Part Dua Puluh Enam

1.7K 205 10
                                    

Berhubung aku udah janji bakal up minggu depan setelah natal jadi mungkin sekarang waktunya aku bayar utang ehehe...

Dahlah dahlah biar ngga kelamaan monggo di baca ehehe

Sarah's Pov

Matahari bertengger begitu gagah tepat diatas kepala yang berarti bahwa hari sudah semakin siang. Aku dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tidak pernah ku pikirkan akan datang ke rumah ku. Setelah bertahan-tahun kami tidak pernah bertemu, seseorang yang sebenarnya membuat ku muak ini justru datang menjadi tamu tak di undang.

Ada rasa takut tat kala melihat seseorang yang kini tengah duduk di hadapan ku. Dalam hati aku selalu memanjatkan doa kepada Tuhan agar semua akan tetep berjalan baik-baik saja. Tanpa sadar aku meremas tangan ku karena terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.

Sesekali kami berbincang tentang hal-hal lain secara random hanya untuk menunggu seseorang yang sejak tadi aku cemaskan. Aku tak mengetahui maksud dan tujuan yang membawa seseorang di hadapan ku ini datang dari jauh hingga ke tempat ini. Dia mengatakan bahwa dia tidak akan mengatakan tujuannya sebelum orang yang dia tunggu datang.

Ririz's Pov

Setelah semua drama di sekolah tadi akhirnya aku bisa pulang ke rumah dengan selamat. Entah kenapa sejak di perjalanan aku merasakan kecemasan yang berlebihan. Tapi yang lebih anehnya lagi adalah aku tak tau hal semacam apa yang sedang aku cemaskan. Aku hanya merasakan sesuatu yang tidak nyaman di hati ku dan itu terasa cukup mengganggu.

Hari ini aku tak pergi kemana pun sejak aku pulang sekolah jadi aku memutuskan untuk langsung pulang. Dalam otak ku sudah terbayang ketika nanti sampai rumah aku akan langsung melompat ke tempat tidur dan merebahkan diri ku dengan nyaman. Ahhh rasanya aku sudah tidak sabar untuk segera menikmati rasa nyaman kasur ku tercinta.

Dua puluh lima menit perjalanan pada akhirnya aku sampai di halte bus dekat rumah. Aku hanya perlu berjalan tak seberapa jauh untuk sampai ke tempat tujuan ku. Aku melangkah perlahan namun dari jarak ini aku melihat motor seseorang sedang berhenti di depan rumah Tante Sarah. Aku mempercepat langkah ku hingga sebelum mereka menekan bel aku sudah ada di hadapan mereka.

Aku sedikit mengernyit bingung melihat Rere dengan seseorang yang entah bagaimana ceritanya bisa ada di sini. Ahhh masa bodo dengan tujuan mereka yang sebenarnya. Hahhh agenda di dalam otak ku tidak akan berjalan sesuai rencana jika sudah begini.

Ririz : " Selamat siang, ada perlu apa datang kesini???"
Lara : " Ahhh itu ada sesuatu yang ingin aku tanyakan makanya aku meminta Rere untuk mengantar ku kemari."
Rere : " Kalau aku mah udah pasti ngapelin kamu ehehe"
Ririz : " Wkwkwk bisa aja sih, ya udah masuk aja yukkk..."

Mereka mengangguk sebagai jawaban dan pada akhirnya kami masuk kedalam. Seperti biasa aku berteriak mengatakan bahwa aku sudah pulang agar mudah menemukan keberadaan Tante kesayangan ku.

Ririz : " Shallom aku pulang Tante..."
Tante Sarah : " Tante di ruang tamu..."

Aku mengernyit sekali lagi, tumben jam segini Tante ada di ruang tamu. Karena seingat ku jam segini  biasanya Tante sedang memasak makanan untuk ku di dapur. Tanpa mau ambil pusing aku kembali melanjutkan langkah ku menuju ruang tamu dengan dua orang yang masih setia mengekor di belakang ku.

Seketika langkah ku terhenti saat melihat seseorang yang tengah duduk didepan Tante. Dada ku seketika terasa sesak, nafas ku seolah tercekat dan tanpa sadar tangan ku terkepal erat. Mata ku memanas dan mati-matian aku berusaha untuk tidak menangis di hadapan orang tersebut.

Papa : " Ohh si pembuat onar sudah datang..."

Aku menundukkan kepala menahan rasa sakit yang kembali menghantam ku. Satu lagi keadaan yang membuat aku benar-benar membenci sosok yang tengah duduk disana. Jika dia bukan orang tua ku maka sudah ku pastikan orang itu tak akan mampu membuka matanya lagi.

Papa : " Kemarilah ada hal yang ingin ku katakan kepada mu..."

Aku tak beranjak sedikit pun dari tempat ku berdiri saat ini dan masih berusaha untuk mengendalikan diri ku sendiri. Telinga ku berdengung saat seluruh kenangan yang ada didalam kepala ku kembali berputar layaknya sebuah film. Melihat aku yang tak bergeming Pria paruh baya yang sialnya adalah Papa ku itu memilih berdiri dan berjalan mendekat.

Saat tepat berhenti di hadapan ku, hal yang tidak aku duga justru dia lakukan. Tangannya bergerak melayang ke arah ku dan mendarat tepat di pipi kiri ku. Suara tamparan itu terdengar cukup nyaring dan menyisakan rasa perih dan sakit. Namun bukan hanya di pipi ku melainkan ke dalam hati kecil ku.

Papa : " Dasar anak tidak tau diri, bahkan ketika sudah ku buang sejauh ini pun kamu masih saja bersikap sok menjadi pahlawan. Apa yang ada didalam otak mu ini dasar sampah. Tak bisa kah kamu menjalani hidup normal layaknya manusia pada umumnya??? Kamu pikir apa yang kamu lakukan bisa membuatmu terlihat menjadi lebih baik??? Menjijikkan sekali, bahkan kamu membohongi semua orang dengan mengatakan kamu adalah seorang Pengacara. Coba lihat diri mu bahkan tak ada satu pun di dalam sana yang bisa di banggakan. Orang seperti mu tak akan pernah bisa menjadi seseorang yang memiliki masa depan."

Tangan ku terkepal kuat dan kali ini aku memilih mengangkat kepala ku dan menatap marah pria di hadapan ku ini. Bukan berarti ketika aku memilih bungkam adalah karena aku tak berani melawan. Hanya saja aku masih berusaha untuk mengendalikan diri ku agar tidak lepas kendali. Aku menatap terluka seseorang yang kini memberikan tatapan penuh amarah kepada ku.

Ririz : " Apa Papa tau seberapa keras aku sudah mencoba??? Apakah Papa tau bagaimana menyedihkannya perasaan ku??? Tapi sekuat tenaga aku berusaha menahan semuanya karena aku sadar bahwa aku tak punya cukup pengaruh untuk membuat mu setidaknya sedikit saja melihat kearah ku."
Papa : " Kamu benar-benar anak yang bodoh bahkan sangat-sangat bodoh. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu??? Apakah kamu tau apa yang aku rasakan saat mendengar semua berita tentang mu??? Apakah kamu pernah memikirkannya???"

Aku tak lagi mampu mengendalikan diri ku sendiri, rasa sakit ini seketika membuat seluruh darah yang ada didalam tubuh ku terasa mendidih. Segala bentuk perasaan yang sudah ku simpan selama bertahan-tahun kini sudah bermetamorfosa membentuk amarah yang tak bisa lagi ku bendung. Aku berteriak melampiaskan seluruh amarah ku lewat kalimat.

Ririz : " Karena Papa tidak pernah puas dengan jati diri ku yang sebenarnya. Selama ini aku hanya berpura-pura cuek dengan apa yang kalian lakukan. Selama ini aku hanya pura-pura untuk terlihat baik-baik saja. Karena aku sadar tak peduli sekeras apapun usahaku, aku selalu saja berakhir mengecewakanmu."
Papa : " Mau jadi apa hidupmu jika kamu terus saja bersikap sama seperti sampah???"
Ririz : " Pernahkah Papa bertanya apa mau ku??? Pernahkah Papa setidaknya melihat aku menjadi bagian dari hidupmu??? Apakah impian ku harus menjadi orang sukses??? Tak bisakah hanya menjadi 'Seseorang'??? Apakah Papa pernah berfikir bagaimana perasaanku saat aku pulang Papa selalu menatap ku dengan tatapan kebencian dan selalu menuntut ku untuk menjadi seseorang yang sempurna??? Yang ada di pikiran Papa hanya aku harus menjadi anak yang patuh, sopan, baik dan apapun itu tanpa pernah mau tau alasan di balik semua sikap membangkang ku. Jadi bagaimana Papa bisa mengerti perasaanku??? Papa tidak pernah peduli apa yang terjadi padaku atau perihal kesulitan yang aku hadapi. Itu membuat ku berfikir bahwa aku harus hidup sempurna agar bisa Papa anggap sebagai seorang anak."
Papa : " Lihatlah diri mu tak bisakah kamu untuk tidak mempermalukan aku sebagai Papa mu???"
Ririz : " Sejak kapan Papa menganggap aku sebagai seorang anak??? Papa membesarkan aku selalu seperti aku bukanlah bagian dari hidup Papa dan selalu membela dia. Aku juga tidak ingin situasinya menjadi seperti ini. Aku juga anak Papa tapi kenapa Papa tidak pernah memperlakukan aku sebagai seorang anak??? Padahal Papa adalah satu-satunya orang tua yang aku miliki. Tapi kenapa Papa sangat jahat pada ku??? Rasanya sakit, tubuhku tidak akan merasakan rasa sakit tapi hatiku terasa sakit."

####### to be continued #######

Double???

Author,

Rizqia Occta

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang