47. Arti Sahabat

214 38 3
                                    

"Salah satu diantara kita punya masalah, kita semua turun tangan. Nggak boleh ada yang merasa sendiri. Karena sahabat harus saling membantu, saling melengkapi."

—Kyara

"Maaf karena semalam gue kebawa emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf karena semalam gue kebawa emosi."

Naya menelpon Kyara keesokan harinya. Gadis itu menyadari apa yang dia lakukan salah. Kalau mungkin dia di posisi Lija juga akan melakukan hal yang sama. Untung saja Naya cepat sadar, masalah Lija bisa cepat terselesaikan.

Sekedar informasi, Naya memang satu kampus dengan Aldi di Singapura. Karena libur semester mungkin Aldi pulang ke Indonesia. Tapi pada hari biasa pun cowok itu sering pulang ke Jakarta sekali seminggu.

Kyara menyambungkan panggilan kepada Jena dan Nadin.

"Video call ajalah, nggak enak kalo nggak kelihatan mukanya. Berasa ngomong sendiri gue," ujar Nadin setelah bergabung.

Kemudian mereka memulai video call grup.

"Udah baikan, Nay?" Yang ditanya hanya balas bergumam pada Jena.

"Tiga tahun. Gue rasa cukup buat paham sama sifat kalian."

Setelah sempat hening untuk beberapa saat, Naya memulai percakapan dengan serius. Nadin yang semula bercanda bersama Jena lewat ekspresi wajah yang dibuat-buat menghentikan aksinya. Begitu juga Jena, dia berdehem lalu fokus mendengarkan Naya.

"Lija. Dia itu emang tomboi, sok kuat kalo di depan kita. Tapi nyatanya, sifat dia itu buat menutupi luka di hatinya. Kita tahu sendiri Lija nyari orang tuanya selama bertahun-tahun tapi nggak pernah ada kabar baik. Orang tua angkat Lija memang sayang sama dia, tapi itu nggak menjamin kalau dia bahagia."

Naya menatap Jena melalui layar laptopnya. Gadis dengan poni baru itu tersenyum.

"Jena." Naya diam sebentar, berpikir.

"Apa?" Jena malah menjawab.

"Sifat lo paling aneh. Nggak bisa ditebak. Lebih tepatnya selalu berubah. Kadang cuek, kadang blak-blakan, kadang cengeng, kadang eksis, dan masih banyak kadang yang lainnya. Moodyan lebih tepatnya. Lo bisa jadi pendiam, bisa juga ceria. Oh iya satu lagi. Lo cerdas, setia dan cekatan. Lo sahabat paling setia kalo menurut gue. Rela dihina cuma demi bongkar kebusukan gue. Lo juga mudah terpengaruh. Apalagi kalo udah bersatu sama Nadin, lo berdua bakal sama-sama gila."

Naya beralih pada Nadin. Tumben, gadis itu tidak sedang ngemil.

"Nadin. Mungkin kalo gue boleh jujur, lo paling beruntung diantara kita, Nad. Orang tua lengkap, royal, dan suka makan. Nggak ada masalah dalam hidup lo. Lo juga lucu. Punya banyak topik biar nggak sepi kalo kita kumpul."

Kening Nadin berkerut.

"Heh! Siapa bilang? Gue juga punya masalah kali!" ujarnya, tidak setuju dengan opini Naya.

DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang