“Orang yang kelihatannya tidak suka padamu belum tentu dia benar-benar membencimu. Sebaliknya, orang yang kelihatannya sangat baik di depanmu belum tentu dia bersikap yang sama di belakangmu”
—Kyara Zahira
“Lo nggak sekolah, Cal?” Calisa menoleh ke sumber suara. Kakak laki-lakinya baru saja keluar dari kamar hendak turun ke bawah. Gadis rambut pirang itu memutar bola mata.
“Kalo gue gak sekolah emangnya kenapa? Masalah buat lo?” jawab Calisa ketus pada cowok itu.
Sedari dulu, Calisa tidak pernah suka dengan keberadaan cowok itu di rumahnya. Tidak tahu apa alasannya, padahal yang pertama lahir dan tinggal di rumah itu adalah Dion. Tapi Calisa merasa bahwa dirinya-lah yang berhak atas rumah itu. Yang jelas, Calisa tidak mau mempunyai saudara. Dia tidak mau jika nanti harta keluarganya harus dibagi. Calisa mau semua harta papanya hanya untuk dirinya sendiri. Ya, Calisa memang se-egois itu.
Dion Anggara, usianya beda dua tahun dengan Calisa. Sudah berulang kali nyawanya terancam karena ulah adik perempuannya itu. Calisa selalu berusaha membunuh Dion, tetapi selalu gagal. Dion tahu bahwa Calisa adalah dalang dibalik kecelakaan yang kerap kali menimpanya. Dia hanya diam saja tanpa pernah mengadukan hal itu kepada papanya.
Alasannya bukan karena dia takut, tidak sama sekali! Dion sangat menyayangi Calisa, hanya itu. Dion tidak mau jika Papa mengetahui kejahatan Calisa. Dion tidak mau jika nanti Calisa diusir atau bahkan di kirim ke luar negeri.
Dion tidak bisa jauh dari adik perempuannya itu. Biar bagaimanapun sifatnya, Calisa tetaplah adiknya, tugas Dion sekarang adalah bagaimana cara merubah sifat jahat yang ada dalam diri Calisa.
Gadis cantik itu menuruni anak tangga, melangkah menuju meja makan yang di sana sudah ada sepasang suami-istri dan juga seorang laki-laki, tidak lain adalah Papa, Mama dan juga kakaknya.
“Kamu gak sekolah, Sayang?” Calisa menatap wanita yang ada di depannya kemudian tersenyum.
“Calisa lagi gak enak badan Mah, gakpapa kan, Pah Calisa izin sehari aja?”
Calisa beralih menatap papanya, dia mengeluarkan jurus andalan yaitu berpura-pura sakit.
“Soalnya Papa jarang pulang ke rumah sih, lebih sering sama Kyara dan mamanya si perusak itu!”
“Calisa, jaga bicara kamu!”
Hana membentak Calisa, dia tidak pernah mengajarkan putrinya untuk berbicara seperti itu.
“Apa sih, Ma? Kok Mama malah bela mereka sih? Apa yang Calisa bilang benar, kan?” Calisa menatap wanita itu tidak suka karena sudah membentaknya.
“Kamu gak boleh bicara seperti itu Cal, biar bagaimanapun Kyara itu saudara kamu, dan Saras adalah Mama kamu juga,” peringat Hana.
“Saudara Mama bilang? Gak sudi aku punya saudara anak haram kaya dia!” ujar Calisa tidak terima. Padahal apa yang ibunya katakan adalah kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Teen Fiction[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...