Yuhhhhhhhuuuu oiiiii Ririz balik lagi nih wkwkwk padahal kemarin aku bilang mungkin beberapa hari tapi nyatanya semalem udah kelar buat part ini hehehe...
Sebelumnya mau cerita semalem nulis ini berasa mau nangis bukan karena ceritanya tapi apa yang udah aku tulis sebelumnya ilang gitu aja jadilah aku musti tulis ulang lagi dari awal.
Di harap membaca secara perlahan supaya maksud yang ingin disampaikan bisa terserap dengan sempurna tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Mari tenggelam bersama dalam alur yang sudah Ririz ciptakan.
Happy reading...
Ririz's Pov
Aku menatap kearah seorang pria yang dulu pernah sangat aku banggakan didalam hidup ku. Tangannya masih terangkat bersiap untuk memukul ku lagi untuk kesekian kalinya. Dan benar saja tangannya kembali mengarah kepadaku dan pukulannya kembali mendarat di sekitar kepala ku. Apakah aku harus menangisi keadaan ku yang sangat menyedihkan ini??? Sebenarnya aku ingin tapi air mataku tak mampu lagi untuk keluar.
Papa : " Apa yang akan kamu lakukan sekarang???"
Ririz : " Menyia-nyiakan hidup ku..."
Papa : " Papa sedang berusaha ramah dan ngobrol sama kamu jadi berhentilah bersikap menyebalkan seperti itu..."Bersikap ramah dia bilang??? Haisss padahal sejak tadi ku pikir dia hanya menganggap ku sebagai samsak dan bukan anaknya. Ramah apanya??? bahkan sejak tadi tua bangka ini tak berhenti memukul ku. Aku memutar bola mata ku malas, dan memilih untuk mengabaikan bualan pria di samping ku ini. Aku kembali memasang headset dan beberapa detik berikutnya papa menariknya secara paksa dan membuat aku mau tidak mau menatap malas kearahnya.
Papa : " Jangan menatap papa seperti itu. Sudah papa katakan jangan melotot seperti itu. Apa kamu tidak mendengarnya anak nakal hah???"
Tangan yang dulu selalu membelai rambut ku dengan lembut kini justru dia gunakan untuk memukul kepala ku. Orang yang dulu ku kira adalah pelindung ku nyatanya juga menyakiti aku. Bahkan dia selalu bersikap seperti aku bukanlah apa-apa. Bahkan mungkin dia tidak pernah menganggap aku ada di dunia ini.
Papa : " Taukah kamu jika kamu ini sudah merepotkan semua orang??? Benar-benar anak tidak tau diuntung, bisa-bisanya kamu bersikap seperti ini..."
Ririz : " Bunuh aja aku sekalian kek waktu papa bunuh mama. Aku yang menjadi sumber masalah papa kan??? Bereskan semuanya dan singkirkan semua itu..."
Papa : " Papa sudah berusaha melakukan yang papa bisa untuk kamu..."
Ririz : " Untuk apa papa datang ke sekolah dan memohon kepada guru ku??? Supaya papa dipandang sebagai orang tua yang hebat??? Orang tua yang baik yang sayangnya mempunyai anak tidak berguna seperti aku, begitu???"Papa tidak menjawab sama sekali dan justru kembali melanjutkan perjalanan. Jangan tanya apa yang aku lakukan tentu saja aku kembali sibuk dengan ponsel ku, memasang headset dan kembali fokus pada lagu yang sedang ku putar hingga tanpa sadar aku jatuh tertidur. Hahhh aku benci dengan hidupku ini. Segala sesuatunya tak pernah baik untuk ku dan aku yakin semua siksaan ini belum berakhir.
Ku rasa kali ini kami menempuh perjalanan yang cukup jauh. Terbukti pada saat aku membuka mata ku, kini langit sudah menggelap. Sekitar lima menit kemudian, mobil kami berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang sangat aku kenal. Ini adalah rumah Tante Sarah, beliau adik dari almarhum mama.
Yang aku tau Tante Sarah hanya tinggal sendirian dirumah ini karena suaminya memutuskan pergi bersama dengan wanita simpanannya. Aku masih terus memaksa otak ku untuk memikirkan alasan yang kuat kenapa kami ada di tempat ini tapi sayangnya tak ada satu alasan pun yang bisa aku temukan.
Ririz : " Kenapa kita kesini???"
Bukannya menjawab pertanyaan ku, papa justru keluar dari mobil dan membuka pintu bagasi. Aku ikut keluar dari mobil dan melihat papa mengeluarkan beberapa koper yang isinya aku tau. Aku berusaha mencerna keadaan dan paham situasi yang sedang terjadi. Namun aku masih berusaha meyakinkan diri ku jika dugaan ku salah. Tempat ini sangat jauh dari rumah kami yang ada di kota. Jadi apakah sekarang aku sedang di buang oleh orang tua ku sendiri???
Ririz : " Kenapa kita ada di tempat ini??? jawab aku pa..."
Papa : " Papa muak dengan kamu, jadi mulai sekarang menjauhlah dari kami supaya kamu tidak lagi merepotkan kami semua."
Ririz : " Hubungan antara kita berdua sebagai anak dan papa berakhir tepat disaat wanita sialan itu datang..."
Papa : " Jaga ucapan mu, dia adalah istri sekaligus mama baru mu. Bersikaplah sedikit sopan terhadap mama mu itu."
Ririz : " Jadi wanita sialan itu benar-benar berhasil membuat ku keluar dari penjara sialan itu??? Wahhhh benar-benar hebat, dan ahhhh dia juga berhasil membuang ku jauh dari orang yang dulu ku sebut sebagai pahlawan ku..."
Papa : " Sudah ku bilang jangan menyebut ibu tiri mu seperti itu apa kamu tidak mendengarnya anak nakal???"
Ririz : " Dia bukan ibu ku..."
Papa : " Jadi karena ini dia takut kepadamu???"Aku tidak menjawab tapi sekuat hati aku berusaha mati-matian menahan supaya air mata ku tidak jatuh di hadapan tua bangka ini. Tak lama papa kembali masuk kedalam mobil dan melemparkan amplop berisi uang ke arah ku. Aku mengepalkan tangan ku, menundukkan kepala agar pria itu tak melihat wajah ku yang menyedihkan ini.
Papa : " Jangan pernah menghubungi papa lagi..."
Dan setelahnya papa melajukan mobil, berlalu tanpa melihat ku lagi. Ini sangat sakit, tapi aku tak boleh terlihat lemah dimata orang lain sama seperti yang Mama katakan. Aku tak boleh memperlihatkan sisi lemah ku agar tak ada satu orang pun yang bisa merendahkan ku. Pak tua itu pikir dia bisa membeli ku??? Jangan harap aku hanya akan diam saja. Aku menundukkan kepala ku, bergumam pelan sambil mencoba menahan air mata ku yang sialnya justru jatuh begitu saja. Aku pasti nampak sangat menyedihkan sekarang ini.
Ririz : " Papa lama sekali, aku selalu bertanya kapan papa akan meninggalkan aku sendirian dan ternyata hari inilah waktunya."
Aku menangis tertahan masih mencoba sekuat tenaga untuk menahan isak tangis yang justru semakin membuat dada ku terasa sakit. Papa meninggalkan aku dan lebih memilih wanita sialan itu dan aku bisa apa??? Hari ini lagi dan lagi aku di sadarkan bahwa dia bukan lagi seseorang yang sama seperti beberapa sebelas tahun yang lalu.
Aku menangis sambil memeluk lutut ku, berharap rasa sakitnya bisa memudar. Tapi pada kenyataanya tetap terasa sakit. Jadi untuk apa aku bertahan??? Keluarga ku hancur begitu saja. Apakah Tuhan sudah puas melihat ku menderita seperti ini??? Atau masih ada pembalasan dendam lain yang sedang Dia rencanakan???
###### to be continue ######
Akan selalu ada alasan dibalik sikap dan sifat seseorang hanya saja tergantung pada diri kita untuk menyikapinya. Semoga menikmati apa yang aku suguhkan.
Author,
Rizqia Occta
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctors ( GxG )
Random#3 at 19 Maret 2021 #1 at 1 April 2021 Seorang Dokter Spesialis Bedah Transplantasi Organ yang terkenal dengan wajah rupawan dan kecerdasan diatas rata-rata. Bahkan dia termasuk Dokter Bedah termuda, namun dia memiliki sisi yang sangat bertolak bela...