BAB 4- Meet You Again

1K 47 2
                                    

Kini aku sedang dalam perjalanan menuju perusahaan milikku setelah beristirahat di rumah selama beberapa hari sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali masuk ke kantor. Sesampaiku disana, aku kemudian langsung memasuki lobby perusahaanku menggunakan kursi roda dengan dibantu Ji Min yang mendorongku dari belakang.

Saat diriku mulai melangkah masuk, aku bisa melihat bagaimana tatapan semua karyawanku yang menatapku dengan rasa iba dan kasihan. Bagaimana tidak? Pengusaha yang digadang-gadangkan sebagai bujangan yang paling sempurna di seluruh penjuru Korea kini telah menjadi bujangan cacat yang tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain.

Miris memang mendengarnya namun yang paling menyedihkan bagiku adalah wanita yang selama ini aku cari dan cintai setengah mati menolakku untuk sebuah alasan yang tidak jelas. Aku menjadikannya mainan? Hubungan kita terjadi karena sebuah tantangan? 

Sejak kapan aku mengatakan dan melakukan hal itu? Apalagi sampai aku mau mempermalukannya dihadapan teman-temanku. Tentu saja semua itu tak pernah kulakukan. Tetapi sayangnya, apapun yang ingin kujelaskan sekarang tak bisa mengubah pandangan Ulyssa yang sudah jelek terhadapku.

Tak selang berapa lama aku akhirnya sampai diruangan kantor yang sudah tak kutempati lagi selama sekian bulan ini. 

Meski mejaku sudah bisa dibilang seperti kapal pecah dengan dokumen-dokumen yang tertata berserakan diatas meja karena sebelum ini aku masih fokus untuk melakukan pemulihan sehingga semua berkas-berkas itu belum sempat aku periksa, tetapi untungnya Ji Min masih menyuruh orang untuk setiap harinya membersihkan ruanganku minimal 2 kali sehari sehingga setidaknya ruang kerjaku bisa terbebas dari debu dan kotoran.

"Aku telah memperkerjakan satu lagi sekertaris untuk dirimu, okay?" ucap Ji Min membuyarkan seluruh lamunan.

"Untuk apa menambah pegawai, Ji Min? Cost perusahaan kita sudah terlalu tinggi untuk mempekerjakan satu staff lagi yang tidak penting." sanggaku.

"Kau membutuhkannya, Diego. Aku memang masih terus menjadi sekertarismu, tetapi dengan dirimu yang sekarang susah untuk kemana-mana, aku membutuhkan bantuan untuk mengurusimu. Kau tidak bisa terus mengandalkanku dalam segala hal, Diego. Aku itu pria, sedangkan untuk menjagamu makan hingga merawatmu diperlukan seseorang yang bisa memperlakukanmu dengan lembut. Dan sudah pasti orang itu bukanlah aku." ucapnya.

"Jadi kau telah mempekerjakan seorang perempuan sebagai sekertarisku? Kau tahu sendiri-kan Ji Min, aku menjadikanmu sekertaris karena aku tidak menginginkan satupun perempuan untuk menjadi asistenku. Dan lihatlah sekarang, kau malah menyuruhku untuk bekerja sama dengan seorang perempuan yang sama sekali tak kukenal? Are you fucking serious?!" geramku.

"Tenang saja, Diego. Aku sudah memilih wanita terbaik dari yang terbaik. Sempurna secara perawakan, kepribadian dan pendidikan. Tentu aku tidak akan memilih wanita sembarangan di luar sana untuk bekerja dengan dirimu. Nanti malah mereka keluar dari sini langsung masuk RSJ karena tidak tahan dengan perlakuan kasarmu. Aku sudah menetapkan sebuah kualifikasi yang tinggi pada calon-calon staff kita kemarin dan wanita yang kuterima inilah yang bisa memenuhi standar itu." jelas Ji Min.

"Okay, aku pegang kata-katamu, Ji Min. Bila dirinya tidak sesuai ekspektasiku, maka kau dan dia yang akan kupecat." ancamku.

"Iya, iya. Aku pastikan kau akan senang bekerja dengan wanita ini." ucap Ji Min menyeringai.

"Baiklah, kau boleh keluar. Oh iya.... Jangan lupa untuk menghubungi perusahaan Red Charlotte untuk menanyakan kapan mereka bisa kemari untuk membahas ulang kontrak kita." ujarku mengingatkan.

"Siap, bos." angguk Ji Min dan langsung bergegas mengerjakan tugas yang aku berikan.

Waktu yang sedang menunjukkan angka 8.30 sehingga bisa dipastikan bahwa sekertaris baruku ini terlambat di hari pertama ia bekerja."Benar-benar tidak professional." gerutuku. Tiba-tiba saja pintu kantorku terbuka begitu saja dan masuklah seseorang dengan bentuk tubuh yang cukup pendek dengan langkah yang gugup.

"Apa kau tidak pernah belajar sopan santun? Tidak tahukah kau bahwa sebelum masuk ke pintu ini kau harus mengetuknya terlebih dahulu?" tanyaku menyiratkan kemarahan sambil tak memalingkan mataku kearah wanita itu

"Aku minta maaf atas sikapku, Mr. Alvito. Dan aku juga sangat menyesal karena hari ini aku terlambat masuk kantor. Itu karena ......."

"Aku tidak peduli dengan alasanmu, kamu terlambat pada hari pertama dirimu kerja, aku harap ini terakhir kalinya kamu terlambat, aku tak pernah menyukai orang yang tidak tepat waktu, jadi aku harap kamu tak mengulangi kesalahanmu." aku menegurnya dengan keras tanpa melihat wajah sekertaris baruku itu.

"Baik Mr.Alvito, takkan kuulangi kesalahanku pada hari ini." sekertarisku berkata.

"Baguslah bila kau sadar. Sudah sana pergi! Kau tahu apa yang harus kau kerjakan-kan?" tanyaku sarkas.

"Iya, pak. Kalau begitu saya permisi dulu." ujar sekertarisku sambil berjalan keluar.

"Sebentar! Aku lupa bertanya namamu siapa? Dan kau lulusan darimana sehingga bisa diterima bekerja di perusahaanku?" tanyaku.

"Nama saya Ulyssa Celine Jovanka, Mr. Alvito." jawabnya yang langsung membuatku tersentak kaget. 

Ulyssa? Wanitaku? Apa ini nyata atau ini hanyalah mimpiku di siang bolong? Kenapa dia bisa berada disini dan berada dihadapanku? Apa dia benar-benar dipekerjakan Ji Min sebagai sekertarisku yang baru? Dan dia yang akan menjaga dan merawatku? Oh Tuhan, terima kasih kau kembali mempertemukanku lagi dengan Ulyssa.

"Ullysa?" tanyaku sambil berbalik ke arahnya yang juga membuatnya tercengang kaget karena pastinya dia juga tak mengetahui bahwa akulah yang akan menjadi bosnya.

"Oh My God!" sahutku sambil langsung menarik tangannya dan memeluknya erat.

"I miss you so much, Sya. Aku benar-benar tidak menyangka kita akan dipertemukan seperti ini." ucapku sambil menutup mata untuk menikmati momen ini.

"Lepaskan aku, Mr. Alvito. Kita sedang berada di kantor. Jadi sudah seharusnya anda bisa bersikap layaknya seorang bos kepada pegawainya. Hal-hal seperti ini harus kita hindarkan dan tak boleh anda lakukan tanpa seizin saya. Ini sama saja dengan tindakan pelecehan, pak. Karena kita sudah tak lagi memiliki hubungan apa-apa selain hubungan pekerjaan. Dan saya sudah punya tunangan yang sebentar lagi akan menjadi suami saya." ucap Ulyssa sopan sambil melepas pelukanku.

"Jadi saya mengharapkan anda untuk bersikap sopan kepada saya. Disini saya bekerja sebagai asisten pribadi anda bukan sebagai pelacur bayaran anda. Apakah anda tidak takut dengan rumor yang mengatakan bahwa anda telah melecehkan sekertaris anda yang baru sehari bekerja dengan anda, Mr.Alvito? Kurasa bila rumor tersebut muncul, maka bisa dipastikan perusahaan anda akan ada dalam masalah." lanjutnya sambil tersenyum paksa.

"Aku tidak peduli dengan rumor apapun, Sya. Ini perusahaanku dan aku bebas untuk melanggar semua peraturan. Akulah peraturan itu. Terserah aku mau bersikap seperti apa karena tidak akan ada orang yang menegurku. Kau memang bukan pelacur, Sya. Tetapi kaulah yang akan menjadi istriku kedepannya. Jadi kurasa tidak masalah bila aku memelukmu seperti tadi." kataku. 

Bound to ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang