Memang sejak aku pindah kemari, aku telah dikurung setiap malamnya untuk tidur bersama Diego. Pertamanya aku menyetujui karena Alex yang menginginkan kita tidur bertiga. Tetapi setelah beberapa waktu, Alex mulai sesekali tidur dikamarnya sendiri meninggalkanku tidur berdua dengan Diego. Walau aku ingin menolak dan meminta kamar yang lain pada Diego.
"Kau itu bossnya Diego bukan Ji Min. Kau tidak boleh selalu bolos seperti ini. Pokoknya hari ini kau harus masuk kantor dan aku tidak menerima bantahan darimu." sanggahku sambil memukul punggung belakangnya agar dirinya merasa terganggu.
"Sya, apa kau tidak kasihan dengan diriku? Selama 1 minggu kemarin, aku telah bekerja begitu keras sampai harus lembur dan pulang malam. Aku sudah tidak muda lagi, Sya. Staminaku sudah tidak sama dengan diriku yang baru menginjak 20 tahun. Aku sudah hampir 30 tahun, okay? Aku lelah dan ingin istirahat hari ini. Toh aku dengar kau hari ini juga tidak pergi ke resto, kan? Aku juga ingin menghabiskan waktuku bersama dengan dirimu." balas Diego dengan mata terpejam dan kembali tidur.
"Kau bisa beristirahat setelah dari meeting, Diego. Aku benar-benar tidak bisa lagi mentolerir sikapmu yang bolos terus seperti ini sejak adanya aku dan Alex. Dalam 1 bulan ini, ada sekitar 10 hari kau tidak masuk kerja dan itu bukanlah sikap yang pantas untuk ditunjukkan oleh pemimpin perusahaan yang sebesar kau ini, Diego. Kau itu masih 30 tahun dan pastinya staminamu itu masih bagus. Tidak ada alasan lagi. Ayo bangun! Atau aku tidak akan tidur lagi bersama denganmu?" ancamku yang langsung berhasil membangunkannya.
"Okay, okay. Aku menyerah. Kenapa kau bersikeras untuk aku pergi ke kantor? Biasanya istri bakal sangat senang bila suaminya menyediakan waktu untuk bermesraan dengan mereka, tapi mengapa hal itu tidak berlaku untuk dirimu? Apa kau sudah punya suami lain?" tanyanya sedih.
"Suami lain? 1 suami saja aku tidak punya." candaku sedikit menyindir.
"Aku senang kau selalu ada untuk aku dan Alex, Diego. Wajah Alex-pun sekarang begitu berseri-seri daripada saat kau tidak ada. Tapi itu berarti membuatku bisa tenang melihat sikapmu yang tidak bertanggungjawab seperti ini, Diego. Demi kebaikan kita bersama, kau harus fokus untuk mengurusi bisnismu kembali. Bisnisku tidak akan bisa menopang gaya hidup kita yang sekarang bila kau bangkrut, okay?" ledekku membuatnya manyun.
"Ya sudah aku akan pergi bekerja hari ini. Padahal aku malas banget hari ini." gumamnya sambil menghela nafas dan bergegas bersiap untuk bekerja.
"Aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa sejak ada aku dan Alex, kau jadinya malas untuk pergi bekerja, Diego. Memangnya kami sebegitu membawa dampak buruk bagi dirimu ya?" tanyaku.
"Siapa yang berani mengatakan seperti itu padamu, Sya?! Kau itu tidak membawa dampak buruk apa-apa! Malah kau dan Alexlah yang selalu menjadi penyemangatku untuk bekerja keras. Kau tahu? Kau adalah ambisi yang mendorongku untuk berusaha mengumpulkan pundi-pundi uang, Sya. Kalau tidak ada kau, mungkin aku tidak akan sampai pada tahap ini sekarang. Karna aku tidak pernah punya tujuan hidup selain hidup bahagia bersamamu, Sya." jawabnya sambil memegang tanganku.
"Tapi semua orang mengatakan sebaliknya, Diego. Mereka memandang bahwa kami berdualah yang menghalangimu untuk fokus bekerja. Dan aku tidak merasa nyaman mendengar hal itu. Karena sikapmu ini juga seakan menyebabkan diriku merasa bahwa aku memang turut mengambil andil dalam perubahan sikapmu ini, Diego. Bahkan Ji Min sampai menelponku untuk meminta kau pergi bekerja hari ini karena meeting klien hari ini sangat mempengaruhi saham perusahaan kalian." jelasku.
"Aku tahu, Diego. Tidak masalah bila kita memprioritaskan waktu bersama dengan keluarga. Karena pada dasarnya, waktu itu memang sangat berharga dan tidak akan terulang lagi. Terlebih Alex yang kini kian bertambah besar, hanya perlu menghitung waktu sebelum dirinya mencari dunia dan kebahagiaan sendiri, Diego. Tapi itu tidak bisa menjadi alasanmu untuk bermalas-malas. Banyak juga orang yang diluaran sana, bisa membagi waktu mereka untuk pekerjaan dan keluarga. Maka dari itu, kalau mereka bisa, pastinya kaupun juga bisa." imbuhku sambil mengelus wajahnya.
"Maaf, Sya. Aku tidak pernah tahu akan hal itu. Thank you sudah mau untuk selalu menjadi pengingatku disaat aku berbuat salah. Aku sangat beruntung bisa mendapatkanmu menjadi pendampingku." pujinya sambil mencium keningku.
"Pendamping, pendampingmu. Belum resmi juga sudah dianggap istri." gumamku yang ternyata cukup terdengar di telinga Diego.
"Tenang saja, sayang. Cepat atau lambat aku juga bakal menghalalkanmu dengan cara yang sah dimata hukum dan agama. Dan aku juga berjanji akan menggelar sebuah acara pernikahan yang mewah untuk dirimu. Aku hanya perlu kau percaya pada diriku, okay?" tanyanya sambil mengenggam tanganku.
"Kau sudah memberikan dunia dan mengajarkan arti cinta sesungguhnya pada diriku, Sya. Maka saat ini, sudah menjadi tugasku untuk juga memberikanmu dunia baru yang penuh sukacita bersama dengan diriku. Just wait for it." lanjutnya.
"Aku berharap kita bisa bahagia selamanya, Diego." ucapku dalam hati.
-----------
"Kenapa terburu-buru sekali, Diego? Memangnya ada masalah apa? Apa kau tidak sarapan dulu sebelum pergi?" tanyaku sambil menyiapkan makanan untuk Alex sebelum dirinya pergi ke sekolah.
"Aku tidak punya waktu untuk itu, Sya. Aku akan makan pagi di kantor. Ada masalah besar yang terjadi." jawabnya panik.
"Alex, hari ini Mama sepertinya tidak bisa mengantarmu ke sekolah, kamu diantar Darren saja, okay?" kataku sambil mengelus kepalanya meminta perngertian darinya.
"Memangnya kau mau kemana, Sya? Kenapa tiba-tiba tidak jadi pergi mengantar Alex?" tanya Diego bingung dengan sikapku.
"Pergi kemana lagi kalau bukan menemanimu, Diego. Aku belakangan ini memang sudah punya firasat dan akhirnya terjadi juga-kan. Tunggu sebentar aku siapkan dulu bekal untukmu dan kita bisa pergi bersama." jawabku sambil menghela nafas.
"Tidak usah, Sya. Aku bisa mengatasi semua ini sendiri." sanggahnya sambil mengaitkan kemejanya yang terlepas.
"Sudahlah, Diego. Sekarang bukan waktunya kita berdebat. Aku juga ingin pergi kesana. Siapa tahu aku bisa membantu nanti? Punya banyak kepala untuk berpikir akan jauh lebih baik daripada hanya satu atau dua orang saja yang memikirkan solusinya, Diego." tolakku.
"Tetapi Sya aku tidak ingin membebanimu dengan semua...." balas Diego lagi.
"Diego please let me help you through this. Kita sudah berjanji akan melewati semuanya bersama, kan? Maka biarkan aku membantu menopang beban itu bersama dengan dirimu. Jangan hanya kau sendiri saja yang memikirkan. Lagipula apalah gunanya pengalaman kerjaku selama ini kalau aku sama sekali tidak bisa membantumu untuk menyelesaikan urusan kantormu?" imbuhku.
"Baiklah, kalau kau sudah berkehendak, maka aku bisa apa?" sindirnya pasrah.
"Sebentar kalau begitu, aku ganti baju dulu lalu kita pergi sama-sama, okay?" ucapku sambil bergegas ke kamar Diego untuk berganti pakaian.
"Papa yang semangat ya. Alex yakin Papa sama Mama bisa melewati semua ini bersama." kata Alex yang sontak membuatku tersenyum saat mendengarnya.
"Benar, Diego. Kita adalah satu keluarga. Dan sudah sepatutnya keluarga untuk saling membantu satu sama lain. Sama-sama menanggung beban itu. Tidak ada yang berat sebelah atau saling menyalahkan. Karena disini kita memulainya secara bersama-sama maka kita juga harus mengakhirinya secara bersama-sama. Itulah gunanya aku sebagai pendampingmu untuk menjadi sandaran dan tempat kau berkeluh kesah." kataku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Roman d'amour"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...