Part Enam Puluh Enam

1K 143 67
                                    

Double ngga nih...

Happy reading...

Author's Pov

Beberapa saat yang lalu...

Mobil Wanita itu telah terparkir dengan sempurna di depan gedung. Ia turun dan berjalan dengan angkuh menuju pintu masuk. Langkah kakinya harus terhenti kala beberapa pria menghadang langkahnya. Wanita itu nampak sangat misterius dengan penampilan yang serba tertutup seperti sekarang. Pria-pria berjas itu menghadangnya bahkan meremehkan Wanita itu dengan kalimat candaan mereka.

Tanpa membuang banyak waktu, Wanita itu memberikan bogem mentah untuk pria tadi. Hanya dengan satu pukulan di titik vital membuat pria itu tidak sadarkan diri. Teman-temannya yang melihat hal itu merasa marah dan mulai menyerang Wanita itu. Dan dengan begitu santai Wanita itu menggunakan kedua tangannya dengan begitu apik untuk membalas setiap serangan. Ia tak ingin menghabiskan terlalu banyak waktu dan membahayakan semua orang.

Jadi dia terus menyerang mereka pada titik vital yang akan melumpuhkan mereka tanpa harus membuang terlalu banyak waktu. Layaknya petarung profesional, Wanita itu mengayunkan tangan kanan dan tangan kirinya secara bergantian. Tak ada satu serangan pun yang berhasil mengenai Wanita itu.

Ririz's Pov

Aku mengawali dengan sebuah tinju pada salah satu dari mereka. Yang tentu saja ia tak akan bangun dalam waktu dekat. Aku menatap mereka yang terlihat murka itu dengan tatapan dingin. Aku benci harus seperti ini tapi aku tak punya pilihan lain selain ini. Dan ku pastikan ini adalah pelajaran baik yang tidak akan di lupakan oleh siapapun. Aku terus mendengar kabar terkini perihal keluarga ku yang ada di dalam sana dari Becha. Dalam hati aku terus merapalkan doa agar tak ada hal buruk yang terjadi pada keluarga ku.

Ririz : " Cihhhh kalian semua manusia-manusia bodoh yang mencari masalah dengan ku. Baiklah kemari dan akan ku beri kalian semua pelajaran hidup yang tak akan pernah kalian lupakan seumur hidup kalian."

Setiap kali mereka melayangkan pukulan maka aku bergerak lebih cepat sebelum pukulan itu mendarat di tubuh ku. Aku menghitung dalam hati berapa orang yang telah tumbang di hadapan ku. Satu persatu mereka jatuh pingsan karena pukulan ku, bahkan sekarang rasanya seperti membuka akses jalan dengan harus menumbangkan satu lawan. Sepanjang perjalanan pria-pria berjas itu terus bermunculan.

Aku semakin marah saat mendengar bahwa putri kecil ku di pukul beberapa kali oleh Bajingan itu. Aku menghajar mereka semua yang menghalangi jalan ku dengan membabi buta. Dan setelah menghajar lebih dari tiga puluh orang aku sampai pada dua pria terakhir yang berdiri di samping pintu. Salah satu dari mereka berlari ke arah ku dan dengan cepat aku menendang dada pria itu hingga tersungkur. Pria itu bangun dan mencoba memukul ku dan dengan sigap aku menghindar dan memberikan perlawanan.

Melihat temannya tumbang, pria terakhir mencoba menyerang ku. Namun aku memberikan beberapa pukulan di wajahnya dan melemparkan pria itu hingga mengenai pintu. Gotcha aku menemukan tempat tujuan ku kali ini. Pria itu merangkak dan memohon ampunan kepada pria yang berdiri dekat dengan wanita ku. Aku melihat darah di ujung bibir wanita ku dan bahkan aku melihat putri ku yang masih menangis kesakitan di bawah sana.

Kepala ku rasanya mendidih dan mungkin sebentar lagi akan meledak. Aku benar-benar merasakan kemarahan mengambil alih tubuh ku. Kaki ku melangkah masuk dengan angkuh bahkan aku bisa melihat kemarahan dari raut wajah pria tadi. Rahang pria itu mengeras dan dengan itu membuat pria tadi mengumpat dengan sangat keras. Aku memberikan komando kepada Matthew dengan suara kecil untuk membantu mengurus semua pria yang telah pingsan tadi.

Jonathan : " Bajingan sialan... Siapa yang berani melakukan semua ini???"
Ririz : " Apakah kamu melupakan ku, Jonathan???"

Seketika aku melihat ketakutan melingkupi pria sombong di hadapan ku itu. Bahkan seluruh tubuhnya terlihat gemetaran saat mendengar suara ku. Aku melipat kedua tangan ku di depan dada, dan melangkah mendekat secara perlahan. Topi dan masker masih menutupi wajah ku namun aku sangat yakin bahwa dia mengenali suara ku. Karena tak ada satu kalimat pun yang keluar sebagai jawaban maka aku melanjutkan kalimat ku.

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang