BAB 68 - Posesif

486 12 0
                                    

"Jika aku sudah mendapatkan restu dari Mamaku, apakah kau akan menikah dengan diriku sekarang juga, Sya?" tanya Diego lagi.

"Aku akan menjawabnya saat kau bisa membuktikan bahwa kau telah mendapatkan restu dari Mamamu, Diego." jawabku.

"Kalau begitu mau tidak mau kau harus menjawabnya sekarang juga Ulyssa karena Mama telah merestui hubungan kalian, Ulyssa." celetuk Mamanya Diego yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Jadi Mama dan Diego sudah berbaikan?" tanyaku bahagia yang sontak mendapat anggukan dari Mamanya Diego.

"Jadi Sya apa jawabanmu?" ulang Diego sambil menunggu jawabanku.

"Tentu saja aku mau, Diego." jawabku antusias dan langsung memeluknya.

"I love you, Sya." bisik Diego ditelingaku.

"I love you too, Diego." balasku sambil tersenyum.

"Woohoo!" sorak dari berbagai orang yang sangat kukenali. Ji Min, Tae Hyung dan Alex yang baru pulang dari sekolah.

"Yeay! Papa dan Mama akan menikah!" sahut Alex antusias.

"Kalian semua...." kataku terkejut.

"Tentu saja kami ikut merencanakan kejutan ini, Sya. Diego terlalu amatir untuk bisa membuat kejutan-kejutan yang romantis dan berkesan seperti ini." tukas Tae Hyung sambil berjalan memelukku.

"Ehm...Ehmm.... Jangan sembarang peluk istri orang, Tae Hyung." pungkas Diego cemburu sambil berdehem.

"Hehehe... Aku hanya bahagia, okay? Akhirnya bucin bisa menikah juga." ledek Tae Hyung.

"Aku bukan bucin! Aku hanya terlalu mencintainya." ungkap Diego.

"Sama saja, Diego! Tidak usah cari-cari alasan untuk menutupi kebucinanmu." celetuk Ji Min yang sontak membuat kami tertawa.

"Kalau begitu, sudah saatnya kita merayakan hari bahagia ini. Bagaimana dengan bar?" ajak Tae Hyung.

"Bodoh! Memangnya kau ingin mengajak Alex dan Mamanya Diego ke tempat laknat itu?" tolak Ji Min sambil memukul kepala Tae Hyung.

"Auww! Sakit tahu! Aku-kan hanya keceplosan saja!" rintih Tae Hyung.

"Bodoh! Bagaimana jika kita merayakannya dengan makan bersama lagipula sudah lama Diego tidak makan bersama orangtuanya, kan?" balas Ji Min.

"Ide yang bagus." anggukku setuju.

"Sebenarnya aku ingin sekali ikut dengan kalian, tapi aku masih harus mengurus Papa dan Adik Diego. Pastinya mereka sudah menungguku untuk makan malam bersama. Meski aku juga ingin ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Diego, tapi aku masih punya keluarga yang tidak bisa hadir disini hari ini." tukas Mamanya Diego sedih.

"Tidak usah berkecil hati begitu, Tante. Aku dan Diego sudah sangat senang dengan kehadiran Tante disini. Bagaimana bila besok kami ke rumah Tante untuk merayakan? Aku rasa Diego pastinya merindukan rumah masa kecilnya." pungkasku.

"Okay, Mama tunggu kehadiran kalian berdua di rumah Mama. Dan satu lagi, Ulyssa aku rasa kau tidak perlu lagi bersikap terlalu formal pada diriku dan memanggilku 'Tante'. Sebentar lagi kau akan menjadi bagian dari keluarga Alvito dan itu artinya kau perlu memanggilku dengan sebutan 'Mama' dan bukan 'Tante' lagi." imbuh Mamanya Diego.

"Tapi-kan aku masih belum resmi menjadi istri Diego. Aku tidak ingin dipandang tidak sopan oleh tante ataupun keluarga besar Diego." jujurku.

"Ini permintaanku, Ulyssa. Kau sudah membantu kami untuk bisa bersama lagi sebagai ibu dan anak. Tanpa dirimu, mungkin sampai sekarang aku dan Diego masih akan menjadi seorang musuh yang membenci satu sama lain. Lebih tepatnya Diego yang terus menaruh dendam pada diriku. Aku sudah menganggapmu sebagai anakku juga, Ulyssa. Jadi aku mau kau memanggilku 'Mama' sama seperti Diego yang memanggilku. Dan kau tidak perlu lagi bersikap formal pada diriku, cukup dengan kau yang berbicara santai pada diriku." kekeh Mamanya Diego.

"Baiklah, Tan... Ah... Maksudku Mama." jawabku gugup.

"Baguslah jika kau telah memanggilku Mama. Karena Mama merasa Mama tidak lagi diperlukan disini, maka Mama permisi pulang dulu ya. Bersenang-senanglah dengan temanmu hari ini, Diego" pamit Mamanya Diego sambil berjalan keluar rumah yang sontak mendapat reaksi terkejut dari kami semua.

Pastinya Ji Min dan Tae Hyung tidak terbiasa melihat Mamanya Diego yang bersikap adem ayem dan tanpa kemarahan seperti tadi. Dulu Mamanya Diego terlihat seperti seorang nenek lampir yang selalu saja membawa aura-aura yang tidak mengenakkan. Aku harus akui akan hal itu. Tapi kini semuanya berubah. Yang terlihat dihadapanku sekarang adalah seorang malaikat yang benar-benar berusaha mencurahkan kasih sayangnya pada anaknya. Hal itu lantas membuatku sangat bahagia. Karena dengan begini, hubungan antara Mamanya Diego dan Diego bisa kembali langgeng lagi.

"Aku masih belum terbiasa dengan sikap baik Mama. Bagaimana jika besok sikapnya berubah lagi saat kita kesana?" bisik Diego.

"Mamamu benar-benar ingin berubah, Diego. Janganlah kau berprasangka buruk seperti itu. Semua pantas mendapatkan kesempatan kedua seperti diriku yang memberikanku kesempatan terlepas dari rasa sakit yang pernah aku rasakan karena kebodohanku sendiri." ungkapku sambil mencium pipinya.

"Ayo guys! Aku sudah menemukan tempat yang cocok untuk kita merayakan." ajak Tae Hyung antusias sambil menggendong Alex keluar. Akupun dan Diego yang melihat tingkah lucu Tae Hyung dan Alex membuat senyuman langsung saja terpancar dari raut wajah kami. Kami hanya mengiyakan mereka lalu mengikuti mereka dari belakang.

"Aku rasa kau harus menjelaskan bagaimana bisa kau membuat kejutan secepat ini. Aku tahu tadi pagi kau pastinya tidak ada rencana untuk melamarku, bukan?" bisikku sambil memicingkan mataku.

"Akan aku jelaskan semua nanti. Tapi untuk saat sekarang aku ingin menikmati momen ini. AKu tidak mau menyia-nyiakan momen bahagia dimana aku berhasil melamarmu menjadi istriku. Dan itu artinya aku bukan lagi pacarmu tapi sekarang aku tunanganmu. Jadi aku bisa melarangmu untuk dekat dengan lelaki manapun karena kau sudah menjadi milikku." ungkap Diego posesif.

"Kau sungguh posesif terhadap barang yang telah menjadi milikmu, Diego." sindirku.

"Memang aku harus, terlebih kau adalah barang yang unik yang tidak bisa dimiliki siapapun selain diriku dan aku perlu mengeluarkan usaha yang keras untuk mendapatkannya." jawabnya.

"Kau menganggapku sebagai barang dan bukan manusia?" ledekku.

"Kau adalah barang sekaligus manusia yang diciptakan Tuhan hanya untukku, Sya. Kaulah tulang rusukku. Dan hanya dirimu sajalah yang bisa melengkapi kekosongan yang ada dalam diriku ini." gombal Diego.

"Kamu tahunya hanya gombal terus." ejekku.

"Hey lovebird! Kami tahu kalian sudah ingin memiliki momen berdua diatas ranjang tapi tolong disini masih ada anak di bawah umur dan dua pria lajang yang tidak mau merusak matanya yang masih perawan dengan melihat momen intim kalian." sarkas Ji Min yang sontak membuatku tersipu malu.

"Kalau cemburu, bilang! Jangan malah merusak momen bahagiaku bersama Ulyssa!" geram Diego yang cuma mendapat raut wajah dingin Ji Min yang menandakan bahwa dia tidak peduli dengan ucapan Diego.

"Sudah tidak usah marah begitu, lagipula kita masih punya banyak waktu nanti." bisikku menenangkan Diego yang sudah hampir marah.

"Baiklah." jawab Diego pasrah sambil mencium bibirku sekilas.

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang