Nih double nih baik kan akunya wkwkwk
Dah enjoy your time...
Ririz's Pov
Setelah berpamitan kepada orang tua Hendra, maka aku memutuskan untuk kembali ke apartment Dokter Lara. Namun sebelum aku kesana, aku menatap layar ponsel ku yang menunjukkan pukul 11.30 yang artinya sebentar lagi memasuki jam makan siang. Aku berjalan menuju halte bus namun mampir terlebih dahulu untuk membeli makanan dua porsi untuk makan siang nanti.
Butuh waktu sekitar tiga puluh menit akhirnya aku sampai di depan pintu apartment Dokter Lara. Meski sedikit takut tapi aku tetap memberanikan diri untuk masuk. Pintunya belum terkunci berarti dia masih ada di dalam sana. Kaki ku melangkah menuju kamar yang tadi pagi aku datangi. Saat aku membuka pintu, mata ku menangkap tubuh seseorang yang masih betah menutup matanya didalam selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
Ku langkahkan kaki ku mendekat ke arah ranjang dan duduk di sisi ranjang secara perlahan. Aku tak ingin membangunkan dia yang masih terlelap. Aku tau ini terlalu berat dan pasti dia sudah menangis semalaman jika di lihat dari matanya yang membengkak dan hidungnya yang nampak memerah tadi. Aku berdiri dan meletakkan satu porsi nasi yang ku beli tadi sambil menambahkan note di atasnya. Tak lupa aku berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air dan meletakkannya di sebelah makanan yang sudah aku siapkan tadi.
Aku hampir lupa jika sejak pagi aku belum memakan apapun, jadi aku melangkah keluar dan mengambil bubur yang ku bawa tadi pagi keluar dari kamar. Aku membuang bubur yang tentu saja sudah tidak memungkinkan untuk ku makan. Dan segera menghabiskan makanan ku dan kembali berdiri membereskan bekas makan ku sendiri. Tapi sebelum aku benar-benar keluar tanpa sengaja aku melihat jaket yang ku yakini adalah milik Dokter Lara. Aku mengambilnya dan kembali bergegas menuju rumah sakit.
Tak butuh waktu lama sekitar dua puluh lima menit aku sudah bersiap. Tanpa sengaja saat aku selesai untuk buang air kecil dan sebelum aku membuka pintu bilik, suara seseorang yang sama seperti tadi pagi memasuki indera pendengaran ku. Tentu saja tanpa membuang kesempatan aku menguping pembicaraan yang dia lakukan bersama si bajingan lainnya. Tangan ku terkepal kuat menahan amarah saat rencana jahat lagi-lagi mereka tujukan untuk Dokter Lara.
Setelah memastikan dia keluar maka aku langsung bergegas menuju ruangan Dokter Lara. Mengenakan jaket yang tadi sempat ku ambil, mengenakan masker dan menutup tudung kepala. Aku melirik sekilas jam dinding yang ada di ruangan ini sambil menghitung mundur untuk memastikan bahwa rencana ku tepat seperti yang ku perhitungkan. Dan saat jarum jam menunjuk angka tiga aku segera berjalan keluar dari ruangan ini.
Aku mengagumi diri ku sendiri saat aku menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengikuti aku dari belakang. Untung saja aku berurusan dengan orang-orang bodoh jadi ini cukup menguntungkan ku untuk menjebak mereka. Dari ekor mataku dapat ku pastikan bahwa bukan hanya si Dokter tolol yang mengikuti aku tapi seseorang lain yang namanya mirip pengharum ruangan itu juga ikut berjalan di belakang si tolol.
Langkah kaki ku percepat dan mengambil ponsel untuk mengatur sesuatu. Setelah selesai aku sengaja mengambil jalan yang cukup sepi dan sebenernya ini adalah jalan buntu. Aku tau tempat ini karena ya dulu aku pernah tinggal sementara ketika liburan. Hal yang dulu ku anggap sebuah kesialan kali ini membuat ku merasa bersyukur.
Kaki ku berhenti melangkah saat di depan ku berdiri tembok yang cukup tinggi. Aku menundukkan sedikit kepala ku untuk menyembunyikan wajah asli ku. Aku hanya tak ingin mereka mengenali aku sebelum aku mendapatkan apa yang aku butuhkan sebagai bukti. Aku melirik tangan wanita pengharum ruangan itu yang tengah memegang sebuah tongkat dan tangan pria itu yang terbungkus dengan sarung tangan membawa sebuah pisau lipat yang dapat di pastikan itu benar-benar tajam.
Stella : " Huhhh terjebak ya ulu ulu sayang sekali hari ini kamu akan menemui ajal mu ahhh atau mungkin aku akan membuatmu tidak sadarkan diri."
Aku mengubah suara ku seolah itu adalah suara Dokter Lara, tak lupa aku menambahkan getar takut dalam nada suara ku. Aku melirik sekilas kearah kanan dan kiri tanpa mendongakkan kepala ku. Dapat ku lihat cctv yang mengarah ke tempat ini menunjukkan tanda merah yang artinya cctv di sana bekerja dengan baik. Aku kembali melangkah mundur agar lebih meyakinkan mereka jika aku tengah ketakutan.
Ririz : " Apa mau kalian, apa salah ku..."
Beni : " Sebenarnya tidak ada namun aku membutuhkan mu untuk membuat perusahaan ayah ku kembali."
Stella : " Jika kamu bertanya pada ku tentu saja aku hanya ingin melihat mu hancur di depan mata ku. Aku muak melihat semesta selalu berpihak kepada mu. Aku muak saat kamu berhasil merebut semua perhatian. Jadi jika kamu hancur maka aku akan kembali menjadi yang pertama."
Beni : " Mari kita lakukan dan segera selesaikan urusan kita dengan Dokter ini..."Si tolol maju mengarahkan pisau yang dia bawa kearah ku, dia berusaha melukai aku namun sayang dengan cepat aku bisa menghindar sebelum pisau itu menancap di tubuh ku. Tanpa banyak bicara mereka berdua mulai menyerang ku secara bergantian. Haiisss mereka curang beraninya keroyokan sambil bawa senjata pula sedangkan aku sendirian dan hanya dengan tangan kosong. Aku menendang mereka secara bergantian dan membuat mereka jatuh telentang. Aku melepas asal jaket yang tadi aku kenakan dan sedetik kemudian mereka terkejut. Aku melepas masker yang aku kenakan dan menampilkan wajah songong andalan ku.
Ririz : " Apa??? Terkejut bukan??? Haiisss kalian bodoh sekali bahkan dengan mudahnya kalian tertipu. Apa kalian buta???"
Stella : " Siapa kau berani-beraninya ikut campur urusanku??? Dan bagaimana bisa kamu ada di sini sialan???"
Ririz : " Kalau ngajak kenalan yang sopan dong kalau kek gitu coba tanya sama guru mu sopan ngga tanya kek gitu???"Aku terkekeh pelan saat menyadari ucapan ku, haiisss aku jadi ingat video di tok tok waktu itu. Konyol memang tapi aku tak mendapatkan rasa takut sekalipun aku tau mereka bisa saja melukai ku. Pengharum ruangan mulai berdiri dan mengayunkan tongkat yang sejak tadi dia bawa ke arah ku. Tuhan maaf lagi nih ya aku hari ini berantem lagi padahal aku pengen tobat lho tapi kalau kek gini gimana ceritanya aku ngga ngelawan.
Lebih baik aku menyelesaikannya dengan cepat, males juga meladeni hama unfaedah seperti ini. Hanya butuh waktu kurang dari lima menit aku sanggup membuat mereka jatuh tanpa bisa berdiri kembali. Aku meraih saku celana ku dan menghubungi seseorang. Setelah selesai melakukan panggilan aku memilih duduk bersila sambil melihat wajah dua orang yang sudah babak belur di depan ku ini.
Dua puluh menit aku merasakan jenuhnya menunggu pada akhirnya beberapa orang anggota kepolisian datang dan segera menangkap dua orang tadi. Salah satu polisi mendekat kearah ku dan meminta aku ikut ke kantor untuk memberikan keterangan. Dan aku langsung menyetujuinya, tepat pukul tiga sore semua berita miring semalam berganti dengan fakta baru yang terungkap.
Semua komentar negatif sudah di hapus bahkan berita permintaan maaf untuk Dokter Lara sudah keluar. Aku tersenyum puas saat aku berhasil menegakkan keadilan. Kedua orang tua Hendra mengucapkan terimakasih dan mereka juga menitipkan permintaan maaf untuk Dokter Lara. Tapi sekarang aku bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan semuanya. Ahhh lebih baik aku diam saja dan yang terpenting semua sudah kembali baik-baik saja.
####### to be continued #######
Triple???
Vote dulu dong terus kasih semangat yang banyak banyak baru nanti di triple 😁😁 sebenarnya aku ngakak waktu ngasih nama Stella karena pas lagi nyari nama ehhh liat pengharum ruangan yang nyantol di kipas angin ya udah di pake aja lah daripada pusing wkwkwk
Author,
Rizqia Occta
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctors ( GxG )
Random#3 at 19 Maret 2021 #1 at 1 April 2021 Seorang Dokter Spesialis Bedah Transplantasi Organ yang terkenal dengan wajah rupawan dan kecerdasan diatas rata-rata. Bahkan dia termasuk Dokter Bedah termuda, namun dia memiliki sisi yang sangat bertolak bela...