BAB 30 - I'm The Reason

284 16 0
                                    

"Apa yang aku lakukan? Aku hanya mengatakan fakta, okay? Masakanmu itu lezat sekali, Sya. Mungkin bila kau berubah profesi menjadi koki atau punya restaurant, maka sudah pasti rumah makanmu akan laku sekali. Dan aku akan menjadi pelanggan nomor satumu." pujinya.

"Hentikan atau kita tidak akan makan sama sekali." ancamku.

"Baiklah, rubah kecilku. Sensi sekali hari ini. Tapi kenapa tetap buat hatiku klepek-klepek ya? Apa rahasianya Cantik sampai hatiku tidak berhenti bergetar saat berada didekatmu?" gombalnya yang membuatku tersenyum malu.

"Sudah daripada kamu mengombalku terus, mending kamu makan sekarang. Mumpung makanannya masih agak hangat. Kalau sudah dingin, pasti masakanku nanti sudah tidak enak." pintaku yang langsung mendapat elusan kepala dari Diego.

"Aku akan memakan semua makananmu, mau itu enak atau tidak, Sya. Karena menurutku ini wujud dari rasa cintamu pada diriku. Kau masakkan aku air saja, aku terima. Sebab apapun cita rasa makanan itu, yang terpenting disini adalah your effort, Sya. Usahamulah yang menyebabkan diri sangat menghargai apapun yang kau buat untukku, Sya." balas Diego sambil mencium keningku.

Dia lalu mengambil sendok dari tanganku dan langsung mencicipi hidangan yang aku buat. Sambil menutup mata, dia mulai merasakan setiap cita rasa yang terkandung dalam masakanku. Sedangkan diriku tak melakukan apa-apa selain memperhatikan gerak gerik yang ditunjukkan oleh Diego. Dan dari pandanganku, aku bisa melihat Diego sangat menikmati semua makanan yang telah kumasak.

Makanan yang sebelumnya terisi penuh dengan nasi, daging dan sayur, hanya dalam 30 menit, semua makanan itu ludes termakan oleh Diego. Malah sampai habis tak tersisa sama sekali yang sontak membuatku sangat bahagia. Aku tahu makananku tidak sama seperti makanan five star restaurant yang sangat enak, aku hanyalah koki biasa yang belajar masak ototidak setelah keluargaku meninggal dan meninggalkanku seorang diri. Tapi dari reaksi yang ditunjukkan Diego, dia bisa bersikap seolah-olah makananku itu seperti makanan yang paling enak di dunia. Membuatku merasa begitu dihargai dan dicintai oleh lelaki yang ada dihadapanku ini.

Seorang pangeran yang dikirimkan Tuhan untuk mendampingiku melewati semua rintangan yang datang menghadang. Aku berjanji pada diriku akan membantunya untuk mendapatkan kembali semua yang pernah aku renggut dari dalam dirinya. Aku akan berusaha untuk membalas semua kesalahanku kepada dirinya dengan membuatnya hanya merasakan kebahagiaan disisa hidup kita berdua. Aku juga tidak akan meninggalkan dirinya lagi walau situasi disamping kita terasa begitu sulit. Karena aku sadar sekarang lari dari masalah bukanlah penyelesaian terbaik malah memperumit keadaaan saja. Aku belajar dari kesalahan yang kuperbuat dulu.

Sesuatu hal yang paling aku sesali dan berharap bisa mengubahnya bila waktu bisa diputar. Namun aku sadar, suatu hal yang sudah terjadi tidak akan pernah bisa kita perbaiki lagi, dan saat kesempatan kedua diberikan pada kita, kita harus bisa sadar bahwa tidak sepantasnya kita menyia-nyiakan lagi melainkan mempergunakannya sebaik yang kita bisa. Karena pada kenyataannya, Tuhan tidak pernah menentukan takdir kita. Kitalah yang menentukan takdir kita sendiri dengan pilihan yang kita buat. Dan aku sadar, pilihanku sebelum ini akhirnya membuat hubungan kita menjadi sangat rumit.

Rumit hingga sulit untuk menemukan penyelesaian terbaik selain melupakan masa lalu dan membiarkan kenangan masa lalu menjadi peringatan bagi diriku bahwa setiap orang pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua untuk menjelaskan. Janganlah kita hanya peduli pada satu sisi saja sehingga membuat kita memilih pilihan yang salah. Aku telah mengalaminya dan menyesalinya.

Maka dari itu, aku tak ingin mengulanginya di sisa hidupku lagi. Karena aku tahu sekarang kehilangan Diego akan sangat berdampak bagi kehidupanku. Dialah pelengkap hidupku. Bagaikan tulang dan sendinya, dia dan aku membutuhkan satu sama lain untuk bisa bergerak maju. Tanpa dirinya aku hanya bisa terjebak pada satu titik yang membuatku tak move-on dari masa lalu.

"Jangan melihatku seperti itu, Sya. Kau membuatku semakin tergoda untuk menerkammu. Aku sedang menahan nafsuku disini, Sya. Tapi bila kau terus bertindak seperti ini, maka aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan pada dirimu di kantor yang kedap suara ini." ungkap Diego saat setelah dirinya selesai makan, lalu dirinya berbalik kearahku dan menatapku yang memandanginya tanpa berbicara sedikitpun.

"Apa yang aku lakukan, Diego? Aku hanya melihatmu makan." sanggahku.

"Apa kau tidak sadar sedari tadi kau seperti ingin menelanjangiku dengan tatapan matamu itu? Apa aku semenarik itu dimatamu sampai kau tidak bisa menunggu untuk melakukannya hal itu dengan diriku? Aku bisa saja meladenimu sekarang, tapi kurasa bila kita melakukannya sekarang, maka kantor ini bisa-bisa kubuat hancur berantakan. Kau tahu sendiri aku tidak bisa melakukannya hanya satu ronde, terlebih saat aku melakukannya dengan dirimu. 10 ronde-pun aku siap,. Jadi aku harap kau jangan menggodaku atau kamu harus bersiap tidak bisa berjalan selama 1 minggu setelah ini." tukas Diego.

Aku tahu dia pastinya berpikir aku sedang membayangkan yang tidak-tidak tentang dirinya. Dan dia pikir aku mau berhubungan badan dia disini? WOW! Mesum sekali pikiran Diego sekarang. Setelah 8 tahun tak bersama, kini pikirannya sudah dipenuhi hal-hal yang tidak senonoh itu. Apa selama ini dia menyalurkan hasratnya dengan menonton film dewasa setiap harinya? "Aku tidak berpikiran seperti itu tentang dirimu, Diego. Aku....." sanggahku.

"Tidak usah malu, Sya. Setiap kali aku melihatmu, otakku juga berisi tentang dirimu yang berada di bawahku dan mendesah setiap kali sentuhanku berada di tubuhmu. Aku juga masih ingat bagaimana responsive-nya dirimu dalam setiap ciuman yang kuberikan pada tubuhmu. Semua itu masih teringat jelas dibenakku seperti kita baru saja melakukannya, Sya." ungkapnya yang sontak membuatku kaget.

"Kenapa sekarang pikiranmu mesum sekali, Diego? Kau seperti pervert saja yang hanya mencintai tubuhku dan bukan diriku sepenuhnya. Aku jadi takut dengan dirimu." ucapku ketakutan dengan tatapan mata yang menatapku dengan sangat mesum sekali.

"Tenang saja, Sya. Aku tidak akan melakukan itu tanpa seizinmu. Itulah janjiku harus yang kau pegang. Aku masih bisa bertahan selama yang kau mau sampai kau siap kembali untuk melangkah ke tahap selanjutnya dengan diriku, Sya. Aku bukanlah pria pemaksa yang menganggap wanita seperti objek pemuasku saja. Kau lebih dari itu, okay?" ungkap Diego yang kembali membuatku tersentuh.

"Apa selama ini kau memuaskan nafsumu dengan menonton film itu?" gumamku pelan.

"Aku juga pria, Sya. Pastinya sudah sering menonton film seperti itu. Bagaimana bisa aku mempraktekkan dengan dirimu jika aku tidak pernah belajar? Masa harus kamu yang memimpinku? Kan tidak masuk akal. Bila aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu, maka mungkin sekarang kita tidak akan punya Alex." jawabnya.

"Berarti kau sudah pernah melakukan sex sendiri?" tanyaku gugup sambil memainkan jariku.

"Menonton bukan berarti aku juga harus onani, kan? Aku bisa menahannya karena aku hanya ingin melakukan sex dengan dirimu, Sya. Hanya kamu." jawabnya yang sontak membuatku memerah dan langsung memeluknya erat.

"Thank you, Diego. Terima kasih karena kau sudah setia padaku. Tidak banyak pria yang seperti dirimu dan aku sangat beruntung untuk bisa menyebutmu sebagai pria-ku." ungkapku.

"Itu juga yang ingin aku katakan pada dirimu, Sya. Terima kasih karena kau tidak pernah menjalin hubungan dengan pria lain selain aku. Dan aku sangat bersyukur kau mau kembali ke dalam pelukanku dan memberikanku kesempatan kedua. Kau adalah hadiah terbaik yang diberikan Tuhan untuk diriku, Sya." balas Diego sambil mencium keningku.

"Kalau aku ingin memintamu sebuah permintaan, apakah kau bersedia melakukan apapun untk diriku, Diego?" tanyaku mengalihkan pembicaraan kita karena aku yang teringat dengan ucapan Ji Min barusan.

"Apapun untuk dirimu, Sya." jawabnya langsung.

"Maukah kau menjadikanku alasan untuk dirimu mau berusaha untuk kembali berjalan?" tanyaku lagi. 

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang