Part Dua Puluh Tujuh

1.7K 247 51
                                    

Nih buat yang minta double nih... Tau ngga kadang tuh miris kalau liat pembaca ku banyak tapi yang ngevote bahkan ngga ada setengahnya. Padahal kan kalian udah dapet cerita gratis tanpa keluarin duit tapi kok ya ngga ada menghargai penulisnya.

Gini sebenarnya tuh vote kan emang hak kalian tapi apa salahnya sih ketika kalian menikmati cerita yang di tulis dan tinggal pencet bintang??? Penulis juga mengorbankan waktunya buat nulis belum lagi mereka mikir buat bikin cerita yang bagus. Meski kalau aku pribadi bikin cerita bagus ngga aku lakuin semata-mata buat pembaca tapi lebih ke arah untuk diri ku sendiri. Tapi tetep aja nyesek yg baca ratusan yang ngevote bahkan cuma tiga puluhan.

Btw makasih buat kalian yang nekan bintang dan menghargai aku dan juga tulisan ku. Kalian yang bikin aku semangat nulis makasih banyak ya.

Ya udah enjoy aja bacanya...

Ririz's Pov

Air mata yang mati-matian ku tahan pada akhirnya lolos begitu saja. Tanpa aba-aba air mata ku menetes begitu saja tanpa sanggup lagi ku tahan. Jujur aku tak pernah sekuat apa yang selalu orang lihat karena pada kenyataannya aku hanyalah seseorang yang selalu berpura-pura menjadi kuat.

Papa : " Tak ada artinya kamu hidup..."
Ririz : " Aku sering berharap aku akan lenyap dari dunia ini. Apakah Papa tau dunia ku nampak sangat gelap??? Apakah Papa tau seberapa sering aku menangis saat malam hari bahkan terkadang hingga dini hari??? Aku sering bertanya pada diri ku sendiri. Apakah aku akan merasa lebih baik jika aku menghilang begitu saja??? Apakah semua akan terasa lebih baik dari sebelumnya??? Aku selalu merasa takut saat tatapan kebencian itu Papa tujukan ke arah ku bahkan banyak orang juga selalu menatap ku dengan cara yang sama sekalipun aku tidak melakukan apapun. Aku membenci diriku sendiri karena aku tidak bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tua ku secara utuh karena kepergian Mama. Tapi tak bolehkah aku berharap bahwa aku bisa merasakan kasih sayang dari mu satu-satunya orang tua ku??? Aku salah apa??? Apa yang harus aku perbuat sekarang??? Aku hanya ingin menjalani hidupku, tapi kenapa Papa repot-repot datang kesini lagi setelah membuang ku??? Tak bisakah jangan muncul lagi jika memang aku sudah tidak memiliki arti apapun di hidup mu agar aku tak menumbuhkan harapan untuk mengembalikan semua keadaan seperti semula."
Papa : " Aku datang kesini juga untuk menyerahkan surat keterangan perpindahan penduduk dan aku ingin memberitahu bahwa nama mu sudah ku hapus dari kartu keluarga ku."

Aku berteriak dan mengamuk, membanting semua barang yang dekat dengan ku. Mengancak rambut ku frustrasi dan menangis dengan kencang. Rasa sesak ku bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Ini rasanya sungguh sakit dan ku rasa sebentar lagi aku akan menjadi gila jika terus memendam semuanya.

Ririz : " Aku juga tidak pernah meminta untuk di lahirkan dan memiliki seorang Papa seperti mu. Kenapa aku dilahirkan dan membuat hidup orang tua ku menjadi neraka di dunia ini. Pasti akan jauh lebih baik jika aku tak di lahirkan jadi maafkan aku karena aku bernafas."

Tanpa perlu menjawab kalimat ku, dengan segera seseorang di hadapan ku ini memilih melangkah pergi. Tubuhku merosot, kaki ku rasanya tak mampu lagi menopang berat tubuh ku. Aku kembali menangis histeris bahkan sesekali menjambak dan mengacak rambut ku frustrasi. Tak lama aku merasakan seseorang mendekap tubuh ku. Mengusap punggung ku secara perlahan dan menyalurkan sedikit ketenangan.

Ririz : " Hikz... Aku bukan anak baik-baik, Tante salah selama ini aku hanyalah sampah yang selalu melukai orang lain dengan perkataan ku. Aku berlagak paling kuat di dunia padahal aku hanya orang bodoh tak tau apapun dan hanya berusaha untuk terus terlihat kuat. Aku bukan anak baik-baik Tante jadi kenapa Tante harus merepotkan diri Tante untuk merawat seseorang seperti aku. Lihatlah bahkan pria itu membuang ku dan menganggap ku seperti sampah yang tak ada artinya didalam hidupnya. Alasan kenapa aku tetap diam dan memilih bertahan dengan topeng yang aku kenakan. Adalah karena aku takut jika suatu saat nanti aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri dan ingin mengakhiri hidup."
Tante Sarah : " Tidak tidak, Tante mohon jangan pernah berfikir untuk melakukan hal bodoh itu. Tante tak ingin kehilangan kamu dengan cara yang sama seperti yang kakak ku lakukan. Tante mohon tetaplah hidup apapun alasannya dan buktikan pada pria brengsek itu bahwa kamu bisa menjadi seseorang yang hebat suatu saat nanti. Kamu harus hidup dengan cara yang lebih baik jangan sampai berakhir menjadi bodoh seperti mama mu. Kamu tidak sendirian, Tante ada di sini dan sekalipun dunia ingin membuatmu jatuh tolong ingat kamu masih memiliki Tante yang akan selalu berdiri di belakang mu untuk mendukung mu..."

Aku kembali menangis dengan keras menumpahkan segala kesakitan yang aku rasakan dalam dekapan wanita yang sangat aku sayangi ini. Setidaknya Tuhan masih berbaik hati memberikan aku satu orang yang mampu menggantikan sosok Mama ku.

Lara's Pov

Kali ini aku melihat sisi lain dari Gadis yang terlihat begitu kuat bahkan mungkin orang akan berfikir bahwa Gadis ini tak akan bisa di goyahkan. Kali ini aku justru diizinkan melihat seberapa rapuh Gadis yang dari luar tampak begitu kokoh. Aku melihat bagaimana dia frustrasi menghadapi seseorang yang ku tau adalah Papanya. Ada rasa sakit saat melihat Gadis itu diperlakukan dengan kasar oleh Papanya.

Aku melihat bagaimana Gadis itu menangis menumpahkan segala bentuk rasa sakitnya dalam dekapan wanita paruh baya itu. Tangis pilu yang membuat ku ikut merasakan kesakitan yang sangat luar biasa dalam tangis itu. Kali ini aku paham bagaimana hidup yang dia jalani tak pernah memihak kearahnya. Bagaimana proses hidup yang harus dia lewati membuat dia menjadi Gadis yang terlihat kasar.

Dari peristiwa yang menimpa ku kemarin aku tau sebuah alasan mengapa Gadis itu mau repot-repot membantu ku sekalipun dia bisa saja menutup matanya. Gadis itu terlalu sering merasakan ketidakadilan hingga saat dia melihat orang lain yang merasakannya maka keinginan untuk menegakkan keadilan itu muncul begitu saja.

Aku menarik kata-kata ku saat awal aku melihat Gadis ini karena pada kenyataannya sebenarnya Gadis ini adalah Gadis yang baik. Hanya saja cara yang dia lakukan untuk menunjukkan banyak hal berbeda dari kebanyakan orang. Aku dan Rere hanya bisa berdiri menyaksikan seluruh hal yang tak terduga tadi.

Kalimat terakhir yang dia katakan kepada Tante nya membuat ku meringis kesakitan. Aku tak ingin dia mengakhiri hidupnya. Entah kenapa aku merasa tidak rela jika harus membayangkan dia pergi dari dunia ini. Aku tau sekarang bahwa dia hanya Gadis dengan begitu banyak luka yang sedang belajar untuk membantu orang lain agar tidak mendapatkan luka yang sama seperti yang dia rasakan.

####### to be continued #######

Triple???

Author,

Rizqia Occta

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang