Diego's POV
"Maukah kau untuk kembali tinggal bersamaku lagi, Sya?" tanyaku saat Ulyssa sedang menatakan semua bekal yang telah dia persiapkan dari rumah di atas meja kerja.
Ya. Itulah yang dilakukan Ulyssa belakangan ini untuk diriku. Dirinya yang selalu memastikan hidupku benar-benar terjaga dan teratur. Tidak ada lagi yang kerja lembur dalam kamusku sekarang. Bila aku sampai ketahuan kerja lembur olehnya, dia akan langsung datang kemari dan mengocehiku layaknya ibu yang sedang memarahi anaknya yang berbuat salah.
Dia juga selalu siap siaga membangunkanku setiap jam 6 pagi, memastikanku berolahraga ringan agar bisa merangsang sendi-sendi kakiku untuk tidak lagi kaku sebelum aku berangkat ke kantor. Sarapan pagi juga harus aku habiskan walau sebenarnya terkadang masakan pelayanku sangatlah tidak enak. Yang dulu biasanya aku minum kopi sebagai sarapanku, kini kebiasaan itu harus berubah dengan adanya dirinya yang mengatur semua menu makanku.
Mulai dari sarapan hingga makan malam. Sarapan harus diisi dengan makanan berat seperti nasi, daging dan susu yang bisa membantu memulihkan kesehatan kakiku. Begitupun makan siang dan makan malam. Pertama-pertamanya aku merasa agak risih karena diperlakukan seperti anak kecil yang sedang sakit. Namun sekarang aku mulai terbiasa dengan rutinitas baru hidupku. Dan berkat dirinya pula, dokter mengatakan kemungkinan aku bisa kembali berjalan lagi menjadi semakin tinggi karena sendi-sendi kakiku yang mulai tidak terasa kaku.
Hubungan kami juga terbilang semakin baik setiap harinya. Walau terkadang tetap terjadi perdebatan kecil diantara kita tetapi hal itu tidak lagi membuat kita semakin menjauh melainkan malah memperat hubungan kami berdua. Tak jarang pula di waktu senggang kami, aku mengajak Ulyssa kencan bersama, makan ditempat yang indah, bahkan mengunjungi tempat romantic berdua yang ada di Korea. Pokoknya bisa dikatakan hubungan sudah jauh lebih bahagia daripada dulu saat pertama kali kita kembali bersama.
Untuk pekerjaan baru Ulyssa, bisa dikatakan sekarang dia penggangguran. Lebih tepatnya aku yang melarangnya bekerja ke perusahaan lain. Karena apa? Karena aku takut akan ada William kedua dan ketiga yang berencana menghancurkan hubungan kita berdua lagi. Untuk masalah William aku juga tidak lagi mendengar kabar darinya. Sejak dari kejadian di mall, dia seperti hilang entah kemana. Tak ada juga usaha yang dia tunjukkan untuk mendapatkan Ulyssa lagi. Tak tahu apakah dia sudah menyerah atau tidak, namun hatiku tetap memperingatkanku untuk tetap waspada. Sebab aku telah mengenal tipe orang seperti William ini.
Dia bukanlah orang yang gampang menyerah. Malah menurutku dia harusnya semakin tertantang untuk merebut Ulyssa dariku karena dirinya pasti tahu kelemahanku ada pada Ulyssa. Tapi aku tak tahu lagi. Aku tak bisa menebak jalan pikiran William. Maka dari itu, untuk saat sekarang aku mending melakukan tindakan preventif dengan waspada daripada saat sudah terjadi baru aku ingin memperbaikinya. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Ulyssa sekarang lebih fokus untuk menjadi ibu rumah tangga dan asistenku secara tidak resmi. Dia mengurus Alex sampai dirinya ke sekolah, lalu datang kemari sambil membawakanku bekal dan membantuku mengurusi masalah perusahaan yang semakin membuat kepalaku ingin pecah. Aku tidak pernah menyuruhnya melakukan semua ini, tapi dirinya sendiri yang dengan senang hati membantuku.
Kata dia-sih dia hanya ingin berusaha meringankan beban pikiranku agar aku bisa cepat pulih dan akupun tidak bisa menolak kebaikannya. Karena pada kenyataannya aku memang membutuhkan bantuannya dalam mengelola perusahaan yang semakin lama semakin besar ini. Aku tidak pernah mengatur jam masuk atau pulang Ulyssa. Toh dia juga bukan karyawan tetap disini dan sama sekali tidak kugaji, jadi kurasa pantas-pantas saja bila dia pergi dan pulang sesuka hatinya.
Karena disini maksud kedatangannya hanya sekedar untuk membantuku dan tidak lebih. Pegawai-pegawaiku juga mulai terbiasa dengan keberadaan Ulyssa di kantor milikku. Bahkan sesekali aku melihat Ulyssa berusaha untuk menjalin relasi yang baik dengan karyawan kantor lainnya. Dan tentunya hal itu mendapatkan feedback yang baik dari semua pegawai kantorku.
Terlebih sudah ada rumor yang mengatakan bahwa sebentar lagi Ulyssa akan menjadi nyonya dari pemilik perusahaan ini. Yang secara tidak langsung, dirinya akan menjadi bos mereka juga. Pastinya sebuah hadiah bagi mereka untuk bekerja dengan seseorang yang memiliki etika yang baik dan bukan hanya tahunya menyuruh-nyuruh mereka saja.
Dan tentu saja itu berdampak bagi kinerja mereka, tidak tahu apakah ini karena Ulyssa atau tidak, tapi setelah kedatangannya di perusahaan ini, semua kinerja pegawaiku semakin meningkat. Tidak ada lagi yang bermalas-malasan ataupun wajah murung. Semuanya terasa lancar dan begitu santai seperti tidak ada masalah sama sekali. Serasa keberadaan Ulyssa memberikan vibe yang menyenangkan bagi kantor ini.
"Maksudnya kau mengajakku untuk tinggal di rumahmu lagi? Begitu?" tanyanya sambil menghentikan aksi tata menata makanan.
"Iya, Sya. Aku rasa hubungan kita sekarang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya dan kita juga sudah tidak sering berdebat satu sama lain. Karena aku rasa dulu aku seperti memaksamu untuk tinggal bersamaku, maka sekarang aku ingin bertanya baik-baik dengan dirimu. Apakah ini menjadi keinginanmu juga untuk kita kembali tinggal 1 rumah dan mengurus Alex bersama? Aku juga rindu untuk bisa tidur dengan dirimu bertiga. Tapi aku tidak masalah bila kau menolak karena kau belum siap. Jangan jadikan pertanyaanku ini seperti beban untuk dirimu harus tinggal dengan diriku, aku...." balasku.
"Aku mau, Diego." potongnya yang sontak membuatku membelalakkan mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
Romansa"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...