Part Empat Puluh Enam

1.7K 181 57
                                    

Harusnya kemarin di up tapi ngga rame jadi ya udah di up hari ini aja...

Enjoy your time...

Ririz's Pov

Pria paruh baya di hadapan ku mencoba untuk merangkul ku. Namun dengan cepat aku menghindar dan menepis tangannya. Aku benar-benar kecewa, bagaimana bisa seseorang yang aku banggakan dulu hanya diam saat wanita sialan itu mengucapkan kalimat yang sangat tidak pantas.

Aku mundur beberapa langkah dan menatap sendu kearah pria paruh baya di hadapan ku ini. Aku masih selalu berharap jika dia akan kembali menjadi pria hebat kebanggaan ku. Namun pada kenyataannya semuanya tak akan pernah kembali termasuk pria hebat ku yang dulu.

Ririz : " Taukah papa jika bahkan sampai beberapa detik yang lalu aku masih terus berharap sosok pria hebat ku dulu kembali. Tapi tepat beberapa detik lalu aku di sadarkan bahwa semuanya tidak akan pernah sama. Semua yang aku miliki di masa lalu sudah hilang dan tak akan pernah lagi terulang. Hidup dengan tenang papa bilang??? Bagaimana aku bisa hidup dengan tenang jika satu-satunya cahaya ku di renggut secara paksa???"

Plak... Untuk kedua kalinya dalam beberapa menit aku kembali mendapatkan tamparan namun dari orang yang berbeda. Aku tau jika sekarang kami sedang menjadi tontonan para pelayat. Tapi sungguh aku tidak peduli pemikiran mereka. Aku tersenyum miring kearah papa dan kembali mengusap pipi ku yang baru saja di tampar.

Papa : " Seharusnya kamu cukup diam dan bertingkah lah tidak tau apapun. Itu akan terasa jauh lebih mudah daripada harus meributkan sesuatu yang percuma..."

Aku tertawa hambar untuk mencemooh kalimat dari pria paruh baya ini. Sungguh kalimatnya terasa lucu di telinga ku. Apakah uang yang mereka terima cukup banyak untuk membeli nyawa Tante ku???

Ririz : " Wahhh lihat bagaimana pria yang sejak dulu selalu aku hormati ini. Ahhh anda terlalu lama bergaul dengan nenek sihir, tuan. Jadi anda pun sudah menjadi sama piciknya. Apakah semuanya terasa lebih mudah saat kalian mendapatkan uang???"
Papa : " Tutup mulut mu anak sialan, berhentilah keras kepala dan turuti saja apa yang aku katakan."
Ririz : " Benar, aku adalah anak sialan. Jelas saja karena aku pun lahir dari benih pria sialan seperti mu. Jangan berharap banyak terhadap seseorang yang bahkan tak pernah sedikit pun kau akui keberadaannya."

Aku pergi meninggalkan rumah dengan satu tempat tujuan. Dua puluh menit perjalanan aku kembali melangkah masuk untuk menemui seseorang di rumah sakit. Langkah ku terhenti saat mata ku  menangkap sosok  orang yang menjadi tujuan ku.

Tangan ku terkepal saat melihat bagaimana orang itu masih bisa tertawa tanpa rasa bersalah sedikit pun. Aku mencibir dalam hati bagaimana dia begitu tenang seolah tak pernah terjadi ada sesuatu yang salah. Aku kembali berjalan dan berhenti tepat beberapa langkah dihadapan pria itu.

Ririz : " Kamu telah membunuh Tante ku, apa aku salah??? Kamu bilang dia akan sembuh jika ginjalnya yang rusak telah diangkat."
Perawat : " Astaga kenapa anak ini berbicara sembarangan seperti ini. Pergilah sebelum kami memanggil petugas keamanan untuk mengusir mu dari tempat ini."

Dua perawat pria yang sedang bersamanya memegang tangan ku dan berusaha menghentikan aku. Namun sekuat yang aku bisa, aku berusaha memberontak untuk meloloskan diri.

Ririz : " Aku tak akan membiarkan mu lolos, kau harus membayar apa yang terjadi pada Tante ku."
Dokter : " Biarkan saja dia. Lalu apa yang bisa kamu lakukan??? Aku bahkan sudah berbicara dengan orang tua mu. Mereka paham dan bahkan aku sudah mengganti rugi. Sayang sekali bahkan kamu tak akan bisa melakukan apapun saat ini. Itu tak akan mengubah apapun jadi berhenti dan pulanglah."
Ririz : " Seharusnya kamu malu, seseorang meninggal karena kelalaian mu. Lalu apa kamu pikir uang yang kamu keluarkan bisa membeli nyawa seseorang???"
Dokter : " Kamu hanyalah seekor anjing kecil yang menggonggong di depan ku. Kamu hanya anjing kecil yang tidak tau apapun di dunia kedokteran. Jika kamu bisa membuktikan bahwa aku lalai dalam menjalankan tugasku akan ku terima hukumannya."

Aku mengepalkan tangan ku merasakan amarah yang membuat kepala ku terasa mendidih. Aku tak akan membiarkan orang yang bersalah hidup dengan baik. Aku tak akan menyerah untuk memberikan keadilan pada Tante ku. Dengan tekad yang kuat aku menjawab kalimat Dokter angkuh dihadapan ku ini.

Ririz : " Mungkin sekarang aku hanyalah anjing kecil yang menyalak di hadapan mu. Tapi aku pastikan suatu saat nanti aku akan kembali dan menyalak dihadapan mu bukan lagi sebagai anjing kecil. Namun aku akan menjadi serigala yang menyalak di hadapan mu dan akan mencabik-cabik tubuh mu."

Pria angkuh itu hanya menggedikan bahu dan berlalu begitu saja. Tangan ku masih terkepal namun air mata ku kembali jatuh. Aku menangis tanpa suara dan beberapa saat kemudian aku memilih bangkit dan keluar dari rumah sakit ini. Aku mengusap air mata ku dengan kasar dan tetap melangkah menjauh.

Belum begitu jauh aku melangkah, seseorang menghentikan motornya tepat beberapa langkah di depan ku. Dia membuka kaca helm nya dan memberikan satu helm lain ke arah ku.

Rere : " Kamu butuh udara segar, ayo naik kita ke suatu tempat yang bisa bikin lega."

Tanpa menjawab dengan kalimat apapun, aku memilih meraih helm yang dia sodorkan dan naik keatas motor. Tangannya bergerak meraih tangan ku agar memeluk pinggangnya dan aku pun memeluk dia dari belakang. Jujur aku membutuhkan sandaran dan dia datang disaat yang tepat.

Rere membawa ku melewati jalanan yang memiliki hamparan tanaman padi di kanan dan kiri. Udara yang terasa sejuk membuat ku merasakan sedikit ketenangan. Hingga pada akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang berada cukup tinggi. Dia mengajak ku turun dan naik ke salah satu bangunan yang aku tak tau dimana lokasinya.

Kami melangkah menuju Rooftop, Rere mengajak ku duduk di pembatas gedung. Dan dari sini kami bisa melihat pemandangan di bawah sana. Rere tersenyum tulus bahkan kali ini senyum itu terasa lebih hangat dari biasanya. Aku tak pernah tau Rere bisa bersikap seperti ini.

Rere : " Setiap kali aku merasa sesak, aku selalu datang ke tempat ini. Jangan salah ya aku kesini bukan untuk bunuh diri wkwkwk. Aku hanya suka menikmati kesendirian dengan udara yang sesejuk disini."

Rere kembali terkekeh dan aku pun tersenyum melihat tingkah konyolnya. Bahkan dalam suasana yang seperti ini dia justru membuat lelucon. Tapi jujur itu sangat membantu memperbaiki suasana hati ku. Aku bersyukur di pertemuan dengan orang-orang baik. Ku harap setelah ini aku tak akan merasakan kehilangan lagi.

Rere : " Kamu tau??? Terkadang aku bosan menjalani hidup ku. Segala sesuatunya berjalan tanpa pernah berpihak kearah ku. Tapi sejak bertemu dengan mu, sesuatu berubah dari pandangan ku. Kamu menjadi dirimu yang sekarang karena perlakuan orang-orang di sekitar mu. Dan ku rasa setiap orang punya kesempatan untuk berubah."

Aku ikut mengedarkan pandangan ku kearah gedung-gedung di bawah sana. Aku mengangguk sebagai jawaban dari pernyataan gadis di samping ku ini. Jujur saja tadi aku sempat berfikir untuk menyerah pada hidup ku. Tapi aku sudah berjanji kepada Tante Sarah jadi aku akan berusaha untuk mewujudkannya.

Ririz : " Kalau kata Pain di film Naruto begini 'Manusia tidak akan pernah saling memahami jika mereka tidak merasakan penderitaan yang sama' Tapi menurut ku Pain juga melakukan kesalahan..."
Rere : " Apa kesalahannya???"
Ririz : " Manusia bisa memahami sesuatu saat mereka memiliki kemauan untuk memahami. Memukul rata semua orang hanya karena beberapa orang yang ia temui tak pernah sesuai ekspektasi. Ia lupa jika ia tak bisa menemukan satu orang yang bisa memahami dia seharusnya dia yang berusaha untuk menjadi orang yang mau memahami. Agar tak akan ada lagi orang-orang yang sama seperti kita saat ini."
Rere : " Wahhh kalimat mu sudah seperti seorang yang melalui ribuan luka. Ahhh aku lupa kamu pun salah satu orang yang berhasil melewati ribuan luka. Jadi apa yang akan kamu lakukan setelah ini???"
Ririz : " Memperjuangkan keadilan atas kematian Tante ku dengan cara ku sendiri..."

####### to be continued #######

Double???

Author,

Rizqia Occta

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang