Sesampaiku disana, aku langsung membuka pintu itu dengan keras dan berlari masuk sambil memeluknya erat. Menempatkan makanan itu ke sembarang tempat dan langsung menangis histeris dalam pelukan Diego yang terlihat baru saja bangun dari tidur siangnya. Aku sudah tidak peduli dengan adanya pegawai yang berlalu lalang dan melihat momen kita berdua. Yang terpenting bagiku sekarang hari ini semuanya harus jelas dan tidak ada lagi yang perlu kita sembunyikan antara satu dengan yang lain.
"Aku menyesal, Diego. Aku menyesal telah menjadi wanita keras kepala yang tidak bisa mengerti diriku. Aku membenci diriku yang meyakitimu dengan ucapan dan tindakanku. Dan aku merutuki diriku sendiri karena aku sudah meninggalkanmu selama 8 tahun. Maafkan aku, Diego. Aku benar-benar tidak tahu. Aku berpikir...." ucapku sesenggukan.
"Tenang, Sya. Apa yang terjadi? Kenapa kau sampai menangis seperti ini? Beritahu aku siapa orangnya dan aku pastikan...." potongnya ingin melepaskan pelukanku namun berhasil aku tahan.
"Jangan! Biarkan aku seperti ini, Diego. Aku tidak bisa melihat wajahmu sekarang. Aku malu karena selalu berprasangka buruk tentang dirimu. Aku jengkel dengan diriku yang selalu memicu petengkaran di antara kita. Dan yang paling penting, aku marah pada diriku karena tidak pernah mau menjaga perasaanmu, Diego. Aku tidak menginginkan pria lain selain kamu, Diego. Aku butuh kamu. Aku butuh kamu untuk menjadi pendamping sekaligus ayah untuk Alex. Hanya kamu, Diego. Aku tidak mau orang lain. Jadi aku mohon, jangan tinggalkan aku." lirihku sambil menempatkan kepalaku pada ceruk lehernya.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu kecuali itu adalah permintaanmu, Sya. Aku akan tetap disini, menunggumu untuk kembali pada diriku. Tetapi aku tidak bisa melihatmu menangis terus seperti ini, Sya. Hatiku sakit melihat air matamu jatuh. Apalagi penyebabnya itu karena diriku." balas Diego sambil mengelus-elus kepalaku.
"Maafkan aku atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat pada dirimu, Diego. Aku tahu mungkin kau tidak lagi mencintaiku karena sikapku ini. Tapi aku berjanji aku akan berubah demi kamu, Diego. Aku tidak akan lagi menyalahkanmu. Aku tidak bakal menyakitimu untuk kedua kalinya. Apalagi meninggalkanmu. Aku janji tidak akan melakukan itu lagi, Diego. So please, jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu." tukasku sambil berurai air mata dan tak menghiraukan ucapan Diego sama sekali
"Aku tahu, Sya. Tanpa kau memberitahuku-pun, aku sudah paham akan hal itu. Jika kau selalu ada disisiku, maka akupun aku bertindak sama halnya dengan dirimu. Aku tidak bisa pergi meninggalkanmu, okay? Bila aku tidak bisa melihatmu lagi, itu sama saja kau menyuruhku untuk mati saja, Sya. Bahkan kehidupan ini akan terasa begitu menyakitkan daripada kematian bila tidak ada kau didekatku." ungkapnya sambil melepas pelukan kita.
"Diego! Mau tetap dipeluk!" rengekku yang langsung membuat Diego dan seisi karyawan yang menonton di ruangan terkejut kaget.
"Kamu habis kerasukan apa sampai merengek minta dipeluk, Sya?" tanya Diego.
"Kamu tidak mau peluk aku?" tanyaku sedih karena terbawa emosi sekaligus sedang dalam masa PMS sehingga lebih emosional.
"Iya, aku mau saja. Tapi sekarang semua karyawan sedang melihati kita, Sya. Apa kau yakin membiarkan mereka melihat kita bermesraan?" timpal Diego sambil menghapus air mataku dan mencium pipiku yang sontak menyadarkanku dan langsung membuat pipiku merah merona.
"Maaf! Aku tidak tahu." ucapku sambil menyembunyikan wajahku di dada Diego.
"Imut!" pujinya yang sontak membuatku kembali tersipu malu.
"Suruh mereka, Diego. Aku benar-benar malu sekarang." bisikku.
"Sure!" jawabnya. "Kalian semua keluar! Jangan ada yang masuk kedalam sini tanpa seizin saya!" lanjut Diego.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to Ex
عاطفية"Ditempat inilah aku menginginkan suatu permulaan hidup yang baru. Tanpa adanya masa lalu yang terus menghantuiku setiap malamnya. Namun sayangnya takdir menghendaki kita untuk kembali bersama. Disaat aku berusaha untuk pergi menghindar, aku malah d...