Part Delapan Puluh Satu

1.4K 143 32
                                    

 Ready to read???

E n j o y . . . .

Ririz's Pov

Setelahnya aku memilih berlalu ke kamar istri ku, membuka pintu secara perlahan dan masuk kedalam tanpa menimbulkan suara. Mata ku memanas saat melihat tubuh wanita yang aku cintai tengah meringkuk di atas ranjang. Aku bisa mencium aroma alkohol yang sangat menyengat meski dalam jarak yang cukup jauh. Mata ku menjelajahi isi kamar yang cukup berantakan dan aku sangat yakin bahwa wanita ku lah penyebabnya. Ada beberapa botol minuman beralkohol yang kini telah kosong berserakan di lantai.

Dalam heningnya malam, telinga ku menangkap suara tangisan yang meski samar masih terdengar cukup memilukan. Kaki ku melangkah mendekat kearah wanita yang sangat aku cintai itu. Lima langkah yang tersisa mampu membuatku merasa di hantam dengan begitu dahsyat tepat di bagian dada. Rasa sesak seolah mencengkram ku dengan begitu erat seiring dengan suara tangis yang semakin jelas menembus gendang telinga ku. Mata ku memanas dan tanpa sadar satu tetes air mata berhasil lolos keluar dari kedua mata ku.

Tangan ku bergerak kasar menyeka air mata ku sebelum tetes demi tetes lain ikut keluar. Aku bergerak perlahan memeluk tubuh wanita yang masih membelakangi aku ini. Beberapa detik setelah merasakan pelukanku, tangisannya berhenti seketika dan berganti dengan suara tawa yang terdengar sumbang di telinga ku. Air mata kembali memberontak dan memenuhi pelupuk mata ku kala mendengar kalimat lirihnya. Tangan ku bergerak mendekap dia dengan lebih erat sambil sesekali mengusap lengannya dengan lembut.

Lara : " Hahaha Honey lihat, bahkan sekarang aku sudah mulai gila karena terlalu merindukanmu. Aku benar-benar merindukanmu hingga bahkan dalam tidur ku pun aku masih bisa merasakan dekapanmu."

Tanpa sadar aku telah menangis dalam diam ku, membiarkan wanita yang sangat aku rindukan ini mulai mengeluarkan semua hal yang ingin ia katakan. Dan yang bisa aku lakukan hanya memberinya kesempatan untuk mengeluarkan segala bentuk sesak yang sudah dia tahan satu bulan terakhir ini. Aku terus menggigit bibir bawah ku hanya untuk meredam agar tak ada isakan yang keluar dari mulut ku. Tapi semakin lama aku tak sanggup lagi menahan diri untuk tidak membalikan tubuh wanita ku.

Aku mendekapnya dengan erat dan dengan posisi ini aku bisa mendengar dengan jelas isak tangis yang diselingi dengan suara nafas yang terasa berat. Dalam hati aku terus merutuki kebodohan ku sendiri karena menghilang dalam waktu yang terlalu lama. Tapi di sisi yang lain aku memang sedang menyiapkan sebuah rencana besar untuk menghentikan semua kekacauan yang terjadi. Hanya kalimat maaf yang bisa aku ucapkan secara lirih karena aku tak memiliki keberanian untuk mengakui keberadaan ku kali ini. 

Waktu berjalan terasa cukup lama, hingga pada akhirnya isakan tangis telah berganti menjadi dengkuran halus. Dengan gerakan perlahan aku memilih membenarkan posisi tidur istri ku. Selesai dengan itu, aku mulai mengusap perlahan rambut panjang nya dengan penuh perasaan. Jika boleh jujur, aku juga sangat merindukan dia lebih dari apapun di dunia ini. Bahkan meski baru beberapa waktu tak bertemu sudah bisa di pastikan rasa rindu ku akan terus memberontak dengan kurang ajar.

Aku sangat mencintai dia karena itu aku sanggup melakukan apapun hanya untuk melindunginya. Sekalipun harga yang harus aku bayar adalah dengan nyawa ku sendiri maka semua itu tak akan menjadi masalah selagi aku bisa memastikan bahwa dia baik-baik saja. Bahkan jika keselamatannya harus dibayar dengan keselamatan ku maka aku tak akan ragu untuk melakukannya. Rasa yang aku miliki untuk dia bahkan kian hari justru semakin bertumbuh dan sering kali bertingkah dengan kurang ajar.

Aku tersenyum menatap wajah damainya saat tertidur, meski sesekali dahinya mengkerut tak nyaman namun diatas semua itu dia terlihat sangat mempesona. Aku mengusap dahinya lembut dan mengecupnya perlahan. Setelahnya aku juga memberikan kecupan di pipi dan terakhir memberikan kecupan panjang di bibirnya. Membisikan kalimat betapa aku sangat mencintainya dan memilih berbalik untuk pergi sebelum matahari menampakan diri. Masih ada yang harus aku bereskan dalam beberapa hari kedepan supaya aku bisa secepatnya muncul dihadapan orang yang aku sayangi.

The Doctors ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang