Part Empat

4.5K 369 40
                                    

Yuhhhhuuuu update lagi mumpung lagi pengen wkwkwk ngga lama lho proses nulis nya kalau lagi semangat begini tapi kalau pas lagi buntu sumpah bikin satu part aja bisa ngabisin waktu berbulan-bulan.

Di harap membaca secara perlahan supaya maksud yang ingin disampaikan bisa terserap dengan sempurna tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Mari tenggelam bersama dalam alur yang sudah Ririz ciptakan.

Happy reading...

Sarah's Pov

Aku melihat Gadis yang sudah sedari tadi aku tunggu sedang menangis sambil memunggungiku. Aku sangat tau bagaimana rasanya jadi dia dan bahkan aku juga tau bagaimana sebenernya Gadis ini. Setiap orang punya cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang dia mau, begitu juga dengan Gadis ini. Ketidakadilan yang sering dia terima membentuknya menjadi seseorang seperti sekarang ini.

Sarah : " Kenapa kamu masih di luar dan duduk seperti gelandangan begitu???"

Aku tau dengan cepat saat dia mendengar suara ku, tangannya bergerak secara kasar menghapus air matanya. Dia masih sama dan aku tak akan membiarkan dia berakhir dengan jalan yang sama seperti kakak ku. Aku ingin dia hidup tanpa kepura-puraan lagi, aku ingin dia berbahagia. Sekalipun bukan dengan kedua orang tuanya, tapi aku berjanji akan menjamin masa depannya.

Ririz : " Ahhh aku hanya sedang menikmati udara malam hari yang terasa begitu sejuk ini. Dan sebentar lagi baru mau masuk kok Tante hehehe..."

Anak ini, dia pikir aku bisa semudah itu di bohongi??? Huhhhh tentu tak semudah itu aku akan percaya dengan kata-katanya. Dia sangat mirip dengan kakak ku, jadi aku bisa memahami dia sama seperti yang aku lakukan terhadap kakak ku. Aku menghela nafas pelan dan kembali membuka suara ku.

Sarah : " Lalu dimana pria yang mengantar mu???"
Ririz : " Dia sudah pergi..."
Sarah : " Bahkan setelah menempuh perjalanan jauh dia sama sekali tidak masuk??? Bahkan hanya untuk sekedar makan bersama ataupun menyapa???"
Ririz : " Tidak..."
Sarah : " Haiiiisss dasar Bajingan itu, dia sama sekali tidak tau sopan santun. Apakah aku benar???"

Gadis itu tak menjawab dan hanya tertawa kecil sambil menganggukkan kepala merespon pertanyaan ku tadi. Aku sengaja mengucapkan kalimat itu hanya untuk membuat Gadis itu tersenyum dan aku berhasil. Sudah ku bilang, aku sangat mengenal Gadis ini bahkan hal yang dia sembunyikan dari orang lain aku mengetahuinya.

Sarah : " Masuklah udaranya semakin dingin, mari makan bersama. Tante sudah siapkan makan malam untuk kita berdua..."

Dia mengangguk sebagai jawaban dan mulai mendorong kopernya. Tanpa berbicara lagi, aku mulai meraih satu koper untuk membantunya. Awalnya dia menolak dengan mengatakan bahwa dia bisa melakukan semuanya sendiri, padahal kenyataannya dia juga kerepotan. Anak ini sungguh benar-benar melakukan apa yang kakak ku ajarkan dengan baik. Dia tumbuh menjadi Gadis tangguh namun dia juga menjadi Gadis yang pandai berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja.

Kami berdua masuk dan langsung menuju meja makan. Setelah sebelumnya koper yang ia bawa di letakkan di ruang keluarga. Gadis ini masih mengenakan seragam sekolah dan sudah di pastikan bahwa Handoko membawanya langsung kemari dari sekolah. Dia pasti belum makan sama sekali sejak tadi pagi. Meski aku tak pernah menghubunginya namun aku selalu menanyakan kabarnya kepada salah satu teman ku.

Dia makan begitu lahap, aku tersenyum senang saat dia memakan masakan ku dengan begitu semangat. Caranya makan terlihat sangat mengemaskan sama seperti terakhir kali dia berkunjung. Aku tak memiliki seorang pun anak dan kakak ku hanya memiliki satu anak saja dan Gadis inilah orangnya. Saat sedang asik makan aku sengaja membuka obrolan dengan dia karena setahu ku dia sangat benci diabaikan.

Sarah : " Apakah besok kamu akan berangkat sekolah???"
Ririz : " Jangan bertanya hal itu kepada ku."
Sarah : " Kenapa??? Kamu kan seorang pelajar..."
Ririz : " Aku sangat malas membahas tentang hal itu, Tante mengertilah."
Sarah : " Tante tidak akan mentolerir jika kamu membuat masalah lagi maka..."
Ririz : " Maka Tante akan mengusir ku??? Tante tak perlu memberitahukan hal itu. Aku sudah terbiasa di campakan dan di buang. Jadi itu tidak akan bisa membuat ku merasa takut."
Sarah : " Jangan membual seperti itu,bahkan Tante tidak pernah mendengar ada seseorang yang mengaku memang terbiasa di campakan dan di buang."
Ririz : " Apa makanannya tidak bisa di tambah lagi???"
Sarah : " Makanlah sepuas mu, ingatlah Tante tidak akan pernah mengusir mu sekalipun kamu terlibat dalam masalah. Hanya cukup jangan pernah berkata untuk pergi dari sini."
Ririz : " Kalau saja umur ku lebih muda 3 tahun maka aku akan sangat terharu mendengarnya hehehe."
Sarah : " Kamu ini rumit sekali, kamu boleh berkata seperti itu kepada Tante. Tapi ingat, jangan lakukan itu kepada orang lain. Apakah kamu mengerti???"
Ririz : " Memangnya kenapa???"
Sarah : " Kamu terdengar seperti anak nakal dan kemungkinan membuat orang-orang bersikap seenaknya untuk meremehkan mu nantinya."
Ririz : " Biarkan saja, toh aku memang punya alasan yang kuat untuk di remehkan. Emmm semacam aku lebih suka menunjukan jati diri ku."
Sarah : " Kenapa ingin menunjukkannya??? Ada sebagian hal yang lebih baik di tutup dan jangan biarkan orang lain tau."
Ririz : " Akan lebih buruk jika pada akhirnya mereka tau di belakang, itu lebih mengecewakan bukan??? Dan tidak akan ada yang berani mengganggu ku jika aku percaya diri seperti ini."
Sarah : " Kamu benar, dan Tante juga lebih memilih untuk menunjukkan jati diri daripada harus menutupinya."
Ririz : " Tante adalah orang dewasa pertama dan satu-satunya yang sepakat dengan ku."

Dia mengangguk bersemangat dengan senyum yang sudah sangat lama tidak pernah aku lihat. Dan setelahnya ia memilih kembali menikmati makanannya. Kalimat sarkas yang keluar dari bibirnya tak selalu salah, bahkan sebagian besar apa yang dia katakan adalah sebuah kebenaran. Hanya saja tidak banyak orang mau memahami dia sebagaimana dia berusaha memahami orang lain.

Sarah : " Lalu dengan siapa selama ini kamu bergaul??? Kamu harus bergaul dengan orang-orang baik. Dan Tante berharap kamu mendapatkan guru yang baik nantinya di sekolah baru mu."
Ririz : " Harapan Tante terlalu tinggi. Biar ku beritahu, tak ada guru yang benar-benar baik. Aku sudah menjadi pelajar hampir 10 tahun dan guru yang baik tidak pernah ada."

Dalam hati aku berfikir apakah ketidakadilan itu juga ia dapatkan dari lingkungan sekolahnya??? Apakah tak ada satu orang pun yang dia temui dapat bersikap baik kepadanya??? Aku pastikan bahwa aku bukan satu dari sekian banyak orang yang memberikan dia ketidakadilan. Setelahnya kami hanya mengobrolkan hal-hal ringan sambil sesekali melempar candaan dan tertawa bersama. Sungguh selama yang aku bisa maka aku akan terus berusaha membuat dia tertawa bahagia.

######## to be continue #######

Yo yo yo gimana menikmatinya??? Ada yang sudah menemukan titik terang nya kah ??? Tunggu lanjutnya yesss hehehe

Author,

Rizqia Occta

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang