama hampir 6 bulan ini kau sama sekali tidak pernah fokus dengan pekerjaanmu lagi. Kau terlalu asyik mengurusi kehidupan pribadimu hingga kini para investor mulai mempertanyakan tentang kemampuanmu untuk memimpin. Aku tidak pernah menyalahkan kalian berdua untuk bersenang-senang menikmati hidup, toh aku juga mengerti seberapa lama kalian dipisahkan oleh jarak dan waktu."

"Tapi sebagai orang luar, aku juga semakin lama semakin meragukan kompetensimu, Diego. Maka dari itu, tadi pagi aku meminta Ulyssa untuk memaksamu masuk kantor agar kita bisa sama-sama menghadiri pertemuan hari ini. Namun aku rasa sudah tidak ada gunanya sekarang. Semua klien sudah membatalkan investasinya dan beralih ke perusahaan William. Dan bila kita tidak cepat mengatasi hal ini, maka sesuai dengan perkiraan masyarakat, tinggal menghitung waktu saja, perusahaan kita akan tutup." jelas Ji Min kecewa.

"Maafkan aku, Ji Min. Aku tidak bisa menjaga kepercayaan kalian pada diriku. Aku selalu berusaha yang terbaik dalam membagi waktuku. Tetapi aku rasa usahaku ini masihlah belum cukup sampai-sampai pekerjaanku akhirnya harus terbengkalai disebabkan oleh diriku yang ingin menghabiskan beberapa waktuku dengan keluarga kecilku." ungkap Diego sedih.

"Sebentar! Aku rasa permasalahannya pasti tidak cukup sampai disini, Ji Min. Tidak mungkin tiba-tiba semua investor melarikan diri seperti ini. Pastinya ada orang dalam yang sengaja membuat reputasi perusahaan kita menjadi hancur. Lagipula darimana mereka tahu Diego selama ini sering tidak masuk kantor? Walau Diego tidak berada disini, tapi-kan dia tetap mengikuti semua jadwal meeting yang kau buatkan untuknya. Apa tidak ada masalah atau penyebab yang lain?" tanyaku curiga.

"Benar katamu, Sya. Aku juga sudah merasa ada yang janggal mengenai hal ini. Maka dari itu, aku sudah melakukan penyelidikan tentang masalah ini, dan ternyata hal ini bisa terjadi karena ada hubungannya dengan dirimu." jawab Ji Min yang sontak membuatku bingung.

"Apa maksudmu? Apa kau mencurigaiku telah melakukan sesuatu untuk menjatuhkan kalian?" tanyaku tersinggung.

"Bukan itu, Sya. Tapi ini mengenai rumor tentang hubunganmu dan Diego. Ada pemberitaan yang mengatakan bahwa dulu kau sudah pernah menjadi tunangan William dan Diego masuk kedalam hubungan kalian berdua dan merebutmu dari William. Sebenarnya tidak ada yang terlalu pusing dengan hal itu, tapi kini berita itu serasa semakin memojokkan Diego. Menimbulkan citra negative untuk dirinya. Yang akhirnya berdampak sampai seperti ini." jawab Ji Min.

"Berita macam apa itu, Ji Min? It's nonsense, okay?! Aku sama sekali tidak pernah bertunangan dengan William dan bahkan hubungan kami hanya sebatas teman. Kenapa bisa mereka berkata seperti itu? Apa mereka punya cukup bukti yang menjelaskan hal itu?" tanyaku.

"Mereka punya fotomu bersama dirinya dan Alex, Sya. Dan mereka baru saja mempublikasikan omongan dirimu dan Diego saat kalian berkelahi mengenai hubunganmu dengan William. Dan dari recorder itu sangat mendukung bahwa Diego adalah orang ketiga dalam hubungan kalian. Kau tahu sendiri bukan betapa kejamnya dunia maya?"

"Satu berita buruk dapat menjatuhkan bisnis yang sudah dibangun sejak lama? Ini buktinya, Sya. Dan kini semua sudah terlalu terlambat untuk diperbaiki. Diego sudah dianggap tidak pantas untuk menjadi pemimpin, saham kita anjlok dan sebentar lagi pendapatan kita takkan bisa menutupi pengeluaran kita yang semakin hari semakin besar." jelas Ji Min sambil menghela nafas.

"Jangan kehilangan harapan begitu, Ji Min. Disaat seperti ini kita harus bisa optimis dan saling bahu membahu mencari jalan keluar yang tepat untuk hal ini. Untuk masalah pengeluaran itu, apa sampai sekarang belum ditemukan penyebabnya?" balasku berusaha untuk tetap tenang dan mencari akar permasalahannya terlebih dahulu.

"Belum, Sya. Tidak ditemukan kejanggalan dari laporan keuangan yang dibuat Rebecca dan sampai sekarang-pun kita tidak tahu kemana aliran uang ini mengalir." ungkap Diego.

"Bolehkah aku melihat laporannya?" tanyaku yang langsung mendapat anggukan dari keduanya lalu memberiku setumpukan lembaran berisikan angka-angka pengeluaran perusahaan.

"Ji Min, bisakah kau juga cek semua CCTV yang berada dikantor ini? Siapa tahu ada gerak-gerik mencurigakan yang bisa kita temukan?" ujarku.

"Daripada mengecek semuanya satu per satu, lebih baik kau coba tanya Tae Hyung. Dia biasa punya cara yang paling cepat untuk menemukan tersangka-tersangka yang kita curigai sebagai penyebab masalah ini." celetuk Diego menyarankan alternative lain yang sontak dikerjakan oleh Ji Min.

Akupun dengan seksama mulai memperhatikan satu per satu data yang tertera dalam laporan keuangan ini. Secara kasat mata, sama sekali tidak ditemukan kesalahan. Semuanya terlihat cukup masuk akal. Tapi satu hal aneh berhasil mendapatkan perhatianku. Setiap bulannya satu sektor ini selalu pengeluarannya bertambah. Padahal sektor ini harusnya merupakan biaya tetap dan susah untuk meningkat tergantung dengan keadaan perekonomian negara. Angka peningkatannya juga cukup signifikan yang langsung menyebabkan diriku bertanya-tanya.

"Apa memang belakangan ini sektor biaya naik secepat ini?" tanyaku pada Diego.

"Iya, padahal sebelumnya tidak pernah begitu. Tapi aku rasa itu cukup normal karena pemerintah menaikkan semua biaya mulai listrik dan air." jawab Diego santai.

"Tidak mungkin sampai sebesar ini, Diego. Walau sekarang kita berada ditahap resesi, tapi kenaikannya tidak mungkin melonjak seperti ini. Bahkan listrik yang dulu biasa aku bayar dengan harga 1 juta, kini hanya naik sekitar 10-20% saja. Jadi hal itu sedikit tidak masuk akal." sanggahku yang menyadarkan Diego akan kesalahannya.

"Bisakah kau memanggil Rebecca kemari? Aku ingin bertanya sesuatu pada dirinya." ujarku.

"Baiklah." angguk Diego.

Tidak beberapa lama kemudian, Rebecca akhirnya datang sesuai dengan instruksi Diego. Akupun langsung kaget saat melihat wajah Rebecca. Tak mungkin aku tidak mengenalnya. Dialah orang yang selalu menjelek-jelekkanku di depan orangtua William. Membuat mereka sangat membenciku dan memintaku untuk menjauhi anak semata wayang mereka.

"Kenapa kau bisa ada disini, Rebecca?!" bentakku. 

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang