Part Lima Puluh Delapan

1.1K 117 7
                                    

I'm back ehehe... Happy reading, hope you like it...

Ririz's Pov

Aku masuk ke ruangan adik ku dan saat aku baru saja memegang tangannya, ia mulai membuka mata. Aku tersenyum menatap wajah seseorang yang sebenarnya sangat aku sayangi ini. Meski dulu kami tidak dekat tapi aku sangat menyayanginya. Aku adalah seseorang yang akan memastikan keselamatannya lebih dari yang dia tau. Aku adalah seseorang yang akan terus memastikan dia aman saat berangkat ke sekolah dan lain sebagainya.

Mata itu menatap ku dengan berkaca-kaca, ada rasa tidak percaya yang tergambar jelas dari sorot matanya. Haissss aku benar-benar merasa menjadi kakak yang buruk sekarang. Apakah aku terlalu keras padanya di masa lalu??? Benarkah aku meninggalkan kesan tidak baik untuk satu-satunya adik ku ini??? Yahhhh aku merutuki kebodohan ku di masa lalu. Matanya berkedip dan sesaat kemudian bulir air mata jatuh dari kedua sudut matanya.

Tangan ku bergerak mengusap air matanya dan berakhir dengan memberikan kecupan di kedua kelopak matanya. Kemudian aku memberikan kecupan di kening, pipi dan terakhir di sudut bibirnya. Detik berikutnya bibir itu tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman meski masih dengan tatapan tidak percaya yang tergambar jelas disana. Aku mengusap rambutnya lembut untuk menyalurkan rasa sayang yang aku miliki untuknya.

Ester : " Kakak tidak membenci ku???"
Ririz : " Tentu saja tidak, bahkan kakak sangat menyayangimu sejak kamu dilahirkan."
Ester : " Aku tau kakak menyayangi ku, tapi kadang aku bingung dengan sikap kakak. Kakak selalu bertingkah seolah tidak peduli tapi kakak adalah orang pertama yang selalu ada disaat aku butuh kakak."
Ririz : " Kakak tidak pernah tau caranya mengungkapkan rasa sayang. Karena sebelumnya kakak tidak pernah merasakannya. Jadi maafkan kakak di masa lalu humm??? Dan ijinkan kakak menebus kesalahan kakak mulai hari ini. Beri kakak kesempatan untuk menjadi kakak yang baik untuk mu."
Ester : " Tentu saja bahkan itu yang aku inginkan sejak dulu. Kakak jadi Dokter???"
Ririz : " Seperti yang kamu lihat sekarang."
Ester : " Woahhh kakak keren sekali ehehe. Ester pikir ketika Ester membuka mata maka yang menyambut Ester adalah malaikat di surga. Tapi ternyata yang menyambut Ester justru salah satu bidadari di dunia. Bukankah tidak ada satu orang pun yang berani menangani Ester???"
Ririz : " Kamu masih harus bertemu dengan keluarga kecil kakak. Jadi terimakasih sudah mau berjuang bersama dengan kakak. Cepatlah pulih agar bisa segera kakak kenalkan kepada orang-orang yang kakak sayangi."
Ester : " Kakak sudah menikah??? Kapan??? Kok Ester ngga tau???"
Ririz : " Bahkan kakak sudah memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Kakak menikah sekitar enam tahun yang lalu."
Ester : " Kalau begitu bantu Ester untuk sehat biar bisa cepet ketemu anaknya kakak."
Ririz : " Tentu saja kakak akan melakukan sebaik yang kakak bisa untuk membuat mu pulih. Apa ada yang sakit sayang???"
Ester : " Hanya sedikit perih dan nyeri di bagian sini kak."
Ririz : " Bekas operasi itu mungkin akan terasa perih dan nyeri untuk beberapa hari kedepan. Karena jahitannya yang belum benar-benar mengering. Jadi kamu jangan terlalu banyak bergerak dulu ya agar tidak semakin nyeri. Kakak akan memberikan obat pereda nyeri dan pastikan kamu makan dan minum obat tepat waktu."
Ester : " Laksanakan boss ku ehehe..."
Ririz : " Kalau begitu kakak keluar dulu ya sayang, masih ada pasien yang harus kakak periksa."

Aku mengusap rambut adik ku sekali lagi, memberikan kecupan di kening, kedua pipi dan terakhir di sudut bibirnya. Dia sedikit terkejut tapi setelah itu mengubah raut terkejutnya menjadi senyum manis. Dan sebelum aku benar-benar melangkah keluar, aku mengukir senyum terbaik ku untuk bocah kesayangan ku ini. Senyum paling tulus yang aku miliki.

Sejak aku di usir dari rumah ke kota ini, aku tak lagi bisa memastikan keadaan adik ku ini. Tapi ketika aku mulai kuliah, aku bisa membayar seseorang untuk menjaga adik ku yang jauh di sana. Namun aku hanya meminta orang itu untuk memastikan adik ku tetap aman ketika berada di luar rumah apabila ia pergi sendirian. Orang itu tak akan mengikuti adik ku jika ada orang tuanya. Itulah alasan kenapa aku tidak pernah tau jika dia sedang sakit.

Tapi setidaknya aku masih bisa bersyukur karena aku tidak terlambat untuk menolongnya. Aku bersyukur karena bisa mengoperasinya tepat waktu. Karena jika aku terlambat satu menit saja maka aku akan kehilangan dia untuk selamanya. Dan bisa di pastikan bahwa aku akan benar-benar menyesal seumur hidup ku. Tuhan masih berbaik hati memberi aku kesempatan untuk menembus kesalahan ku di masa lalu.

Ririz : " Tolong pantau kondisinya setidaknya empat jam sekali. Apabila ada keluhan lain segera beritahu saya."
Megan : " Baik Dokter..."
Ririz : " Ahh kondisi anak kalian sudah bisa dikatakan membaik. Operasi yang lakukan 100% berhasil jadi kalian tidak perlu khawatir. Hanya saja tolong pastikan dia makan dan minum obatnya tepat waktu. Jika terjadi sesuatu silahkan cari perawat ini untuk menghubungi saya nantinya. Saya permisi..."

Setelah itu kami benar-benar keluar dari ruang rawat adik ku bahkan tanpa menunggu jawaban dari keduanya. Dari sudut mata ku, aku melihat dua orang paruh baya yang tadi berdiri di sisi lain ranjang bahkan tak berani membuka mulutnya. Entah karena apa aku juga tidak perduli, aku tidak ingin lagi membuat keributan di sini. Apalagi meladeni nenek sihir itu, aku tak akan melakukannya lagi. Aku tak ingin dibenci oleh adik ku karena hal itu.

Kami melangkah menuju ruangan ketua geng itu, dan untuk pertama kalinya aku tidak melihat satu orang pun di depan pintu ruang rawat. Aku mengernyit heran namun tetap melanjutkan langkah kaki ku untuk masuk. Ketika pintu terbuka aku melihat pria itu tengah berbaring sambil memainkan ponselnya hingga tidak menyadari kehadiran ku. Aku tersenyum tipis dan memilih untuk melangkah mendekat kearahnya.

Ririz : " Apakah semuanya baik-baik saja???"
Jackson : " Yahhh kamu membuat ku terkejut Dokter..."
Ririz : " Kamu terlalu fokus dengan ponsel di tangan mu hingga tidak menyadari saya bahkan sudah berada di samping mu."
Jackson : " Tetap saja itu membuat aku terkejut..."
Ririz : " Baiklah maafkan saya. Jadi apakah ada keluhan???"
Jackson : " Ahhh hanya terkadang kepala ku terasa pusing."
Ririz : " Itu wajar terjadi mengingat operasi yang kamu lakukan di bagian kepala. Saya akan memberikan obat untuk mengurangi rasa nyerinya."
Jackson : " Terimakasih Dokter..."
Ririz : " Sudah menjadi tugas saya. Ahh kemana pria-pria yang biasa duduk didepan sana???"
Jackson : " Aku menyuruh mereka semua untuk pulang ke rumah masing-masing."
Ririz : " Bukankah kamu bilang akan sangat berbahaya jika kamu sendirian???"
Jackson : " Aku hanya sedang belajar untuk mendengarkan pendapat perempuan."
Ririz : " Jadi kamu benar-benar mulai mau mendengarkan ku???"
Jackson : " Tentu..."
Ririz : " Jika begitu hubungi dua orang dari mereka untuk berjaga secara bergantian. Dengan begitu kamu tidak akan dalam bahaya dan keberadaan mereka juga tidak akan mengganggu pasien lain."
Jackson : " Baiklah aku akan melakukannya..."
Ririz : " Megan tolong berikan hasil pemeriksaan terakhir kemarin..."
Megan : " Silahkan Dokter..."

Selagi aku memeriksa deretan huruf yang tertata dalam sebuah map di tangan ku ini. Pria tadi kembali memegang ponselnya untuk menghubungi anak buahnya. Entah kenapa aku memiliki firasat buruk sekarang. Karena itu aku meminta dia untuk memerintahkan dua orang kepercayaannya untuk berjaga. Ku harap firasat buruk ku tak akan benar-benar memiliki arti apapun. Ku harap ini hanya bagian dari rasa khawatir tak berdasar.

####### to be continued #######

Double???

Author,

Rizqia Occta

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang